Selasa, 21 Oktober 2025

PT Bukit Asam Kunci 800 Juta Ton Batu Bara untuk Hilirisasi Energi Nasional

PT Bukit Asam Kunci 800 Juta Ton Batu Bara untuk Hilirisasi Energi Nasional
PT Bukit Asam Kunci 800 Juta Ton Batu Bara untuk Hilirisasi Energi Nasional

JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menegaskan komitmennya mendukung hilirisasi energi nasional melalui langkah strategis mencadangkan 800 juta ton batu bara. Cadangan tersebut berasal dari total sumber daya perusahaan yang mencapai 2,9 miliar ton dan akan difokuskan untuk program hilirisasi batu bara jangka panjang.

Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA, Turino Yulianto, menjelaskan bahwa langkah pencadangan ini dilakukan untuk memberikan kepastian pasokan bahan baku kepada para investor yang akan berpartisipasi dalam proyek hilirisasi.

“Kalau mau bawa ke pabrik, investor pasti bertanya: mana batu baranya? Cukup enggak untuk 20 tahun?” ujar Turino saat ditemui di Hotel Kempinski, Senin, 20 Oktober 2025.

Baca Juga

BMTP Berlaku, Industri Benang Kapas Dalam Negeri Siap Bersaing

Menurutnya, satu pabrik hilirisasi dapat membutuhkan sekitar 5–10 juta ton batu bara per tahun. Karena itu, PTBA perlu memastikan ketersediaan pasokan hingga puluhan tahun ke depan. “Makanya, kami lock 800 juta ton itu di Sumatra Selatan dan Riau,” tegasnya.

Cadangan Batu Bara Menjadi Jaminan Investor

Turino menambahkan, 800 juta ton batu bara yang dialokasikan PTBA merupakan batu bara berkalori menengah ke bawah. Jenis batu bara ini dinilai ideal untuk digunakan dalam berbagai proyek hilirisasi, termasuk gasifikasi DME, metanol, amonia, dan grafit sintetis.

“Enggak hanya untuk DME; macam-macam. Pokoknya hilirisasi macam-macam,” ujarnya.

Selain menyiapkan pasokan bahan baku, PTBA juga telah membangun kawasan industri pengolahan batu bara bernama Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) di Sumatra Selatan. Kawasan ini disiapkan sebagai pusat kegiatan hilirisasi batu bara yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Saat ini, PTBA sedang mengembangkan sedikitnya lima proyek hilirisasi strategis, yang berada di berbagai tahap pengembangan, mulai dari riset hingga validasi komersial.

Lima Proyek Hilirisasi Strategis Bukit Asam

PTBA berfokus pada lima proyek besar: Dimethyl Ether (DME), grafit sintetis, asam humat, gas alam sintetis (SNG), dan metanol. Setiap proyek memiliki peran penting dalam memperkuat kemandirian energi nasional dan menekan impor bahan baku industri.

-Proyek DME (Dimethyl Ether)
Proyek gasifikasi batu bara menjadi DME masih membutuhkan kajian mendalam karena menghadapi tantangan keekonomian dan infrastruktur. DME diharapkan bisa menjadi pengganti liquefied petroleum gas (LPG) yang selama ini masih diimpor dalam jumlah besar.

“Jarak distribusinya mencapai 172 km, dan butuh kesiapan jaringan niaga serta perangkat rumah tangga yang kompatibel,” jelas Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, dalam rapat dengan DPR RI pada Mei 2025.

PTBA juga telah menjajaki kerja sama dengan sejumlah perusahaan asal China, seperti CNCEC, Huayi, dan ECEC. Dari semua calon mitra tersebut, baru ECEC yang menyatakan minat menjadi investor dengan skema processing service fee sebesar US$412–US$488 per ton, lebih tinggi dari ekspektasi awal Kementerian ESDM sebesar US$310 per ton.

-Proyek Grafit Sintetis untuk Ekosistem Baterai EV
Grafit sintetis merupakan bahan utama untuk anoda baterai kendaraan listrik. Proyek ini akan menjadi salah satu tonggak penting dalam menciptakan ekosistem baterai EV nasional.

Proyek tersebut digarap bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan saat ini masih dalam tahap penyusunan basic engineering design. Biaya pengembangan proyek riset dan pembangunan pilot plant ditaksir mencapai Rp287,39 miliar.

“Kami menargetkan pembangunan pilot plan di Tanjung Enim pada 2026 sebagai langkah menuju skala komersial,” kata Arsal.

Batu bara nantinya akan dikonversi menjadi coalite, lalu diubah menjadi grafit sintetis sebelum dibentuk menjadi lembaran anoda. Komponen anoda ini menyumbang 22% dari total bahan baterai litium NMC 811, yang merupakan jenis baterai kendaraan listrik berdaya tinggi.

Pada periode 2027–2028, PTBA akan melanjutkan pembangunan pilot plant, dengan uji komisioning dijadwalkan pada 2029.

-Proyek Asam Humat untuk Agroindustri Nasional
Proyek hilirisasi batu bara menjadi asam humat digarap bersama Universitas Gadjah Mada (UGM). Asam humat digunakan dalam sektor pertanian untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas lahan.

“Asam humat dari batu bara ini punya manfaat signifikan untuk mendukung produktivitas agroindustri nasional,” ujar Arsal.

Proyek ini memanfaatkan batu bara kalori rendah dari tambang di Peranap, Riau, dengan kapasitas awal 60 ton batu bara per tahun. Dari kapasitas itu, akan dihasilkan 21 ton asam humat per tahun.

Nilai investasi proyek mencapai Rp5,74 miliar dan seluruh pendanaan berasal dari kas internal perusahaan. PTBA menargetkan proyek ini masuk tahap commissioning pada 2025.

-Proyek Gas Alam Sintetis (SNG)
Proyek gasifikasi batu bara menjadi substitute natural gas (SNG) dijalankan bersama PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Nilai investasi proyek ini mencapai US$3,2 miliar atau sekitar Rp52,58 triliun.

“Proyek ini untuk mencari solusi kebutuhan gas nasional sekaligus menambah diversifikasi portofolio energi,” ungkap Arsal.

Proyek SNG akan memanfaatkan 8,4 juta ton batu bara kalori rendah per tahun dan menghasilkan sekitar 240 billion British thermal unit per day (BBtud) atau 1,6 juta ton per tahun.

Rencananya, proyek ini akan dibangun di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, dengan bentuk joint venture antara PTBA, PGN, dan mitra teknologi. PTBA akan menjadi pemasok utama batu bara, sementara PGN menangani distribusi melalui jaringan pipa eksisting.

-Proyek Gasifikasi Batu Bara Menjadi Metanol
Metanol merupakan bahan baku penting di berbagai industri seperti tekstil, plastik, farmasi, dan petrokimia. Selain itu, metanol dapat diolah menjadi DME dan digunakan dalam produksi biodiesel.

PTBA masih melakukan studi prakelayakan proyek gasifikasi metanol, yang diperkirakan membutuhkan 4,7–6,3 juta ton batu bara per tahun untuk menghasilkan 1,5 juta ton metanol.

Estimasi kebutuhan investasi proyek mencapai US$2,3 miliar, dengan tingkat pengembalian investasi di kisaran 14–15%. Proyek ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen bahan kimia berbasis batu bara di kawasan Asia Tenggara.

Cadangan Besar, Arah Baru Energi Nasional

Dengan cadangan mencapai 2,93 miliar ton, PT Bukit Asam memastikan ketersediaan pasokan jangka panjang untuk seluruh proyek hilirisasi. Dari jumlah tersebut, 800 juta ton sudah dikunci khusus untuk mendukung proyek-proyek strategis nasional.

Langkah ini menjadi bagian dari transformasi besar PTBA dari perusahaan tambang batu bara menjadi perusahaan energi dan kimia berbasis karbon.

Turino menegaskan, keberhasilan hilirisasi batu bara akan memberikan efek berganda bagi ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan nilai tambah, dan mengurangi ketergantungan impor energi.

Hilirisasi Jadi Pilar Kemandirian Energi

PT Bukit Asam kini tidak hanya berperan sebagai pemasok energi primer, tetapi juga sebagai pionir dalam menciptakan produk turunan bernilai tinggi dari batu bara.

Dengan kesiapan cadangan hingga 800 juta ton dan lima proyek besar yang sedang dikembangkan, PTBA menunjukkan keseriusan dalam mendukung visi pemerintah menuju kemandirian energi nasional.

Langkah strategis ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk membuktikan bahwa batu bara bukan sekadar sumber energi konvensional, tetapi juga bahan baku masa depan industri teknologi dan energi bersih.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Update Harga BBM Pertamina Per Selasa 21 Oktober 2025 Terbaru

Update Harga BBM Pertamina Per Selasa 21 Oktober 2025 Terbaru

Tarif Listrik Stabil Sampai Desember 2025, Ini Rinciannya

Tarif Listrik Stabil Sampai Desember 2025, Ini Rinciannya

Strategi Pemerintah Dorong Pembangunan Rumah Subsidi Terus Naik

Strategi Pemerintah Dorong Pembangunan Rumah Subsidi Terus Naik

Layanan Logistik Terpadu Dorong Percepatan Transformasi Bisnis Indonesia

Layanan Logistik Terpadu Dorong Percepatan Transformasi Bisnis Indonesia

PGEO Kelola Panas Bumi, Dukung Transisi Energi Nasional Berkelanjutan

PGEO Kelola Panas Bumi, Dukung Transisi Energi Nasional Berkelanjutan