Tiga Tokoh Indonesia Serukan Perdamaian Dunia di Roma 2025
- Senin, 03 November 2025
JAKARTA - Tiga tokoh nasional Indonesia—Jusuf Kalla, Nasaruddin Umar, dan Arsjad Rasjid—menjadi sorotan dunia saat menyuarakan pesan perdamaian dalam acara Daring Peace – International Meeting for Peace 2025 di Roma, Italia.
Dilaporkan dari keterangan resmi di Jakarta, Minggu sebelumnya, ketiganya membawa pandangan yang berbeda namun saling melengkapi mengenai tiga dimensi penting: politik, spiritualitas, dan ekonomi. Kolaborasi pandangan tersebut mencerminkan wajah Indonesia sebagai bangsa majemuk yang menjunjung tinggi nilai dialog, kemanusiaan, dan toleransi di tengah keragaman dunia.
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, menekankan bahwa makna perdamaian tidak berhenti pada ketiadaan peperangan, tetapi mencakup keberanian untuk mengedepankan dialog dan solidaritas antarmanusia.
Baca JugaTKA 2025 Berjalan Lancar, Siswa dan Guru Antusias Ikuti Ujian
“Perdamaian adalah keberanian untuk meletakkan senjata, baik fisik maupun ideologis, dan memilih keadilan serta kemanusiaan,” ujar Jusuf Kalla di hadapan peserta forum internasional tersebut.
Sebagai tokoh yang memiliki pengalaman panjang dalam proses rekonsiliasi dan mediasi konflik di Poso dan Aceh, Jusuf Kalla menilai bahwa lembaga keagamaan seperti masjid memiliki peran besar dalam membangun tatanan sosial yang damai dan berkeadaban.
“Masjid tidak boleh hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang sosial yang menumbuhkan keadaban dan solidaritas kemanusiaan,” tambahnya.
Pesan tersebut menggambarkan bahwa perdamaian berawal dari lingkungan terkecil masyarakat—dari ruang ibadah yang menumbuhkan nilai persaudaraan hingga dialog lintas agama yang membangun kesepahaman global.
Nasaruddin Umar: Ancaman Perdamaian Bukan Agama, tapi Politisasi Agama
Sementara itu, Nasaruddin Umar, yang menjabat sebagai Menteri Agama RI sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal, mengingatkan dunia akan bahaya besar yang muncul dari politisasi agama. Menurutnya, perdamaian dunia tidak terganggu oleh perbedaan keyakinan, tetapi oleh penyalahgunaan agama demi kepentingan tertentu.
“Ancaman terbesar bagi perdamaian bukan agama, melainkan penyalahgunaan agama,” tegasnya.
Nasaruddin juga menekankan pentingnya pemahaman Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi seluruh alam semesta. Ia mengajak dunia meneladani Indonesia sebagai contoh nyata bagaimana masyarakat yang beragam dapat hidup berdampingan dengan damai dan saling menghargai.
“Keberagaman Indonesia adalah warisan spiritual yang dapat dibagikan kepada dunia,” ucapnya.
Dalam pandangannya, Indonesia telah lama menjadi ‘laboratorium kerukunan’, di mana umat beragama dapat membangun harmoni tanpa meniadakan identitas masing-masing. Pesan ini menjadi penting di tengah meningkatnya ketegangan global akibat ekstremisme dan intoleransi berbasis ideologi maupun agama.
Arsjad Rasjid: Keadilan Ekonomi Kunci Perdamaian Dunia
Dimensi ekonomi juga mendapat sorotan dalam forum tersebut melalui pandangan Arsjad Rasjid, mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia Bidang Kewirausahaan. Ia menegaskan bahwa ketimpangan ekonomi sering kali menjadi sumber konflik tersembunyi yang mengancam stabilitas sosial.
“Ekonomi tanpa kemanusiaan adalah bentuk konflik tersembunyi,” ungkap Arsjad dalam sesi bertema Economy and Solidarity.
Menurutnya, dunia membutuhkan sistem ekonomi yang berkeadaban, di mana kemajuan tidak hanya diukur dari pertumbuhan, tetapi juga dari pemerataan dan kesejahteraan bersama. Arsjad menyerukan agar pelaku bisnis dan sektor usaha turut berperan dalam menciptakan ekonomi berbasis solidaritas sosial, bukan hanya mengejar keuntungan material.
Ia menambahkan bahwa keberlanjutan ekonomi dunia hanya dapat dicapai bila sektor swasta berperan sebagai bagian dari solusi kemanusiaan. “Kesejahteraan dan keadilan ekonomi adalah fondasi perdamaian yang nyata,” ujarnya menegaskan.
Indonesia, Inspirasi Dunia dalam Dialog, Toleransi, dan Solidaritas
Keikutsertaan tiga tokoh Indonesia dalam forum International Meeting for Peace 2025 di Roma menunjukkan kontribusi nyata Indonesia di panggung global. Negara ini tidak hanya hadir sebagai penonton dalam upaya perdamaian dunia, tetapi sebagai penyampai solusi dan inspirasi bagi bangsa-bangsa lain.
Forum lintas agama dan budaya tersebut mempertemukan ribuan tokoh dari berbagai belahan dunia untuk membahas isu perdamaian global di tengah meningkatnya konflik, ekstremisme, dan krisis kemanusiaan.
Melalui pandangan Jusuf Kalla, Nasaruddin Umar, dan Arsjad Rasjid, dunia diingatkan bahwa perdamaian sejati tidak hanya dibangun dari diplomasi politik, tetapi juga dari kekuatan spiritual dan keseimbangan ekonomi. Ketiganya menegaskan bahwa dialog, moralitas, dan solidaritas ekonomi adalah tiga pilar penting dalam menjaga harmoni global.
Indonesia, dengan segala keberagamannya, kembali menunjukkan kepada dunia bahwa perbedaan bukanlah sumber perpecahan, melainkan sumber kekuatan untuk menciptakan perdamaian.
Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
PAM Mineral (NICL) Kuartal III/2025: Laba Melonjak, Strategi Hadapi Harga Nikel
- Senin, 03 November 2025
Bank Mega Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Dana Pihak Ketiga Melonjak Signifikan
- Senin, 03 November 2025
Bank Jakarta Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Kredit UMKM dan CASA Menguat Pesat
- Senin, 03 November 2025
Berita Lainnya
Prabowo Perkuat Misi Kemanusiaan dengan Penambahan Batalyon Kesehatan TNI
- Senin, 03 November 2025
Purbaya: Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ekonomi Indonesia Tunjukkan Optimisme
- Senin, 03 November 2025
Kemenkes Dorong Inovasi Digital Lewat Program Sandbox Kesehatan Nasional
- Senin, 03 November 2025
Terpopuler
1.
BLTS Sejahtera Cair Rp 18 Triliun, Purbaya Pastikan Penyaluran Cepat
- 03 November 2025
2.
3.
Harga Skutik Murah Stabil di November, Waktu Tepat Beli Motor
- 03 November 2025
4.
Lenovo AI Glasses V1 Resmi Dirilis, Bawa Fitur Teleprompter Canggih
- 03 November 2025
5.
Resep Rujak Buah Thailand Som Tum Pon La Mai yang Segar dan Lezat
- 03 November 2025













