Senin, 03 November 2025

Ini Penyebab Utama Kenaikan Inflasi Oktober 2025 Menurut BPS

Ini Penyebab Utama Kenaikan Inflasi Oktober 2025 Menurut BPS
Ini Penyebab Utama Kenaikan Inflasi Oktober 2025 Menurut BPS

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru mengenai pergerakan harga konsumen di Indonesia, menyoroti inflasi pada bulan Oktober 2025.

Berdasarkan laporan resmi, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat kenaikan sebesar 0,28% secara bulanan atau month to month (MtM). Angka ini menandai kenaikan IHK dari 108,74 pada September 2025 menjadi 109,0 pada Oktober 2025, menunjukkan tekanan inflasi yang masih moderat namun patut menjadi perhatian bagi pemangku kebijakan ekonomi dan masyarakat luas.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menegaskan bahwa inflasi inti menjadi faktor utama pendorong kenaikan harga bulan ini. Inflasi inti sendiri naik sebesar 0,39% MtM, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 0,18% MtM. 

Baca Juga

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Komponen inti ini memberikan andil sebesar 0,25% terhadap total inflasi bulanan, menegaskan peran signifikan harga barang dan jasa yang tidak mudah bergejolak terhadap stabilitas harga umum.

Beberapa komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi inti antara lain emas perhiasan dan biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi. Kenaikan harga emas perhiasan tidak hanya mencerminkan tren pasar logam mulia, tetapi juga peningkatan permintaan konsumen jelang musim perayaan dan transaksi pernikahan.

Sementara itu, biaya pendidikan tinggi meningkat, sejalan dengan penyesuaian tarif akademik oleh institusi pendidikan, yang secara langsung berdampak pada indeks inflasi inti.

Selain inflasi inti, BPS juga mencatat pergerakan pada harga yang diatur pemerintah. Inflasi pada kelompok ini mencapai 0,10% MtM, naik dari 0,06% pada bulan sebelumnya, memberikan andil 0,02% terhadap total inflasi. 

Komoditas dominan yang memengaruhi kelompok harga ini adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara. Kenaikan harga SKM biasanya terkait dengan penyesuaian cukai rokok, sedangkan tarif angkutan udara meningkat sejalan dengan peningkatan biaya operasional maskapai, termasuk harga bahan bakar dan ongkos layanan bandara.

Sementara itu, komponen harga bergejolak mencatat inflasi yang relatif rendah, yaitu 0,03% MtM, turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,52%. Komponen ini hanya memberikan andil 0,01% terhadap inflasi bulanan. 

Harga bergejolak meliputi komoditas pangan yang cenderung fluktuatif, termasuk cabai merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras. Penurunan inflasi pada kelompok ini menandakan bahwa beberapa harga pangan mengalami stabilisasi setelah sebelumnya terdampak faktor cuaca, musim panen, dan fluktuasi pasokan.

Pudji menambahkan, meski tekanan harga masih terpantau moderat, pemerintah perlu terus memantau perkembangan inflasi dari berbagai komponen agar stabilitas harga tetap terjaga. 

“Inflasi inti dan harga yang diatur pemerintah tetap menjadi indikator utama yang harus diperhatikan untuk menjaga daya beli masyarakat,” ujarnya. Dengan pemantauan cermat, diharapkan harga-harga kebutuhan pokok dapat tetap terjangkau, sementara sektor pendidikan dan layanan penting lain tetap berkelanjutan.

BPS menekankan pentingnya analisis mendalam setiap komponen inflasi sebagai dasar perumusan kebijakan moneter dan fiskal. Inflasi inti menjadi perhatian utama karena memengaruhi persepsi inflasi jangka panjang, sedangkan komponen harga yang diatur pemerintah menunjukkan dampak kebijakan regulasi terhadap konsumsi masyarakat. Komponen bergejolak mencerminkan sensitivitas harga terhadap pasokan dan permintaan komoditas pangan, sehingga perlu pendekatan yang tepat untuk memastikan ketersediaan dan harga yang stabil.

Secara keseluruhan, data inflasi Oktober 2025 menunjukkan kombinasi tekanan dari harga inti, harga yang diatur pemerintah, dan harga bergejolak. Pemahaman terhadap ketiga komponen ini penting bagi masyarakat dan pelaku ekonomi dalam merencanakan pengeluaran, investasi, serta strategi bisnis. Bagi pemerintah, data ini menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah kebijakan untuk menjaga inflasi tetap terkendali.

Dengan kondisi ini, BPS merekomendasikan agar konsumen tetap waspada terhadap fluktuasi harga, terutama pada komoditas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap inflasi inti dan harga yang diatur pemerintah. Begitu pula bagi pemerintah, perlu adanya koordinasi lintas sektor untuk memastikan pasokan barang strategis tetap stabil dan kebijakan harga tetap efektif dalam menjaga daya beli masyarakat.

Dengan demikian, inflasi Oktober 2025 menunjukkan tren kenaikan moderat, yang utamanya ditopang oleh komponen inti, sementara harga yang diatur pemerintah dan harga bergejolak memberikan kontribusi lebih kecil. Informasi ini penting untuk memandu pengambilan keputusan ekonomi, baik di level rumah tangga, sektor bisnis, maupun kebijakan publik, sehingga stabilitas harga dan daya beli masyarakat tetap terjaga.

Sindi

Sindi

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Surat Izin Usaha untuk Pinjaman Bank, Begini Cara Membuatnya

Surat Izin Usaha untuk Pinjaman Bank, Begini Cara Membuatnya

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Prediksi Harga Emas 2026 Morgan Stanley, Peluang dan Risiko

Prediksi Harga Emas 2026 Morgan Stanley, Peluang dan Risiko

BCA Kuasai Sektor Perbankan Indonesia dengan Laba Fantastis

BCA Kuasai Sektor Perbankan Indonesia dengan Laba Fantastis

BPS Laporkan Inflasi Bulanan Oktober 2025 Tercatat 0,28 Persen

BPS Laporkan Inflasi Bulanan Oktober 2025 Tercatat 0,28 Persen