JAKARTA - Morgan Stanley memproyeksikan harga emas berpotensi menembus $4.500 per ons pada pertengahan 2026.
Prediksi ini didasarkan pada permintaan fisik yang tetap kuat dari dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan pembelian oleh bank sentral di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Menurut Morgan Stanley, meski harga emas sempat mengalami lonjakan signifikan, koreksi terbaru justru membawa logam mulia ini ke level yang lebih sehat.
Baca Juga
"Aksi harga baru-baru ini membawa emas ke wilayah 'jenuh beli' berdasarkan RSI (Indeks Kekuatan Relatif), tetapi koreksi baru-baru ini telah membawanya ke tingkat yang lebih sehat, kemungkinan besar memperbaiki posisinya," tulis bank tersebut dalam catatan analisnya.
Dengan prospek suku bunga yang cenderung menurun dan stabilisasi permintaan perhiasan, investor diperkirakan tetap menunjukkan minat tinggi pada emas, baik untuk tujuan spekulasi maupun lindung nilai.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas
Morgan Stanley menyoroti beberapa faktor utama yang bisa mendorong harga emas naik lebih lanjut:
Permintaan ETF Didukung Emas:
Investor institusi dan ritel masih aktif membeli ETF berbasis emas, terutama saat suku bunga menurun. Produk ini memungkinkan investor memegang emas secara tidak langsung dan memanfaatkan emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak pasar.
Pembelian Bank Sentral:
Bank sentral di seluruh dunia terus menambah cadangan emas mereka, meski dengan laju lebih lambat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Pembelian ini memberikan dukungan fundamental bagi harga emas di pasar global.
Stabilisasi Permintaan Perhiasan:
Pasar perhiasan emas, terutama di Asia, tetap menjadi salah satu pendorong permintaan fisik. Stabilitas permintaan di sektor ini akan membantu menjaga harga emas tetap tinggi, meski pertumbuhan tidak secepat pembelian ETF atau bank sentral.
Morgan Stanley menekankan bahwa faktor-faktor ini memberikan dasar positif bagi emas untuk tetap menarik sebagai aset investasi sepanjang 2026.
Risiko dan Perhatian Investor
Meski optimistis, Morgan Stanley juga mengingatkan adanya risiko yang dapat menekan harga emas, termasuk:
Volatilitas Pasar Global:
Perubahan kondisi ekonomi, geopolitik, atau keputusan moneter dari bank sentral utama dapat memicu fluktuasi harga emas. Investor yang terlalu agresif dapat menghadapi risiko likuiditas atau pergerakan harga yang tajam.
Perubahan Cadangan Bank Sentral:
Keputusan bank sentral untuk mengurangi cadangan emas atau mengalihkan strategi investasi ke aset lain bisa berdampak negatif pada harga emas.
Peralihan Aset Investor:
Jika pasar saham atau aset berisiko lainnya menawarkan peluang lebih menarik, sebagian investor mungkin memindahkan dana dari emas, yang dapat menurunkan permintaan dan menekan harga.
Morgan Stanley menegaskan bahwa meski prospeknya positif, investor harus tetap berhati-hati dan memperhatikan indikator teknikal serta kondisi fundamental global sebelum melakukan alokasi besar ke emas.
Tren Tahun 2025 dan Implikasinya
Harga emas telah mencatat kenaikan luar biasa sepanjang 2025, dengan lonjakan lebih dari 54%. Beberapa rekor tertinggi tercapai, termasuk $4.381,21 per ons pada 20 Oktober 2025. Namun, sejak puncak tersebut, harga emas telah turun lebih dari 8%, menunjukkan adanya koreksi wajar di tengah aksi ambil untung dan perubahan sentimen pasar.
Pergerakan tahun 2025 ini memberi pelajaran bahwa walau emas menarik sebagai aset safe haven, pergerakannya tetap bisa volatile. Koreksi harga terakhir menurut Morgan Stanley justru membuka peluang bagi investor untuk masuk pada level yang lebih rasional dan terukur.
Strategi Investor Menyikapi Emas
Bagi investor yang ingin memanfaatkan prospek emas tahun depan, beberapa strategi disarankan:
Buy on Dip:
Memanfaatkan koreksi harga emas untuk membeli pada level lebih rendah, terutama saat indikator teknikal menunjukkan wilayah oversold atau jenuh jual.
Diversifikasi Portofolio:
Emas sebaiknya menjadi bagian dari portofolio yang lebih luas, mencakup saham, obligasi, dan aset lainnya. Hal ini mengurangi risiko volatilitas ekstrem.
Pantau Indikator Fundamental dan Teknis:
Selain memantau pergerakan harga, perhatikan keputusan bank sentral, inflasi global, dan permintaan fisik dari ETF maupun perhiasan. Indikator RSI, support/resistance, dan moving average dapat membantu menilai momen masuk dan keluar yang tepat.
Morgan Stanley menekankan bahwa kombinasi permintaan fisik yang stabil dan koreksi harga baru-baru ini membuat emas tetap menarik untuk strategi jangka menengah hingga panjang, meski tetap harus hati-hati terhadap risiko penurunan.
Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
PAM Mineral (NICL) Kuartal III/2025: Laba Melonjak, Strategi Hadapi Harga Nikel
- Senin, 03 November 2025
Bank Mega Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Dana Pihak Ketiga Melonjak Signifikan
- Senin, 03 November 2025
Bank Jakarta Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Kredit UMKM dan CASA Menguat Pesat
- Senin, 03 November 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Ini Penyebab Utama Kenaikan Inflasi Oktober 2025 Menurut BPS
- 03 November 2025
2.
3.
4.
5.
BPS Laporkan Inflasi Bulanan Oktober 2025 Tercatat 0,28 Persen
- 03 November 2025












