
JAKARTA - Dalam upaya global dan nasional menuju ekonomi hijau dan pencapaian emisi nol bersih, energi terbarukan menjadi fokus utama.
Salah satu sumber energi yang memiliki peranan penting dalam transisi ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Energi yang memanfaatkan aliran air ini sudah terbukti menjadi sumber energi yang matang dan andal, termasuk di Indonesia, yang kaya akan potensi sumber daya air.
Baca JugaBMTP Berlaku, Industri Benang Kapas Dalam Negeri Siap Bersaing
PLTA memiliki keunggulan utama dalam menghasilkan listrik yang ramah lingkungan dengan emisi karbon yang sangat rendah dalam operasionalnya.
Hal ini menjadikannya komponen vital dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang selama ini menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca.
Namun, dibalik manfaat besarnya, pengembangan PLTA tidak bisa dilepaskan dari dampak lingkungan dan sosial yang cukup signifikan.
Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan yang holistik untuk memastikan bahwa proyek PLTA tidak hanya memberikan keuntungan energi bersih, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial.
Keandalan PLTA dalam Menyokong Sistem Energi Nasional
PLTA sering disebut sebagai "tulang punggung" energi terbarukan karena kemampuannya yang sangat andal. Berbeda dengan energi surya dan angin yang produksi listriknya bergantung pada cuaca dan bersifat intermiten, PLTA terutama yang dibangun dengan bendungan besar memiliki kemampuan menyimpan air dalam waduk yang berfungsi sebagai ‘baterai alami’.
Hal ini memungkinkan operator PLTA mengatur aliran air dan menyesuaikan produksi listrik sesuai kebutuhan jaringan, menjaga kestabilan sistem kelistrikan.
Kemampuan PLTA untuk merespons kebutuhan beban listrik dengan cepat menjadikannya sumber energi ideal yang dapat menyeimbangkan fluktuasi dari sumber energi terbarukan lain seperti surya dan angin.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), Julfi Hadi, menegaskan bahwa energi bersih harus menjadi fondasi kedaulatan energi nasional. Dalam konteks tersebut, PLTA menjadi salah satu instrumen penting untuk memastikan ketahanan dan keberlanjutan pasokan energi Indonesia.
Manfaat Ekonomi dan Multiguna dari Infrastruktur PLTA
Selain fungsi utamanya sebagai pembangkit listrik, PLTA seringkali memberikan manfaat lain yang tidak kalah penting. Infrastruktur bendungan dapat dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, pengendalian banjir, suplai air bersih, bahkan sebagai destinasi wisata yang dapat meningkatkan perekonomian lokal.
Meskipun investasi awal untuk pembangunan PLTA cukup besar, biaya operasional setelahnya relatif murah karena air sebagai bahan bakarnya tersedia secara gratis dan berkelanjutan.
Di Indonesia, dengan potensi sumber daya air yang melimpah dan topografi yang mendukung, pengembangan PLTA, termasuk skala mikrohidro, dapat menjadi solusi energi bagi daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik konvensional.
Dampak Lingkungan yang Perlu Diwaspadai
Tidak bisa dipungkiri, pembangunan proyek PLTA, khususnya yang berskala besar, membawa dampak lingkungan yang signifikan. Pembangunan bendungan dan waduk akan mengubah kondisi ekosistem sungai secara drastis.
Waduk yang terbentuk dapat menenggelamkan lahan hutan dan lahan pertanian, menyebabkan hilangnya habitat flora dan fauna, serta mengancam keanekaragaman hayati.
Perubahan pola aliran air, suhu, serta kandungan oksigen di hilir sungai juga berdampak pada kehidupan akuatik. Salah satu contoh nyata adalah terganggunya migrasi ikan-ikan penting seperti sidat dan salmon yang memerlukan jalur migrasi tertentu untuk bertelur dan berkembang biak.
Selain itu, meskipun PLTA tidak menghasilkan emisi langsung saat beroperasi, studi ilmiah menunjukkan bahwa waduk PLTA dapat melepaskan gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida.
Gas-gas ini berasal dari proses dekomposisi bahan organik yang terendam di dasar waduk, yang khususnya relevan di wilayah tropis seperti Indonesia.
Isu Sosial dan Pengaruhnya terhadap Komunitas Lokal
Dampak sosial dari pembangunan PLTA juga tidak kalah penting. Pembangunan waduk dan bendungan seringkali memerlukan lahan yang luas sehingga memicu penggusuran dan pengungsian masyarakat, termasuk komunitas adat. Hal ini berujung pada hilangnya mata pencaharian tradisional seperti pertanian dan perikanan.
Selain itu, situs budaya dan tempat-tempat suci masyarakat setempat bisa saja hilang atau rusak, yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Proses ganti rugi yang tidak adil juga dapat memperburuk situasi.
Oleh karena itu, transisi energi yang adil (just energy transition) harus memperhatikan kesejahteraan dan hak-hak masyarakat lokal agar manfaat listrik dapat dirasakan tanpa mengorbankan mereka.
Strategi Mitigasi dan Pengembangan PLTA Berkelanjutan
Untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul, pendekatan pembangunan PLTA yang lebih bijaksana perlu dilakukan. Salah satu strategi adalah memprioritaskan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang berkapasitas kecil di daerah-daerah terpencil.
Skala yang lebih kecil ini biasanya memiliki dampak lingkungan dan sosial yang jauh lebih rendah, sekaligus mampu memberikan akses listrik yang terdesentralisasi dan dikelola oleh masyarakat setempat.
Untuk proyek PLTA skala besar yang tak terhindarkan, komitmen untuk mitigasi dampak lingkungan dan sosial harus ditegakkan secara transparan. Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang komprehensif harus dilakukan secara menyeluruh sebelum pembangunan dimulai.
Upaya konservasi keanekaragaman hayati seperti pemasangan jalur migrasi ikan (fish passage), restorasi habitat hilir, serta perlindungan wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi perlu menjadi bagian dari proyek PLTA.
Selain itu, keterlibatan aktif masyarakat melalui mekanisme Free, Prior, and Informed Consent (FPIC) sangat penting untuk memastikan proses pembangunan berjalan adil dan berkelanjutan.
PLTA sebagai Pilar Energi Berkelanjutan Indonesia
PLTA memegang peran krusial dalam mendukung transisi energi Indonesia menuju ekonomi hijau dan target emisi nol bersih. Keandalan, umur panjang, dan fleksibilitasnya menjadikan PLTA pilar yang tak tergantikan dalam bauran energi baru terbarukan nasional.
Namun, jalan ke depan harus ditempuh dengan penuh kearifan, memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan energi bersih dan kelestarian lingkungan serta keadilan sosial.
Prioritas pada pengembangan skala kecil dan mitigasi dampak yang ketat bagi proyek besar menjadi kunci agar PLTA tidak hanya menjadi solusi energi ‘bersih’ secara teori, tetapi benar-benar berkelanjutan dan adil bagi semua pihak.
Dengan pendekatan ini, energi air dapat menjadi kekuatan alam yang mendukung Indonesia mencapai target energi dan iklimnya tanpa mengorbankan alam dan masyarakat yang selama ini menjadi bagian dari ekosistemnya.

Sindi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Layanan Logistik Terpadu Dorong Percepatan Transformasi Bisnis Indonesia
- Selasa, 21 Oktober 2025
Terpopuler
1.
2.
Prabowo Ungkap Proyek Jip Nasional, Dana dan Pabrik Siap
- 21 Oktober 2025
3.
PAN Usul Pimpinan MPR Ikut Gunakan Mobil Maung
- 21 Oktober 2025
4.
Persiapan Haji 2026 Dikebut, Hanya Tersisa Enam Bulan
- 21 Oktober 2025
5.
17 Tempat Makan Dekat Stasiun Tugu Jogja 2025
- 21 Oktober 2025