Pertamina Dorong Ketahanan Energi Lewat Proyek Kilang Strategis

Senin, 20 Oktober 2025 | 14:12:49 WIB
Pertamina Dorong Ketahanan Energi Lewat Proyek Kilang Strategis

JAKARTA - Ketahanan energi menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga stabilitas ekonomi dan pembangunan Indonesia. 

Dalam satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, PT Pertamina (Persero) sebagai BUMN energi berperan aktif dalam memastikan pasokan energi yang handal dan berkelanjutan ke seluruh penjuru negeri. 

Perusahaan ini tidak hanya menjalankan distribusi energi, tapi juga mempercepat berbagai proyek strategis untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Proyek RDMP Balikpapan: Kilang Minyak Terbesar Indonesia

Salah satu proyek utama yang tengah digenjot adalah pengembangan kilang minyak terbesar di Indonesia melalui Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur. 

Kilang ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas pengolahan minyak nasional secara signifikan, sekaligus menurunkan ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM).

Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, mengungkapkan bahwa RDMP Balikpapan dijadwalkan mulai beroperasi pada 10 November 2025. 

"Informasi yang saya sampaikan (ke Presiden Prabowo) rencananya pada 10 November akan mulai running untuk unit RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) yang di Balikpapan, itu RDMP yang akan menambah produksi solar, avtur dan tambahan sedikit LPG," jelas Simon.

Selain unit RFCC, Simon menyampaikan bahwa fasilitas nafta block, yang memproduksi bensin baru, akan mulai beroperasi pada Juni 2026. Dengan kedua unit ini, Pertamina berharap dapat memenuhi kebutuhan BBM domestik sekaligus mengurangi impor.

Investasi Besar dan Dampak Kapasitas Produksi

Proyek RDMP Balikpapan memiliki nilai investasi sebesar USD7,4 miliar, dengan USD4,3 miliar berasal dari ekuitas Pertamina dan USD3,1 miliar dari pinjaman yang didukung oleh Export Credit Agency (ECA). 

Proyek ini akan menambah kapasitas pengolahan kilang sebesar 100 ribu barel per hari, sehingga kapasitas total kilang menjadi 360 ribu barel per hari.

RDMP Balikpapan merupakan salah satu dari tujuh proyek kilang yang sedang dikerjakan Pertamina, yang semuanya tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. 

Proyek lainnya meliputi RDMP RU IV Cilacap, RDMP RU VI Balongan, RDMP RU III Plaju, RDMP RU II Dumai, Grass Root Refinery (GRR) Tuban, dan GRR Bontang.

Infrastruktur Pendukung: Tangki Raksasa Lawe-Lawe

Selain pembangunan kilang, Pertamina juga mengembangkan infrastruktur pendukung penting, seperti pembangunan dua unit tangki minyak raksasa di Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Tangki ini menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas masing-masing satu juta barel.

Menurut Milla dari Pertamina, "Dengan pembangunan dua tangki maka terdapat tambahan kemampuan inventori Kilang Balikpapan sebanyak 2 juta barel." 

Tangki ini memiliki diameter 110 meter, luas alas lebih besar dari lapangan sepak bola dan hampir setara dengan 47 lapangan padel standar, dengan pelat baja setebal 43 mm dan panjang pengelasan mencapai 20 km.

Terminal Lawe-Lawe ini juga dilengkapi fasilitas Single Point Mooring (SPM) yang memungkinkan kapal tanker berbobot hingga 320.000 DWT berlabuh, dua kali lebih besar dari kapasitas SPM sebelumnya.

Untuk menyalurkan minyak mentah dari Terminal Lawe-Lawe ke Kilang Balikpapan, Pertamina telah menyelesaikan pembangunan pipa sepanjang 18,9 km, yang melintasi darat dan Teluk Balikpapan. 

Tangki raksasa ini ditargetkan mulai melakukan pengisian perdana pada November 2025 dan memiliki tingkat komponen dalam negeri sebesar 40,49 persen.

Pipa BBM Cikampek-Plumpang: Menjamin Pasokan Jawa Barat dan Jakarta

Pertamina juga membangun pipa BBM sepanjang 96 kilometer yang menghubungkan Terminal Cikampek dan Terminal Plumpang. 

Proyek ini merupakan sinergi antara Pertamina Patra Niaga sebagai pemilik proyek dan Pertagas sebagai kontraktor, berfungsi sebagai jalur distribusi utama dari Kilang Balongan ke wilayah Jawa Barat dan Jakarta.

Direktur Utama Pertamina Gas, Indra P. Sembiring, menjelaskan, "Sinergi PPN dan Pertagas dalam pembangunan pipa BBM tersebut akan turut mendukung keandalan pasokan di wilayah Jawa Bagian Barat." Pipa ini sangat vital karena wilayah ini menyerap sekitar 30 persen konsumsi BBM nasional.

Tantangan dan Harapan Industri Kilang Minyak Nasional

Meski banyak capaian positif, industri kilang nasional menghadapi sejumlah tantangan. Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menyatakan bahwa kondisi pasar BBM di Indonesia masih berupa regulated market dengan sebagian besar produk berupa subsidi, sehingga margin keuntungan bagi industri sangat terbatas.

“Dalam 10 tahun terakhir, kapasitas kilang minyak di Asia Pasifik bertambah 3,73 juta barel per hari, Timur Tengah 2,73 juta barel, dan Eropa 829 ribu barel. Sedangkan di Indonesia hanya bertambah 125 ribu barel,” ungkap Komaidi.

Komaidi juga menyoroti kebutuhan investasi besar dalam pembangunan kilang. Rata-rata kilang dengan kapasitas 100.000 barel per hari memerlukan dana antara USD7,5 hingga 8 miliar atau sekitar Rp123-132 triliun.

Kebutuhan kilang nasional sangat mendesak karena konsumsi BBM saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari, sedangkan produksi dalam negeri baru 1 juta barel, sehingga impor masih mencapai 600 ribu barel per hari.

Teknologi dan Kualitas Produk: Indeks Kompleksitas Kilang

Komaidi menjelaskan bahwa proyek RDMP dan Grass Root Refinery (GRR) menjadi langkah tepat dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas produk Pertamina. 

Misalnya, RDMP Balikpapan berhasil meningkatkan Nelson Complexity Index (NCI) kilang dari 3,7 menjadi 8, yang berarti nilai tambah produk kilang meningkat secara signifikan.

Indeks ini menunjukkan kemampuan kilang menghasilkan produk bernilai tinggi, dengan angka 10 sebagai nilai tertinggi.

Komitmen Pertamina untuk Kemandirian Energi

Berbagai proyek kilang dan infrastruktur pendukung yang sedang berjalan menegaskan komitmen Pertamina dalam memperkuat ketahanan energi nasional. 

Tidak hanya bertujuan menjamin pasokan energi yang andal, tetapi juga memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional dan pengembangan industri dalam negeri.

Dengan investasi besar dan teknologi mutakhir, Pertamina berusaha menjaga kedaulatan energi Indonesia sesuai dengan visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk menjadikan Indonesia mandiri di bidang energi dan ekonomi.

Terkini