Jaringan Irigasi Rejomulyo Dongkrak Produktivitas Petani Lampung

Senin, 20 Oktober 2025 | 13:29:44 WIB
Jaringan Irigasi Rejomulyo Dongkrak Produktivitas Petani Lampung

JAKARTA - Upaya pemerintah mewujudkan swasembada pangan tidak hanya berbicara pada penyediaan bibit, pupuk, atau lahan, tetapi juga soal ketersediaan air bagi pertanian. Di Desa Rejomulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, hadirnya Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) menjadi bukti nyata bahwa infrastruktur pertanian dapat langsung mengubah kehidupan petani. 

Dengan dukungan JIAT, para petani di wilayah ini kini bisa merasakan panen hingga tiga kali dalam setahun, sesuatu yang sebelumnya sulit tercapai karena hanya mengandalkan air hujan.

Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan baru-baru ini melakukan kunjungan ke Rejomulyo. Dalam agenda tersebut, pemerintah tidak hanya meninjau kondisi JIAT, tetapi juga membuka ruang dialog agar masyarakat dapat menyampaikan aspirasi dan kebutuhan secara langsung.

Dukungan Infrastruktur Demi Swasembada Pangan

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar, Rachmat Kaimuddin, menegaskan bahwa pembangunan jaringan irigasi menjadi bagian dari program strategis untuk mendukung swasembada pangan, salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, tanpa ketersediaan air yang memadai, target peningkatan produksi pertanian sulit tercapai.

“Dari awal telah disampaikan oleh Bapak Presiden Prabowo bahwa yang diharapkan adalah swasembada pangan. Untuk mencapainya tentu dibutuhkan infrastruktur yang menunjang hal tersebut. Karena itu, kita pastikan pembangunan yang dilakukan benar-benar berdampak dan mampu menghasilkan panen yang lebih banyak,” jelas Rachmat.

JIAT di Desa Rejomulyo dibangun dengan spesifikasi teknis yang mendukung operasional lahan pertanian secara berkelanjutan. Sumur irigasi memiliki kedalaman 120 meter dengan panjang jaringan 1.500 meter. Di sepanjang jaringan terdapat 15 unit boks bagi untuk mendistribusikan air ke lahan.

Dengan dukungan pompa bertenaga mesin genset 35 KVA serta sambungan listrik 23 KVA, JIAT mampu melayani 25 hektare sawah, meningkat dari sebelumnya hanya 20 hektare.

Apresiasi untuk Kerja Keras Petani

Dalam kunjungan tersebut, Rachmat menyampaikan apresiasi kepada para petani yang menjadi garda terdepan dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Menurutnya, teknologi dan infrastruktur hanyalah pendukung, sedangkan kerja keras petani tetap menjadi kunci.

“Untuk menjadi padi, menjadi beras, tentu sangat bergantung pada kerja keras para petani. Selain air, bibit, dan pupuk, di dalamnya ada keringat Bapak/Ibu semua yang membuat kami semua bisa menikmati makan,” ungkapnya.

Perubahan Nyata Bagi Masyarakat Rejomulyo

Hadirnya JIAT di Rejomulyo langsung membawa perubahan signifikan. Tushandoyo, Kepala Desa Rejomulyo, menjelaskan bahwa sebelumnya para petani hanya bisa menanam ketika hujan turun. Ketergantungan pada cuaca membuat hasil panen tidak menentu dan berisiko merugi.

“Sebelum ada JIAT, petani hanya mengharapkan hujan dari Allah SWT. Bila hujannya lebat, kami bisa menanam. Bila tidak, banyak kerugian. Setelah ada JIAT, kami sangat bersyukur bisa panen hingga tiga kali,” katanya.

Senada, Ketua Gapoktan Rejomulyo, Sariyun, juga mengakui manfaat besar dari kehadiran jaringan irigasi tersebut. Ia menyebut bahwa sebelum JIAT dibangun, petani hanya bisa panen sekali setahun. Kini, dengan bantuan jaringan air tanah dan penggunaan listrik yang lebih efisien dibanding genset, produktivitas meningkat pesat.

“Dulunya sebelum ada sumur itu cuma satu kali. Setelah ada sumur JIAT pakai genset bisa dua kali. Sekarang menggunakan listrik karena operasionalnya sangat murah, bisa tiga kali,” jelasnya.

Peningkatan hasil panen ini tidak hanya memperbaiki kondisi pangan lokal, tetapi juga mendongkrak pendapatan petani, membuat kesejahteraan mereka ikut meningkat.

Kolaborasi Berbagai Pihak

Kunjungan Rachmat turut didampingi sejumlah pejabat, termasuk Plt. Asdep Infrastruktur SDA dan Pangan Velly Asvaliantina, Direktur Air Tanah dan Air Baku Kementerian PU Bastari, serta Kepala BBWS Mesuji Sekampung Elroy Koyari. Hadir pula unsur Forkopimda, perwakilan PLN UID Lampung, kepala desa dari wilayah sekitar, dan kelompok tani.

Kehadiran mereka menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur pertanian bukan hanya tanggung jawab satu lembaga, melainkan hasil kerja sama lintas sektor. Dukungan pemerintah pusat, daerah, hingga perusahaan penyedia listrik menjadi fondasi penting agar program berjalan efektif.

Dari Rejomulyo, rombongan melanjutkan kunjungan ke rehabilitasi saluran irigasi Way Tipo Kiri dan Kanan di Lampung Tengah, yang juga merupakan implementasi dari Inpres No. 2 Tahun 2025. Program ini menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur irigasi merupakan langkah strategis untuk memperkuat kemandirian pangan nasional.

Menuju Ketahanan Pangan Nasional

Hadirnya JIAT di Rejomulyo menjadi gambaran bagaimana infrastruktur yang tepat guna mampu memberikan hasil nyata. Dengan sistem irigasi yang memadai, petani bisa menanam lebih sering, meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya mendukung pencapaian target swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.

Apa yang terjadi di Rejomulyo membuktikan bahwa setiap pembangunan yang dilakukan pemerintah harus langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dengan kolaborasi antara pemerintah, petani, dan seluruh pemangku kepentingan, harapan mewujudkan ketahanan pangan nasional bukanlah hal yang mustahil.

Terkini

Prabowo Ungkap Proyek Jip Nasional, Dana dan Pabrik Siap

Selasa, 21 Oktober 2025 | 18:41:34 WIB

PAN Usul Pimpinan MPR Ikut Gunakan Mobil Maung

Selasa, 21 Oktober 2025 | 18:41:29 WIB

Persiapan Haji 2026 Dikebut, Hanya Tersisa Enam Bulan

Selasa, 21 Oktober 2025 | 18:41:25 WIB

17 Tempat Makan Dekat Stasiun Tugu Jogja 2025

Selasa, 21 Oktober 2025 | 18:41:23 WIB