Alpukat Siger Lampung Dongkrak Ekonomi Petani Desa Gunung Mas

Senin, 20 Oktober 2025 | 13:29:25 WIB
Alpukat Siger Lampung Dongkrak Ekonomi Petani Desa Gunung Mas

JAKARTA - Di Desa Gunung Mas, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur, suasana desa kini tampak berbeda dari beberapa tahun silam. Hampir setiap pekarangan dipenuhi tanaman hijau berdaun lebat dengan buah lonjong berkulit tipis berwarna hijau tua. 

Itulah Alpukat Siger, varietas khas Lampung yang lahir dari inovasi seorang petani bernama Anto Abdul Mutholib.

Pada 2015, Anto berhasil melakukan kawin silang berbagai varietas unggul alpukat lokal. Dari upaya sederhana itu lahirlah jenis alpukat baru dengan ukuran besar, daging tebal berwarna kuning mentega, serta rasa gurih yang khas. Kualitas ini membuat Alpukat Siger cepat dikenal luas, bukan hanya di Lampung, tetapi juga merambah hingga ke provinsi lain.

Awalnya, Anto hanya menanam bibit tersebut di kawasan hutan lindung Register 38 Gunung Balak, Sekampung Udik, dalam rangka rehabilitasi lahan. Namun siapa sangka, hasil percobaannya justru membuahkan keberhasilan besar. Pohon-pohon itu tumbuh subur, berbuah lebat, dan menjadi awal dari perjalanan panjang Alpukat Siger sebagai komoditas unggulan daerah.

Dampak Ekonomi Bagi Masyarakat Desa

Seiring berjalannya waktu, Alpukat Siger tak hanya menjadi identitas baru Lampung, tetapi juga sumber penghidupan bagi warga Desa Gunung Mas. Menurut Pamin, salah satu pembina petani Alpukat Siger, budidaya ini kini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.

“Dulu niatnya cuma buat konsumsi dan penghijauan, sekarang malah bisa bikin warga sejahtera,” ungkap Pamin saat ditemui di Desa Gunung Mas.

Hasil yang diperoleh memang luar biasa. Dari penjualan bibit saja, para petani mampu meraup pendapatan hingga Rp25 juta per bulan. Sementara itu, ketika musim panen tiba—yang bisa berlangsung dua kali dalam setahun—hasil dari satu hektare lahan dapat mencapai Rp500 juta. Tak heran bila banyak keluarga desa kini menggantungkan harapan hidup mereka pada buah berharga ini.

Penamaan “Alpukat Siger” sendiri bukan tanpa makna. Nama itu diambil dari simbol mahkota adat wanita Lampung, Siger, sebagai bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal dan identitas budaya daerah.

“Supaya orang tahu, ini khas Lampung,” tambah Pamin.

Budidaya Mandiri, Dari Bibit Hingga Pemasaran

Keberhasilan Alpukat Siger bukan hasil campur tangan perusahaan besar, melainkan berawal dari kerja keras masyarakat. Wawan, seorang petani pembibit, menjelaskan bahwa proses pengembangbiakan dilakukan sepenuhnya oleh warga desa.

“Kita mulai dari biji alpukat berbagai jenis, lalu disambung pucuk. Setelah tunas tumbuh sekitar 15 hari, baru dipindah ke media yang lebih besar,” terang Wawan.

Proses penyemaian, pembentukan bibit, hingga pemasaran sepenuhnya dilakukan secara mandiri. Bahkan, sebagian warga menjadikan halaman rumah mereka sebagai tempat pembibitan. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi lokal bisa tumbuh berkembang dengan keterlibatan langsung masyarakat tanpa harus bergantung pada pihak luar.

Kini, Alpukat Siger tidak hanya dijual di pasar lokal Lampung, tetapi juga berhasil menembus pasar Sumatera dan Jawa. Potensi besar ini membuat banyak kalangan yakin bahwa Alpukat Siger bisa menjadi ikon agribisnis baru dari Lampung Timur.

Tantangan Infrastruktur yang Masih Menghambat

Meski prospeknya sangat menjanjikan, para petani Alpukat Siger masih menghadapi tantangan serius, terutama terkait infrastruktur jalan. Banyak ruas jalan menuju Desa Gunung Mas rusak parah, berlubang, dan sulit dilalui kendaraan, apalagi saat musim hujan.

“Kalau musim hujan, jalannya licin. Bawa alpukat pakai motor bisa jatuh. Padahal kulitnya tipis, kalau jatuh sedikit saja harganya turun jauh,” keluh Pamin.

Kerusakan jalan membuat proses distribusi hasil panen kerap terhambat, menurunkan kualitas buah yang sampai ke pasar. Warga berharap pemerintah daerah memberikan perhatian lebih agar infrastruktur perdesaan segera diperbaiki. Dengan jalan yang baik, mereka yakin potensi ekonomi Alpukat Siger akan semakin berkembang, bukan hanya untuk Lampung Timur, tetapi juga sebagai komoditas unggulan nasional.

Harapan ke Depan

Alpukat Siger telah membuktikan bahwa inovasi lokal mampu membawa perubahan besar. Dari sekadar tanaman hasil persilangan di hutan lindung, kini menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan warga Desa Gunung Mas, tetapi juga memperkuat identitas budaya Lampung di tingkat nasional.

Masyarakat berharap agar dukungan pemerintah tidak hanya berhenti pada program pemberdayaan petani, tetapi juga menyentuh perbaikan infrastruktur, pembukaan akses pasar, serta pelatihan pengolahan hasil panen. Dengan langkah-langkah tersebut, bukan tidak mungkin Alpukat Siger akan menembus pasar internasional suatu hari nanti.

Terkini