Euforia Pasar Saham Digital: Superbank Langsung Melonjak Tajam Sehari Setelah IPO di BEI
- Sabtu, 20 Desember 2025
JAKARTA - Antusiasme pelaku pasar terlihat jelas sejak hari pertama perdagangan saham PT Super Bank Indonesia Tbk. di Bursa Efek Indonesia. Emiten perbankan digital yang baru melantai ini langsung mencuri perhatian investor.
Saham PT Super Bank Indonesia Tbk. dengan kode SUPA menunjukkan performa impresif usai pencatatan perdana. Lonjakan harga terjadi hanya dalam waktu singkat setelah saham mulai diperdagangkan.
Superbank resmi mencatatkan saham perdana atau initial public offering di BEI pada Rabu, 17 Desember 2025. Sejak saat itu, pergerakan sahamnya menjadi sorotan utama pelaku pasar.
Baca JugaPurbaya Keteteran Hadapi Lonjakan Permintaan Anggaran Kementerian Akhir Tahun
Berdasarkan data Stockbit pada Jumat, 19 Desember 2025, hingga pukul 13.20 WIB, saham SUPA mengalami kenaikan signifikan. Saham ini melesat 24,87 persen atau naik 245 poin.
Kenaikan tersebut membawa harga saham SUPA ke level Rp1.230 per saham. Angka ini sekaligus menandai capaian tertinggi sejak saham tersebut diperdagangkan.
Seiring lonjakan harga, saham Superbank tercatat mengalami auto reject atas. Kondisi ini menunjukkan tingginya minat beli investor terhadap saham tersebut.
Pada perdagangan hari itu, saham SUPA dibuka langsung di level Rp1.230 per saham. Harga pembukaan tersebut juga menjadi level tertinggi sepanjang sesi perdagangan.
Menariknya, harga pembukaan tersebut juga tercatat sebagai harga terendah pada hari yang sama. Hal ini mencerminkan tekanan beli yang sangat kuat.
Jika dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya, lonjakan tersebut terlihat sangat signifikan. Sebelumnya, saham SUPA ditutup di level Rp985 per saham.
Selisih harga yang cukup besar ini memperlihatkan euforia pasar terhadap Superbank. Investor merespons positif prospek bisnis perbankan digital tersebut.
Pergerakan Saham dan Aktivitas Transaksi yang Padat
Dari sisi aktivitas transaksi, saham SUPA menunjukkan volume perdagangan yang tinggi. Total saham yang berpindah tangan mencapai puluhan juta lembar.
Tercatat volume perdagangan saham SUPA sebesar 58,66 juta saham. Aktivitas ini mencerminkan likuiditas yang kuat sejak hari pertama.
Nilai transaksi saham SUPA juga tidak kalah besar. Total nilai transaksi mencapai Rp72,15 miliar.
Frekuensi perdagangan saham SUPA tercatat sebanyak 9.113 kali. Angka ini menunjukkan tingginya intensitas transaksi di pasar.
Dengan pergerakan harga tersebut, kapitalisasi pasar Superbank ikut melonjak. Nilai kapitalisasi pasar kini mencapai sekitar Rp41,2 triliun.
Peningkatan kapitalisasi pasar ini menempatkan Superbank sebagai salah satu emiten bank digital dengan valuasi signifikan. Posisi ini memperkuat daya tariknya di mata investor.
Harga rata-rata perdagangan saham SUPA tercatat berada di level Rp1.230 per saham. Angka ini sejalan dengan harga penutupan pada sesi tersebut.
Stabilnya harga di level atas menunjukkan sentimen positif yang masih terjaga. Investor tampak optimistis terhadap kinerja jangka panjang Superbank.
Lonjakan harga dan volume perdagangan ini juga mencerminkan keberhasilan strategi IPO. Penawaran saham perdana Superbank mendapat respons luar biasa.
Kepercayaan investor menjadi modal penting bagi emiten baru. Superbank memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisi di industri perbankan digital.
Dana IPO dan Strategi Penggunaan Modal
Superbank berhasil menghimpun dana besar melalui aksi IPO. Total dana yang diperoleh mencapai Rp2,79 triliun.
Dana hasil penawaran umum perdana ini direncanakan untuk mendukung ekspansi bisnis. Fokus utama diarahkan pada penguatan kapabilitas perbankan digital.
Dalam proses IPO, Superbank menetapkan harga nominal Rp100 per saham. Jumlah saham yang dilepas mewakili 13 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Harga penawaran ditetapkan sebesar Rp635 per saham. Penetapan harga ini menjadi dasar perhitungan dana yang berhasil dihimpun.
“Dengan harga penawaran Rp635 per saham,” tulis pengumuman prospektus. Dari skema tersebut, perseroan memperoleh dana sekitar Rp2,79 triliun.
Manajemen Superbank telah menyusun rencana penggunaan dana secara terperinci. Alokasi dana difokuskan untuk mendukung pertumbuhan bisnis jangka panjang.
Sebesar 70 persen dana hasil IPO akan digunakan sebagai modal kerja. Dana ini diarahkan untuk penyaluran kredit perseroan.
Penyaluran kredit menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan Superbank. Strategi ini sejalan dengan model bisnis perbankan digital.
Sementara itu, sekitar 30 persen dana IPO dialokasikan untuk belanja modal. Belanja modal tersebut mencakup berbagai kebutuhan operasional dan pengembangan usaha.
“Sisanya sekitar 30% dana hasil penawaran umum untuk belanja modal dalam rangka kegiatan usaha perseroan,” tulis keterangan dalam prospektus.
Belanja modal tersebut meliputi pengembangan produk pendanaan dan pembiayaan. Fokus utama tetap pada peningkatan layanan berbasis digital.
Selain itu, dana juga dialokasikan untuk pengembangan digital payment system. Sistem ini menjadi tulang punggung transaksi perbankan digital.
Penguatan infrastruktur teknologi informasi juga menjadi prioritas. Langkah ini diperlukan untuk mendukung pertumbuhan transaksi yang pesat.
Superbank juga mengalokasikan dana untuk penguatan sistem operasional. Efisiensi dan keandalan sistem menjadi kunci dalam layanan perbankan digital.
Investasi pada kecerdasan buatan atau artificial intelligence turut menjadi bagian dari strategi. Teknologi ini diharapkan meningkatkan kualitas layanan dan analisis data.
Selain AI, pengembangan data analitik juga menjadi fokus. Pemanfaatan data akan membantu perseroan memahami kebutuhan nasabah secara lebih akurat.
Aspek keamanan siber juga mendapat perhatian serius. Dana IPO digunakan untuk meningkatkan perlindungan sistem dari risiko digital.
Isu Dividen dan Pandangan Manajemen Perbankan
Di tengah euforia IPO Superbank, perhatian pasar juga tertuju pada kebijakan dividen perbankan. Isu ini menjadi pertimbangan penting bagi investor.
Sebelumnya, direksi Bank Mandiri sempat menyampaikan pandangan terkait dividen interim. Opsi pembagian dividen interim disebut selalu terbuka.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Novita Widya Anggraini menyampaikan pernyataan tersebut dalam konferensi pers. Pernyataan itu disampaikan pada Jumat, 19 September 2025.
“Rencana ataupun opsi untuk membagikan dividen interim itu pasti akan selalu terbuka untuk Bank Mandiri,” ujar Novita Widya Anggraini.
Ia menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada rencana spesifik terkait kebijakan tersebut. Setiap keputusan akan mempertimbangkan tata kelola perusahaan.
“Jadi opsinya ada, namun sampai dengan saat ini kami masih belum ada rencana spesifik terkait itu,” lanjutnya.
Pernyataan ini menunjukkan kehati-hatian manajemen dalam menentukan kebijakan dividen. Stabilitas keuangan tetap menjadi prioritas utama.
Meski pernyataan tersebut berasal dari entitas berbeda, sentimen dividen tetap memengaruhi persepsi investor sektor perbankan. Investor cenderung mencermati kebijakan serupa di emiten lain.
Bagi Superbank, fokus utama saat ini adalah ekspansi dan penguatan bisnis. Pembagian dividen bukan menjadi prioritas jangka pendek.
Dengan dana IPO yang besar, Superbank memiliki ruang luas untuk tumbuh. Strategi jangka panjang menjadi perhatian utama manajemen.
Lonjakan saham SUPA mencerminkan optimisme pasar terhadap masa depan perbankan digital. Investor menilai potensi pertumbuhan masih terbuka lebar.
Kinerja saham pasca-IPO menjadi indikator awal kepercayaan pasar. Superbank berhasil memanfaatkan momentum tersebut secara maksimal.
Ke depan, pergerakan saham SUPA akan terus dipantau. Konsistensi kinerja dan realisasi strategi menjadi kunci menjaga kepercayaan investor.
Nathasya Zallianty
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Cara Praktis Ikut Pemutihan Pajak Kendaraan Tanpa Denda Bertahun-tahun
- Sabtu, 20 Desember 2025












