PMI Manufaktur Indonesia Naik, Menperin: Indikator Sekunder yang Positif
- Selasa, 04 November 2025
 
                                             JAKARTA - Kinerja sektor manufaktur Indonesia kembali menunjukkan sinyal positif di awal kuartal IV-2025.
Berdasarkan laporan S&P Global, indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia naik dari 50,4 menjadi 51,2 pada Oktober 2025, atau meningkat 0,8 poin secara bulanan (month-to-month). Peningkatan ini menandakan aktivitas industri nasional berada di zona ekspansi selama tiga bulan berturut-turut, mencerminkan stabilitas pertumbuhan di tengah tekanan ekonomi global.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menilai capaian ini sebagai bukti bahwa sektor manufaktur masih menjadi motor utama ekonomi nasional. Ia menyebut, ekspansi PMI menandakan bertambahnya kepercayaan pelaku industri, sekaligus memperlihatkan penguatan permintaan di pasar domestik.
Baca JugaIPC TPK Buka Rute Langsung Tanjung Priok–Vietnam, Dorong Ekspor Nasional
“Kami melihat adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja pada laju tercepat sejak Mei 2025. Ini sinyal baik karena aktivitas industri kembali mendorong penciptaan lapangan kerja,” ujar Agus.
Dorongan Permintaan Domestik di Tengah Tekanan Global
Berdasarkan komponen pembentuk PMI, pesanan baru naik dari 51,7 menjadi 52,3, sementara tingkat ketenagakerjaan meningkat dari 50,7 menjadi 51,3. Peningkatan dua indikator utama tersebut memperkuat keyakinan bahwa permintaan dalam negeri masih menjadi penopang utama pertumbuhan industri.
Agus menjelaskan, ekspansi ini tak lepas dari stabilnya konsumsi domestik, meski ekspor masih tertekan akibat melambatnya permintaan di pasar global seperti Amerika Serikat dan Eropa. “Walaupun ekspor masih melambat akibat pelemahan permintaan di pasar utama seperti Amerika Serikat dan Eropa, kekuatan konsumsi dalam negeri menjadi motor utama pertumbuhan industri,” kata Agus.
Sementara itu, output atau aktivitas produksi tercatat stabil di level 50, menandakan pelaku industri masih berhati-hati dalam menyesuaikan kapasitas produksi dengan permintaan pasar. Beberapa perusahaan juga dilaporkan mengandalkan stok yang ada untuk memenuhi lonjakan pesanan baru, sehingga stok barang jadi sempat menurun.
Di sisi lain, S&P Global mencatat inflasi harga input mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir akibat kenaikan harga bahan baku. Namun, kenaikan harga jual produsen masih relatif terbatas. Agus menilai, hal ini menjadi bukti bahwa pelaku industri berupaya menjaga daya saing dan menahan tekanan inflasi agar tetap stabil di tingkat konsumen.
PMI Global dan Regional Ikut Menguat
Kondisi ekspansi tidak hanya terjadi di Indonesia. Dalam laporan yang sama, PMI Manufaktur ASEAN juga meningkat ke level 51,6 pada Oktober 2025.
Indonesia (51,2) berada di zona ekspansi bersama Thailand (56,6), Vietnam (54,5), dan Myanmar (53,1). Beberapa negara besar dunia seperti Tiongkok (51,2) dan India (57,7) juga mencatat pertumbuhan moderat, menunjukkan adanya tanda-tanda stabilisasi aktivitas manufaktur global.
Meski begitu, Agus menegaskan bahwa PMI bukan satu-satunya indikator utama yang digunakan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk menilai kondisi sektor manufaktur nasional. Menurutnya, PMI hanya bersifat makro dan tidak cukup rinci untuk menggambarkan kinerja sub sektor industri di Indonesia.
“Saya ingin mengajak semua pihak untuk cermat dan bijak menggunakan data PMI dari S&P Global tiap bulannya. PMI bulanan yang dikeluarkan lembaga tersebut didasarkan pada sampel industri lebih sedikit dibanding sampel IKI. Selain itu, PMI S&P Global belum cukup detail menggambarkan kondisi sub sektor industri,” tegas Agus.
Kemenperin Andalkan IKI sebagai Indikator Utama
Sebagai acuan utama, Kemenperin menggunakan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dianggap lebih komprehensif karena melibatkan lebih banyak pelaku industri dalam negeri. Menurut Agus, IKI mampu mencerminkan kondisi riil lapangan dan dijadikan dasar perumusan kebijakan industri.
“Data PMI bukan data utama kami dalam membaca situasi terkini manufaktur dan juga dalam perumusan kebijakan,” kata Agus menegaskan.
Ia menambahkan, setiap sub sektor industri memiliki dinamika berbeda-beda, sehingga analisis mendalam berbasis IKI diperlukan untuk memastikan kebijakan yang diambil tepat sasaran.
Dalam kesempatan yang sama, Menperin menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga daya saing industri nasional melalui peningkatan efisiensi, pengembangan nilai tambah, serta program upskilling dan reskilling tenaga kerja.
Pemerintah juga akan memperkuat implementasi industri hijau dan berkelanjutan agar manufaktur Indonesia mampu bersaing di era transisi energi global.
“Kami optimistis sektor manufaktur akan tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional. Kemenperin terus memastikan iklim usaha kondusif, memperkuat daya saing, dan mendorong transformasi menuju industri hijau dan berkelanjutan,” ujar Agus.
IKI Oktober 2025 Tumbuh Lebih Kuat
Kinerja IKI yang dirilis Kemenperin juga mengonfirmasi tren positif di sektor manufaktur. Pada Oktober 2025, IKI tercatat di level 53,50, naik 0,48 poin dibanding September 2025 (53,02). Capaian ini juga lebih tinggi 0,75 poin dibanding Oktober 2024 yang berada di angka 52,75.
Kenaikan tersebut didorong oleh ekspansi di hampir seluruh sub sektor industri. Dari 23 sub sektor yang dianalisis, sebanyak 22 sub sektor mengalami ekspansi, dengan kontribusi mencapai 98,8% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada triwulan II-2025.
Dua sub sektor dengan kinerja tertinggi adalah Industri Pengolahan Tembakau (KBLI 12) dan Industri Kertas dan Barang dari Kertas (KBLI 17). Hanya Industri Tekstil (KBLI 13) yang mengalami kontraksi pada periode ini.
Kombinasi antara ekspansi PMI dan pertumbuhan IKI memperlihatkan optimisme bahwa manufaktur Indonesia masih tangguh menghadapi tekanan global. Dengan dukungan konsumsi domestik yang kuat dan kebijakan industri yang adaptif, sektor ini diperkirakan tetap menjadi pilar utama ekonomi nasional hingga akhir tahun.
Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
AHY Optimistis Utang Kereta Cepat Bisa Diselesaikan Tanpa Bebani Anggaran Negara
- Selasa, 04 November 2025
 
PLN Gelar Electric Run 2025, Bukti Nyata Komitmen Menuju Net Zero Emission
- Selasa, 04 November 2025
 
Buyback Emas Antam Tembus Rp2,15 Juta, Tren Naik di Tengah Gejolak Global
- Selasa, 04 November 2025
 
Dana Asing Rp12,8 Triliun Masuk ke Bursa, IHSG Kembali Menguat Signifikan
- Selasa, 04 November 2025
 
Berita Lainnya
PLN Gelar Electric Run 2025, Bukti Nyata Komitmen Menuju Net Zero Emission
- Selasa, 04 November 2025
 
PLTN Pertama Ditargetkan 2032, Indonesia Siap Masuki Era Energi Nuklir
- Selasa, 04 November 2025
 
BBM Pertamina Naik November 2025, Dex dan Dexlite Alami Penyesuaian Harga
- Selasa, 04 November 2025
 
Harga TBS Kelapa Sawit Kaltim Turun, Petani Diminta Perkuat Kemitraan Strategis
- Selasa, 04 November 2025
 











.jpeg)
