JAKARTA - Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menilai perlunya langkah strategis antara dua raksasa tambang nasional, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Freeport Indonesia (PTFI), guna menjaga keberlanjutan produksi tembaga di Tanah Air.
Melalui Ketua Umumnya, Sudirman Widhy, Perhapi mengusulkan agar Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), anak usaha AMMN, dapat menyalurkan sebagian produksi konsentrat tembaganya ke smelter milik Freeport di Gresik.
Usulan ini muncul menyusul adanya kendala operasional di tambang Grasberg Block Cave (GBC) milik Freeport yang mengalami insiden longsor pada 8 September 2025 lalu. Dampak dari peristiwa tersebut membuat pasokan bahan baku untuk smelter tembaga Freeport menurun drastis.
Baca JugaSido Muncul Umumkan Dividen Interim 2025, Cuan Rp647 Miliar Siap Dibagikan
“Kami melihat alangkah baiknya jika ada kesepakatan antara Freeport dan Amman untuk menyuplai produksi bijih tembaga dari Amman Minerals ke smelter Freeport yang juga memerlukan supply dari pihak lain,” ujar Sudirman.
Perhapi menilai langkah tersebut akan menjadi solusi jangka pendek yang saling menguntungkan, terutama di tengah upaya pemerintah menjaga stabilitas industri tembaga nasional pasca-disrupsi produksi yang melanda dua perusahaan besar tersebut.
Perhapi: Kolaborasi Harus Berdasarkan Prinsip Bisnis yang Adil
Lebih lanjut, Sudirman menegaskan bahwa apabila kerja sama itu terealisasi, mekanismenya harus tetap berbasis Business-to-Business (B2B) agar tidak menimbulkan ketimpangan kepentingan.
“Tentunya kesepakatan tersebut tetap harus didasarkan atas kondisi bisnis yang wajar dan fair untuk kedua belah pihak. Seperti misalnya penentuan harga yang disepakati, term and condition yang juga harus disepakati,” jelasnya.
Perhapi menekankan pentingnya prinsip transparansi dan keadilan dalam menentukan harga jual konsentrat, skema logistik, serta komposisi pasokan. Dengan begitu, kerja sama ini tidak hanya bermanfaat bagi kedua perusahaan, tetapi juga menjaga kepercayaan publik terhadap tata kelola industri pertambangan nasional.
Selain itu, kolaborasi ini dinilai dapat memperkuat kemandirian rantai pasok dalam negeri, sehingga kebutuhan bahan baku untuk smelter nasional tidak lagi terlalu bergantung pada kondisi eksternal atau fluktuasi pasar global.
Amman Mineral Dapat Relaksasi Ekspor, Momentum Sinergi Domestik
Usulan Perhapi tersebut muncul di tengah momentum penting bagi Amman Mineral. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja memberikan relaksasi ekspor konsentrat tembaga kepada anak usahanya, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), sebesar 480.000 metrik ton kering (dmt).
Relaksasi tersebut berlaku selama enam bulan mulai 31 Oktober 2025 hingga April 2026. Langkah ini memberikan ruang bagi Amman untuk tetap menjaga arus pendapatan dan operasional produksi sembari menyelesaikan proses pemulihan fasilitas pemurniannya.
“Memang ada hal yang cukup menarik dari kasus yang terjadi pada Freeport dan Amman Mineral ini. Freeport Indonesia saat ini produksi konsentrat tembaganya anjlok sebagai akibat dihentikannya operasional tambang.
Di sisi lain, PT Amman Minerals menghadapi permasalahan dengan rusaknya smelter mereka yang juga telah dibuktikan melalui proses investigasi,” jelas Sudirman.
Dengan adanya relaksasi tersebut, Amman memiliki kelebihan pasokan konsentrat yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik, termasuk kemungkinan memasok ke Freeport yang sedang membutuhkan bahan baku tambahan.
Dampak Insiden Tambang dan Smelter terhadap Industri Nasional
Baik Freeport maupun Amman saat ini menghadapi tantangan besar di sisi produksi. Freeport harus mengurangi operasional akibat insiden longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) yang mengganggu rantai produksi konsentrat tembaganya.
Di sisi lain, Amman Mineral juga mengalami kendala teknis pada smelternya, yang saat ini dalam tahap pemulihan pasca terjadinya kerusakan fasilitas. Kondisi tersebut membuat Amman sementara waktu belum bisa mengolah seluruh hasil tambangnya di dalam negeri.
Relaksasi ekspor yang diberikan pemerintah kepada kedua perusahaan besar ini sebenarnya merupakan respons terhadap situasi darurat industri. Sebelumnya, PT Freeport Indonesia juga sempat mendapatkan izin ekspor terbatas setelah insiden kebakaran smelter pada 14 Oktober 2024, yang izinnya berakhir pada 16 September 2025.
Dengan dua perusahaan besar menghadapi gangguan operasional secara bersamaan, Perhapi menilai sinergi antar pelaku industri tambang nasional menjadi solusi paling realistis untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku dan stabilitas ekonomi sektor tembaga.
Dorongan Kolaborasi untuk Stabilitas dan Kemandirian Industri
Usulan kerja sama antara Amman dan Freeport yang disampaikan Perhapi bukan hanya bertujuan menyelesaikan masalah jangka pendek, tetapi juga memperkuat ketahanan industri tambang nasional di masa depan.
Dengan potensi sumber daya besar yang dimiliki Amman di Nusa Tenggara Barat dan kapasitas pengolahan smelter Freeport di Gresik, kerja sama ini dapat menciptakan ekosistem hilirisasi tembaga yang lebih efisien dan mandiri di dalam negeri.
Selain mendukung optimalisasi fasilitas smelter Freeport yang saat ini belum beroperasi penuh, langkah ini juga membantu Amman mengelola stok produksinya secara produktif sambil menunggu pemulihan smelter miliknya.
Perhapi juga memandang bahwa model kerja sama semacam ini bisa menjadi preseden positif bagi kolaborasi antarpelaku industri tambang di Indonesia, terutama dalam konteks hilirisasi komoditas strategis seperti tembaga dan nikel.
Jika dijalankan dengan prinsip keadilan dan efisiensi bisnis, sinergi tersebut akan memberikan manfaat besar, mulai dari stabilitas pasokan bahan baku nasional, peningkatan devisa negara, hingga penciptaan lapangan kerja di sektor hilir pertambangan.
Kolaborasi Domestik sebagai Kunci Ketahanan Tambang Nasional
Usulan Perhapi agar Amman Mineral menyuplai konsentrat tembaga ke Freeport menunjukkan perlunya koordinasi dan solidaritas antarperusahaan tambang nasional dalam menghadapi tantangan industri.
Dengan situasi Freeport yang kekurangan pasokan dan Amman yang memiliki produksi berlebih, kerja sama B2B yang transparan dan adil dapat menjadi solusi strategis untuk menjaga keberlangsungan industri hilirisasi tembaga Indonesia.
Jika berhasil diwujudkan, langkah ini tak hanya menjadi bentuk efisiensi bisnis, tetapi juga simbol sinergi nasional menuju kemandirian industri tambang yang berdaya saing global.
Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
PAM Mineral (NICL) Kuartal III/2025: Laba Melonjak, Strategi Hadapi Harga Nikel
- Senin, 03 November 2025
Bank Mega Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Dana Pihak Ketiga Melonjak Signifikan
- Senin, 03 November 2025
Bank Jakarta Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Kredit UMKM dan CASA Menguat Pesat
- Senin, 03 November 2025
Berita Lainnya
Bank Mega Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Dana Pihak Ketiga Melonjak Signifikan
- Senin, 03 November 2025
Bank Jakarta Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Kredit UMKM dan CASA Menguat Pesat
- Senin, 03 November 2025
Jadwal Kapal Pelni Makassar-Balikpapan November 2025 dan Harga Terbaru
- Senin, 03 November 2025
Hutama Karya Tingkatkan Keselamatan Tol Nasional Lewat Penegakan ODOL
- Senin, 03 November 2025
Terpopuler
1.
BLTS Sejahtera Cair Rp 18 Triliun, Purbaya Pastikan Penyaluran Cepat
- 03 November 2025
2.
3.
Harga Skutik Murah Stabil di November, Waktu Tepat Beli Motor
- 03 November 2025
4.
Lenovo AI Glasses V1 Resmi Dirilis, Bawa Fitur Teleprompter Canggih
- 03 November 2025
5.
Resep Rujak Buah Thailand Som Tum Pon La Mai yang Segar dan Lezat
- 03 November 2025










