JAKARTA - Momen duka nasional di Thailand ternyata tidak hanya menggugah emosi rakyatnya, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi secara tak terduga. Saat negara itu memasuki masa berkabung untuk menghormati Ibu Suri Sirikit, mantan Ratu Thailand yang wafat, suasana haru bercampur kesibukan ekonomi terjadi di berbagai penjuru negeri.
Pemerintah kerajaan menyerukan agar masyarakat mengenakan pakaian berwarna netral sebagai tanda penghormatan. Seruan ini dengan cepat memicu lonjakan permintaan terhadap pakaian hitam, putih, dan abu-abu, yang membuat pasar pakaian Thailand mendadak ramai pembeli.
Mulai dari toko besar di mal hingga pedagang kaki lima di pasar tradisional, semua berlomba-lomba menyediakan stok pakaian duka. Bagi mereka, masa berkabung ini bukan hanya momen penuh kesedihan, tetapi juga peluang bisnis yang luar biasa.
Baca JugaResep Rujak Buah Thailand Som Tum Pon La Mai yang Segar dan Lezat
“Kami menjual dengan harga (diskon) ini agar semua warga Thailand dapat mengenakan pakaian hitam untuk memberi penghormatan pada Ibu Suri,” kata Thanachote Siripadungdech, seorang pebisnis yang meluncurkan promosi segera setelah kabar duka diumumkan.
Fenomena ini bukan yang pertama. Ketika Raja Bhumibol Adulyadej wafat pada 2016, Thailand juga mengalami ledakan permintaan serupa. Kini, pola yang sama kembali terjadi — sebuah pengingat bahwa tradisi nasional bisa berdampak langsung pada dinamika ekonomi.
Gelombang Pembelian Massal Usai Pengumuman Wafatnya Ibu Suri
Begitu pemerintah mengumumkan wafatnya Ibu Suri Sirikit, masyarakat Thailand langsung bergerak cepat. Mereka yang tidak memiliki cukup pakaian hitam segera menuju toko-toko dan pasar untuk membeli pakaian sesuai anjuran pemerintah.
Pedagang yang sudah berpengalaman dari masa berkabung sebelumnya tampak lebih siap menghadapi situasi ini. Mereka segera menyesuaikan tampilan toko dengan etalase serba hitam dan putih, sembari memastikan pasokan barang tetap stabil.
“Mereka sudah bekerja keras untuk Thailand. Sekarang saatnya saya membalasnya,” ujar salah satu pedagang sambil melayani pembeli yang terus berdatangan.
Dalam beberapa hari pertama, antrean panjang terlihat di berbagai pusat perbelanjaan. Stok pakaian hitam ludes hanya dalam hitungan jam. Banyak toko bahkan harus menambah pasokan dari produsen lokal agar tidak kehabisan barang.
Fenomena ini menular hingga ke industri tekstil dan garmen nasional, memaksa pabrik-pabrik di berbagai provinsi beroperasi siang malam untuk memenuhi permintaan yang melonjak tajam.
Pabrik Tekstil Thailand Kebanjiran Pesanan Pakaian Hitam
Gelombang permintaan besar ini berdampak langsung pada sektor industri hulu. Pabrik-pabrik pencelupan kain dan produsen tekstil kini bekerja di bawah tekanan tinggi untuk mengubah bahan baku menjadi kain berwarna hitam dalam jumlah besar.
Mesin-mesin yang biasanya menghasilkan warna cerah kini beralih sepenuhnya ke produksi warna gelap. Para pekerja pun harus lembur untuk memenuhi target produksi, terutama untuk suplai ke kota-kota besar seperti Bangkok, Chiang Mai, dan Phuket.
“Kami menerima pesanan dalam jumlah besar untuk mencelup kain jadi warna hitam pekat,” ujar salah satu pengusaha tekstil lokal.
Tak hanya pabrik besar, industri kecil dan menengah di sektor ini juga ikut merasakan dampak positif. Banyak dari mereka yang berhasil memaksimalkan kapasitas produksi dan meraih pendapatan berlipat hanya dalam beberapa minggu.
Dinamika ini menggambarkan betapa responsif dan adaptifnya sektor industri Thailand terhadap perubahan pasar yang tiba-tiba — bahkan ketika perubahan itu dipicu oleh suasana berkabung nasional.
Pedagang Kecil Jadi Pemenang di Tengah Suasana Duka
Di luar pabrik dan toko besar, pedagang kaki lima menjadi salah satu pihak yang paling diuntungkan. Dengan modal terbatas namun fleksibilitas tinggi, mereka bisa dengan cepat beralih menjual pakaian berwarna hitam.
Lapak-lapak di pinggir jalan dan pasar tradisional kini dipenuhi tumpukan kaus, kemeja, serta celana hitam dengan harga terjangkau. Bagi masyarakat dengan daya beli rendah, para pedagang ini menjadi pilihan utama.
“Dalam satu hari saya bisa menjual ratusan potong pakaian hitam, sesuatu yang jarang terjadi di hari biasa,” ungkap seorang pedagang di pasar Bangkok.
Keuntungan yang diraih pun melonjak tajam. Dalam waktu singkat, pendapatan harian mereka meningkat hingga dua hingga tiga kali lipat dari biasanya.
Fenomena ini memperlihatkan sisi lain dari ekonomi rakyat Thailand: bagaimana kelincahan dan kemampuan membaca peluang pasar bisa menjadi penyelamat di tengah situasi nasional yang tidak menentu.
Tradisi dan Ekonomi: Dua Wajah dari Masa Berkabung Nasional
Meski dilandasi suasana duka, masa berkabung ini menunjukkan bagaimana tradisi nasional mampu menggerakkan ekonomi masyarakat secara luas. Mulai dari pabrik tekstil hingga pedagang kaki lima, semua terhubung dalam rantai ekonomi spontan yang digerakkan oleh rasa hormat terhadap sosok Ibu Suri Sirikit.
Dari perspektif sosial, fenomena ini menjadi bentuk nyata solidaritas bangsa Thailand dalam mengekspresikan duka secara serentak. Namun dari sisi ekonomi, ini juga merupakan pelajaran berharga tentang daya lenting pasar domestik yang mampu beradaptasi bahkan dalam situasi emosional sekalipun.
Ketika masyarakat bersatu dalam simbol warna hitam, perekonomian Thailand justru menunjukkan vitalitasnya. Bagi banyak pelaku usaha, masa berkabung ini bukan sekadar momen duka, tetapi juga kesempatan untuk menegaskan peran mereka dalam mendukung tradisi nasional.
Dan sebagaimana yang terjadi pada masa lalu, pakaian hitam kini kembali menjadi simbol duka sekaligus sumber rezeki bagi ribuan keluarga Thailand.
Ekonomi yang Hidup di Tengah Kesedihan
Kematian Ibu Suri Sirikit membawa duka mendalam bagi rakyat Thailand. Namun di balik kesedihan itu, muncul denyut ekonomi baru yang berpusat pada simbol kesetiaan dan penghormatan.
Para pedagang, produsen tekstil, hingga pekerja pabrik semuanya menjadi bagian dari gerakan ekonomi spontan yang muncul karena tradisi.
Momen ini sekali lagi menunjukkan bahwa di balik setiap tradisi besar, terdapat dampak ekonomi yang signifikan. Thailand bukan hanya berduka, tetapi juga bergerak — dengan cara yang mencerminkan keseimbangan antara rasa hormat dan ketahanan ekonomi bangsanya.
Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
PAM Mineral (NICL) Kuartal III/2025: Laba Melonjak, Strategi Hadapi Harga Nikel
- Senin, 03 November 2025
Bank Mega Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Dana Pihak Ketiga Melonjak Signifikan
- Senin, 03 November 2025
Bank Jakarta Kuartal III/2025: Laba Tumbuh, Kredit UMKM dan CASA Menguat Pesat
- Senin, 03 November 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
BLTS Sejahtera Cair Rp 18 Triliun, Purbaya Pastikan Penyaluran Cepat
- 03 November 2025
2.
3.
Harga Skutik Murah Stabil di November, Waktu Tepat Beli Motor
- 03 November 2025
4.
Lenovo AI Glasses V1 Resmi Dirilis, Bawa Fitur Teleprompter Canggih
- 03 November 2025
5.
Resep Rujak Buah Thailand Som Tum Pon La Mai yang Segar dan Lezat
- 03 November 2025













