Jangan Abaikan! Masalah Tulang Anak Bisa Berdampak Panjang Hingga Dewasa
- Rabu, 22 Oktober 2025

JAKARTA - Kesehatan tulang seringkali hanya dikaitkan dengan usia lanjut, padahal masalah ini bisa mulai sejak masa kanak-kanak. Tanpa perhatian yang tepat, anak-anak bisa mengalami gangguan tulang yang berdampak serius di kemudian hari.
Tulang bukan hanya sekadar penopang tubuh, melainkan juga penentu kualitas hidup jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa menjaga kekuatan dan struktur tulang harus dimulai sejak usia dini.
Masa pertumbuhan adalah waktu emas yang tidak bisa diulang kembali. Jika masa ini terlewat tanpa perhatian cukup terhadap gizi dan aktivitas fisik, risiko gangguan tulang akan membayangi kehidupan anak saat dewasa nanti.
Baca JugaInilah Bahaya Tersembunyi Jika Anda Terlalu Sering Makan Alpukat Setiap Hari
Waktu Kritis untuk Pembentukan Tulang yang Kuat
Menurut dr. Frida Soesanti, SpA(K), Ketua Divisi Endokrinologi Anak FKUI-RSCM, usia anak hingga 20–30 tahun merupakan fase penting pembentukan kepadatan tulang. Setelah melewati masa tersebut, kepadatan tulang secara alami akan menurun.
Itulah sebabnya, masa anak dan remaja harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membentuk tulang yang sehat. Aktivitas fisik dan asupan nutrisi seimbang sangat berperan dalam menciptakan pondasi tulang yang kuat.
“Banyak orang hanya berpikir tulang itu soal panjang dan besar,” kata dr. Frida dalam seminar daring Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa, 21 Oktober 2025. “Padahal, kepadatan tulang juga harus dikembangkan selama masa pertumbuhan,” tambahnya.
Jika masa pembentukan tulang tidak optimal, maka risiko osteoporosis dan masalah tulang lain di usia dewasa akan meningkat. Padahal, sebagian besar gangguan ini bisa dicegah dengan tindakan sejak dini.
Faktor Risiko dan Penyebab Gangguan Tulang Anak
Kesehatan tulang anak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti nutrisi, hormon, dan aktivitas fisik. Kekurangan vitamin D dan kalsium bisa menyebabkan tulang rapuh, lemah, dan mudah patah.
Penyakit kronis juga menjadi salah satu pemicu utama terhambatnya pertumbuhan dan kekuatan tulang anak. Meski teknologi medis mampu memperpanjang harapan hidup anak dengan penyakit kronis, tulangnya belum tentu ikut berkembang optimal.
“Sekarang banyak anak dengan penyakit kronis yang bisa bertahan hidup karena kemajuan medis,” kata dr. Frida. “Tapi tulangnya tidak ikut ‘bertahan’,” jelasnya menekankan kondisi yang sering diabaikan.
Ketika tulang tidak berkembang dengan baik, anak akan menghadapi berbagai keterbatasan fisik. Hal ini bisa berdampak besar pada kualitas hidup, pendidikan, dan kepercayaan diri mereka di masa depan.
Tiga Jenis Gangguan Tulang yang Sering Terjadi
Menurut dr. Frida, ada tiga jenis utama gangguan tulang pada anak dan remaja. Pertama, rickets (riketsia), yaitu gangguan mineralisasi tulang akibat kekurangan vitamin D dan kalsium yang membuat tulang lunak dan mudah melengkung.
Kedua, osteoporosis, yang ditandai dengan rendahnya kepadatan tulang dan tulang yang mudah patah. Osteoporosis ini bisa bersifat primer (bawaan/genetik) atau sekunder (akibat penyakit dan obat seperti steroid).
Ketiga, dysplasia skeletal, yakni kelainan bentuk tulang akibat pertumbuhan struktur yang tidak normal. Kondisi ini bisa menyebabkan bentuk tubuh tidak proporsional dan keterbatasan gerak.
Kasus osteogenesis imperfecta, salah satu bentuk osteoporosis primer, menyebabkan tulang anak bisa patah bahkan sejak dalam kandungan. “Ada anak yang tulangnya bisa patah spontan tanpa trauma berarti,” ujar dr. Frida.
Selain itu, anak-anak dengan asma, gangguan ginjal, leukemia, gangguan endokrin seperti sindrom Turner dan Klinefelter juga punya risiko tinggi. Pemakaian steroid jangka panjang pun turut mempercepat pengeroposan tulang.
“Kita sering fokus mengobati penyakit utamanya,” tambah dr. Frida. “Padahal, anak-anak ini perlu dukungan fisik dan nutrisi agar kualitas hidupnya tidak menurun.”
Pentingnya Deteksi Dini dan Perawatan Tulang
Deteksi dini menjadi langkah krusial untuk mencegah gangguan tulang berkembang lebih parah. Terutama jika anak sering mengalami patah tulang tanpa sebab jelas, atau memiliki tubuh yang tidak seimbang.
Fisioterapi dan suplementasi vitamin D serta kalsium bisa sangat membantu memperbaiki kondisi tulang anak. Intervensi dini juga bisa mencegah cacat fisik yang memengaruhi kehidupan jangka panjang.
Beberapa pasien bahkan mengalami kemajuan luar biasa setelah menjalani terapi rutin. “Ada pasien kami yang dulunya tidak bisa duduk, setelah diterapi setahun bisa kembali sekolah dan kuliah,” kata dr. Frida.
Ini menunjukkan bahwa dengan terapi yang tepat, harapan hidup dan kualitas anak tetap bisa dijaga. Tindakan kecil yang konsisten dapat memberikan perubahan besar pada masa depan anak.
Sinar Matahari Cukup Tapi Tetap Banyak yang Kekurangan Vitamin D
Indonesia dikenal sebagai negara dengan paparan sinar matahari melimpah sepanjang tahun. Namun anehnya, kekurangan vitamin D tetap menjadi masalah umum di kalangan anak-anak.
Pola hidup modern membuat anak-anak lebih banyak berada di dalam ruangan, bermain gadget, dan kurang bergerak. Kebiasaan ini memutus rantai alami tubuh dalam menyerap vitamin D dari sinar matahari.
“Jangan anggap semua anak Indonesia pasti cukup vitamin D karena banyak matahari,” kata dr. Frida. “Kalau mereka jarang keluar rumah, hasilnya tetap defisiensi,” tegasnya.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kesehatan tulang anak. Sekalipun tinggal di negara tropis, kekurangan vitamin D tetap mengintai jika tidak diimbangi aktivitas luar ruang.
Peran Orang Tua dalam Menjaga Kesehatan Tulang Anak
Peran orang tua sangat penting dalam membentuk kebiasaan sehat sejak dini. Memberikan makanan bergizi, membiasakan olahraga rutin, serta memastikan waktu bermain di luar adalah langkah sederhana tapi efektif.
Jangan tunggu sampai anak mengalami keluhan atau terlambat bertumbuh baru mulai peduli. Pencegahan jauh lebih mudah dan murah dibanding pengobatan jangka panjang yang bisa menguras biaya dan energi.
Dengan pemantauan berkala, anak-anak dengan penyakit kronis pun bisa memiliki tulang yang sehat. Keseimbangan antara perawatan medis dan dukungan nutrisi adalah kunci utamanya.
Membentuk tulang yang kuat bukan tugas sehari dua hari, tapi proses panjang sejak anak lahir hingga remaja. Semakin awal dilakukan, semakin baik hasilnya untuk masa depan mereka.

Zahra
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Indonesian Paradise Property Pertahankan Pendapatan Lewat Bisnis Hotel
- Rabu, 22 Oktober 2025
Berita Lainnya
Waspadai Perubahan Kecil Ini, Bisa Jadi Tanda Diabetes Tipe 1 pada Anak
- Rabu, 22 Oktober 2025
Anak Sering Pegang Gawai Dekat atau Mengeluh Pusing? Waspadai Gangguan Penglihatan
- Rabu, 22 Oktober 2025
Resep Ikan Kuwe Bakar Saus Jimbaran Rumahan dengan Aroma Khas Daun Pisang
- Rabu, 22 Oktober 2025
Rahasia Barista Ungkap Teknik Membuat Latte Art Sempurna dengan Susu
- Rabu, 22 Oktober 2025