Kamis, 16 Oktober 2025

Pasar Batu Bara Global Bergejolak, Sentimen Atur Harga

Pasar Batu Bara Global Bergejolak, Sentimen Atur Harga
Pasar Batu Bara Global Bergejolak, Sentimen Atur Harga

JAKARTA - Harga batu bara dunia kembali menunjukkan pergerakan tak terduga. Setelah sempat melemah dalam tiga hari berturut-turut, komoditas energi ini tiba-tiba berbalik arah pada perdagangan. Berdasarkan data Refinitiv, harga ditutup di level US$ 108 per ton, naik 2,32%, sekaligus menjadi posisi tertinggi sepanjang bulan ini.

Kenaikan ini memang memberi napas lega bagi pelaku pasar yang sebelumnya dibayangi tren negatif, tetapi analis mengingatkan bahwa pergerakan tersebut lebih bersifat sentimen sesaat ketimbang ditopang fundamental yang solid.

Faktor China Jadi Pemicu

Baca Juga

Tantangan Besar Menuju Mandatori Biofuel Indonesia pada 2026

Laporan Sxcoal menyebutkan harga batu bara termal di pelabuhan-pelabuhan utara China (northern China ports) naik seiring perbaikan sentimen pasar. Permintaan listrik yang mulai meningkat, ditambah pembatasan produksi domestik akibat inspeksi tambang, membuat beberapa utilitas di China beralih ke pasar impor untuk mengamankan pasokan.

Peralihan ini menegaskan kembali pentingnya pasar internasional sebagai penyeimbang suplai. Walau margin impor tipis karena biaya logistik dan tarif, langkah tersebut tetap membantu menstabilkan kebutuhan lokal.

Namun, analis menegaskan kenaikan harga bisa saja tidak bertahan lama. “Kalau permintaan nyata tidak pulih, kenaikan ini hanya sementara,” begitu peringatan yang muncul dari pasar.

Industri Baja Belum Agresif

Sektor baja yang menjadi konsumen utama batu bara kokas justru masih bersikap hati-hati. Banyak pabrik baja memilih mengelola pembelian secara minimal, lantaran margin keuntungan masih terbatas.

Meski harga kokas sempat sedikit pulih, produksi baja global masih stagnan, termasuk di China. Kondisi ini menahan dorongan permintaan yang seharusnya bisa menopang harga lebih tinggi.

Artinya, meskipun ada rebound di pasar, belum ada tanda-tanda fundamental kuat yang mampu menjaga momentum dalam jangka menengah.

Kebijakan Negara Ikut Memengaruhi

Selain dinamika permintaan, kebijakan pemerintah di sejumlah negara juga menambah variabel ketidakpastian. Salah satunya datang dari Kirgizstan, yang memutuskan melarang sementara ekspor beberapa jenis batu bara melalui jalur darat.

Kebijakan itu diterapkan untuk mencegah kekurangan pasokan domestik menjelang musim gugur-musim dingin 2025–2026, sekaligus mengantisipasi kenaikan harga yang dianggap tidak wajar.

Menariknya, pembatasan ini hanya berlaku untuk pengiriman lewat jalur truk. Ekspor lewat kereta api maupun penjualan batu bara halus (fine coal) tetap diizinkan. Pemerintah setempat menyebut, ekspor batu bara kasar (coarse coal) lewat jalur darat baru akan dibuka kembali setelah kondisi pasokan stabil.

Sentimen Lebih Dominan dari Fundamental

Jika ditelaah lebih dalam, kenaikan harga saat ini lebih banyak ditopang ekspektasi kebijakan dan gangguan pasokan sementara ketimbang kenaikan permintaan riil.

Sentimen pasar bergerak cepat mengikuti kabar inspeksi tambang di China, pembatasan di Kirgizstan, serta kekhawatiran defisit pasokan di musim dingin. Padahal, kenyataannya, sektor industri yang menyerap konsumsi besar—seperti baja—belum menunjukkan pemulihan signifikan.

Kondisi ini menimbulkan keraguan di kalangan analis, apakah lonjakan harga bisa bertahan atau justru kembali melemah ketika suplai membaik.

Risiko Penurunan Masih Ada

Sejumlah analis juga mengingatkan, produsen berbiaya tinggi atau tambang marginal bisa menghadapi tekanan berat apabila harga kembali terkoreksi. Jika permintaan tetap lemah sementara pasokan meningkat, tekanan harga berpotensi berlanjut.

Perubahan kecil saja dalam regulasi, misalnya pencabutan pembatasan produksi domestik, dapat kembali menekan harga global. Itu sebabnya, meski kenaikan harga memberikan ruang bernafas, pasar batu bara masih penuh dengan ketidakpastian.

Penyeimbang Pasar Energi

Kondisi ini menunjukkan peran penting pasar internasional sebagai penyeimbang pasokan dan harga. Ketika produksi dalam negeri suatu negara melemah, impor menjadi solusi sementara. Namun, ketergantungan pada mekanisme ini bisa menciptakan volatilitas tinggi.

Para analis menilai, selama permintaan listrik dan industri tidak benar-benar pulih, harga batu bara tetap akan bergerak fluktuatif. Bahkan, ada kemungkinan tekanan penurunan kembali jika faktor sentimen memudar.

Kenaikan harga batu bara ke level US$ 108 per ton memang memutus tren negatif dalam beberapa hari terakhir. Akan tetapi, rebound ini tidak sepenuhnya mencerminkan perbaikan fundamental.

Sentimen dari China, kebijakan ekspor Kirgizstan, serta ekspektasi musim dingin mendorong harga naik. Namun, di balik itu, sektor industri utama masih lesu dan margin keuntungan terbatas.

Dengan demikian, harga batu bara masih rawan berbalik arah sewaktu-waktu. Bagi produsen dan pelaku pasar, kehati-hatian menjadi kunci menghadapi dinamika yang penuh ketidakpastian ini.

Aldi

Aldi

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Bahlil Pastikan Hilirisasi Bauksit Tak Turunkan Harga

Bahlil Pastikan Hilirisasi Bauksit Tak Turunkan Harga

Penjualan Semen Domestik Melambat, Ekspor Justru Meningkat

Penjualan Semen Domestik Melambat, Ekspor Justru Meningkat

Munas dan Silatnas 2025 Dorong Transformasi Koperasi Modern

Munas dan Silatnas 2025 Dorong Transformasi Koperasi Modern

Stagnasi Bursa Karbon Indonesia Tantang Transisi Energi

Stagnasi Bursa Karbon Indonesia Tantang Transisi Energi

Pengelolaan Hulu Migas Indonesia Berbasis Prinsip Konstitusi Ketat

Pengelolaan Hulu Migas Indonesia Berbasis Prinsip Konstitusi Ketat