Psikolog Ingatkan Proses Berduka Kehilangan Orangtua Tidak Bisa Terburu-buru
- Kamis, 16 Oktober 2025

JAKARTA - Kehilangan orangtua menjadi pengalaman emosional yang mendalam dan sering kali membekas seumur hidup. Baru-baru ini, artis dan presenter Olla Ramlan mengalami kehilangan besar setelah ibunda tercinta, Tis’ah Djahri, meninggal dunia pada Minggu 12 Oktober 2025 dini hari.
Kesedihan yang dialami Olla terlihat sangat nyata, bahkan ia sempat beberapa kali pingsan saat menerima kabar duka maupun saat menghadiri pemakaman sang ibu.
Peristiwa ini menyoroti betapa beratnya proses berduka dan bagaimana setiap individu merespons kehilangan dengan cara yang berbeda.
Baca Juga
Psikolog Klinis Winona Lalita R., M.Psi., menegaskan bahwa rasa sedih yang mendalam, kesulitan menerima kenyataan, atau bahkan sensasi kehilangan yang kuat adalah hal yang sepenuhnya manusiawi.
Jangan Memaksa Diri untuk “Cepat Sembuh”
Menurut Winona, tekanan untuk segera berdamai atau cepat move on justru dapat memperlambat proses pemulihan emosional. “Hal yang perlu diingat ketika memproses sebuah duka adalah kamu sedang berproses dengan emosimu.
Berikan waktu dan terima rasanya,” ujarnya saat diwawancarai. Ia menjelaskan, banyak orang sering menetapkan target waktu tertentu agar dianggap sudah ikhlas atau move on, misalnya dalam satu minggu atau satu bulan.
Pola pikir seperti ini, kata Winona, bisa menimbulkan tekanan batin yang justru membuat proses berduka lebih berat.
Tekanan untuk Cepat Pulih Bisa Menghambat Proses Emosional
Winona menekankan bahwa tekanan internal untuk merasa “baik-baik saja” sering kali membuat individu tidak benar-benar memproses perasaan mereka. Akibatnya, rasa kehilangan bisa terpendam dan muncul kembali di waktu lain.
“Biasanya kalau kamu terpatok dengan target-target seperti itu, proses kamu dalam mengalami kedukaan ini menjadi semakin berat. Kamu jadi punya tekanan dalam diri untuk terus melupakannya,” jelas Winona.
Namun, ia menambahkan, jika seseorang mau lebih jujur terhadap perasaan sendiri dan menyadari setiap perubahan kecil yang terjadi, sebenarnya kemajuan itu selalu ada, meski tidak sesuai dengan ekspektasi atau waktu yang ditetapkan sendiri.
Setiap Orang Butuh Waktu Berbeda
Proses berduka sangat individual. Winona menilai, hal terpenting adalah memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasakan berbagai emosi, mulai dari sedih, marah, kecewa, hingga penolakan. Semua reaksi ini adalah bagian normal dari proses berduka.
“Tidak masalah jika kamu memerlukan lebih banyak waktu untuk berproses menghadapi dukanya,” sambung Winona. Ia menegaskan, perjalanan menerima kehilangan bukanlah perlombaan.
Tidak ada ukuran pasti kapan seseorang benar-benar sembuh. Yang penting, individu tetap berusaha menyadari emosinya dan memberi waktu bagi diri sendiri untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan baru.
Berdamai Bukan Berarti Melupakan
Dalam konteks berduka, berdamai bukanlah melupakan sosok yang telah pergi. Sebaliknya, itu adalah proses menyadari bahwa kehilangan adalah bagian dari kehidupan.
Proses ini mencakup kemampuan untuk menjalani rutinitas baru, menemukan makna dari kehilangan, dan tetap mengenang orang yang telah tiada dengan cara yang sehat.
Bagi Olla Ramlan dan banyak orang lain yang baru kehilangan orangtua, langkah-langkah kecil untuk menghadapi rasa sedih—seperti mengekspresikan emosi, berbicara dengan orang terpercaya, atau mengikuti ritual pemakaman—merupakan bagian penting dari proses berdamai.
Kesadaran dan Penerimaan Emosi
Winona menekankan bahwa kesadaran akan perubahan emosional, sekecil apa pun, merupakan tanda kemajuan. Bahkan ketika seseorang merasa belum sepenuhnya move on, setiap langkah dalam menerima realitas kehilangan adalah bagian dari pemulihan.
“Proses ini bukan tentang cepat-cepat melupakan, tetapi memahami dan menerima bahwa kehilangan adalah bagian dari hidup,” ujarnya.
Kunci utama dalam menghadapi duka, menurut Winona, adalah tidak menekan diri sendiri dan memahami bahwa tidak ada satu cara tunggal untuk menghadapinya.
Proses berduka yang sehat melibatkan penerimaan, kesabaran, dan pengakuan terhadap emosi yang muncul, bukan sekadar target waktu untuk sembuh.
Pentingnya Dukungan Sosial
Selain memberi waktu pada diri sendiri, dukungan dari keluarga, teman, atau bahkan profesional, sangat membantu dalam mengurangi beban emosional. Kehadiran orang-orang terdekat yang mau mendengarkan atau mendampingi bisa meringankan proses berduka.
Dalam kasus Olla, respon publik dan dukungan dari teman serta rekan kerja mungkin menjadi salah satu faktor yang membantu meski kesedihan yang dirasakan tetap berat.
Kesimpulan
Menghadapi kehilangan orangtua adalah perjalanan emosional yang kompleks dan membutuhkan waktu. Menekan diri untuk cepat sembuh justru bisa memperburuk proses berduka.
Psikolog menekankan pentingnya memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasakan emosi, menyadari setiap kemajuan kecil, dan memahami bahwa berdamai bukan berarti melupakan.
Dengan pendekatan ini, individu dapat menjalani proses duka secara lebih sehat dan perlahan menemukan keseimbangan emosional.

Muhammad Anan Ardiyan
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Psikolog Ingatkan Proses Berduka Kehilangan Orangtua Tidak Bisa Terburu-buru
- Kamis, 16 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Cara Mudah Buat Stiker WhatsApp di Android dan iPhone
- 16 Oktober 2025
2.
BYD Atto 1 Resmi Masuk Indonesia, Siap Kirim Oktober 2025
- 16 Oktober 2025
3.
8 Makanan yang Mempercepat Gigi Keropos dan Berlubang
- 16 Oktober 2025
4.
TVS Apache RTX 300 Hadir Lengkapi Segmen Motor Adventure
- 16 Oktober 2025