JAKARTA - Selama ini, banyak kekayaan hayati Indonesia hanya dikenal sebagai tanaman liar di pekarangan atau ladang. Namun siapa sangka, salah satu buah sederhana yang tumbuh di tanah Nusantara kini justru menjadi komoditas bernilai tinggi dan diminati pasar global.
Buah tersebut adalah golden berry atau yang lebih dikenal masyarakat Indonesia sebagai ciplukan. Permintaan terhadap buah ciplukan terus meningkat seiring tren gaya hidup sehat di berbagai negara.
Tidak hanya dikonsumsi sebagai camilan, buah ini juga mulai dilirik karena kandungan nutrisinya yang diyakini bermanfaat bagi kesehatan, termasuk potensi membantu melawan penyakit serius seperti kanker.
Baca Juga
Permintaan global dorong ekspor ciplukan Indonesia
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan bahwa Indonesia telah mengekspor ciplukan kering ke berbagai negara. Vietnam tercatat sebagai pasar utama dengan nilai ekspor mencapai US$1,11 juta. Angka ini menunjukkan tingginya minat negara tersebut terhadap produk ciplukan asal Indonesia.
Selain Vietnam, Amerika Serikat juga menjadi tujuan ekspor dengan nilai US$287.992. Negara lain seperti Thailand, China, dan Singapura turut masuk dalam daftar pasar ekspor buah ciplukan kering dari Indonesia.
Dari sisi volume, Vietnam menyerap ciplukan kering sebanyak 306.109 kilogram, jauh melampaui Thailand dan Amerika Serikat yang masing-masing mencatat volume 93.100 kilogram dan 39.702 kilogram. Angka ini mencerminkan besarnya permintaan sekaligus peluang pasar yang terus terbuka lebar.
Nilai jual tinggi dan olahan beragam
Di pasar internasional, ciplukan tidak hanya dijual sebagai buah kering biasa. Di Amerika Serikat, ciplukan kering dipasarkan sebagai snack sehat dan bahan granola. Harga jualnya pun cukup tinggi, berkisar antara US$15 hingga US$20 per pon atau sekitar Rp314 ribu.
Sementara itu, di Vietnam dan Thailand, ciplukan banyak diolah menjadi teh herbal dan camilan ringan. Produk-produk ini menyasar konsumen yang mengutamakan manfaat kesehatan dan bahan alami dalam pola konsumsi sehari-hari.
Tren makanan sehat menjadi faktor utama yang mendorong meningkatnya minat terhadap ciplukan. Amerika Serikat dan China menunjukkan permintaan tinggi karena kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat terus meningkat. Singapura juga memiliki permintaan stabil, didukung oleh daya beli masyarakat yang relatif tinggi.
Vietnam dan Thailand, di sisi lain, memiliki hubungan dagang yang erat dengan Indonesia. Kedekatan geografis dan kerja sama perdagangan membuat akses pasar menjadi lebih mudah dan efisien.
Kandungan nutrisi dan manfaat kesehatan
Ciplukan dikenal memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap. Buah ini mengandung berbagai antioksidan yang berperan penting dalam menangkal radikal bebas di dalam tubuh. Selain itu, ciplukan juga kaya akan vitamin A, B, C, E, dan K1, serta mineral esensial yang dibutuhkan tubuh.
Kombinasi nutrisi tersebut membuat ciplukan dipercaya dapat membantu menjaga daya tahan tubuh dan mendukung kesehatan secara menyeluruh. Tidak heran jika buah ini mulai banyak dikaitkan dengan potensi pencegahan berbagai penyakit.
Beberapa manfaat kesehatan yang sering dikaitkan dengan ciplukan antara lain membantu melawan kanker, hepatitis, hingga rematik. Kandungan antioksidan dan senyawa bioaktif di dalamnya diyakini berperan dalam melindungi sel tubuh dari kerusakan.
Meski demikian, pemanfaatan ciplukan sebagai bagian dari pola hidup sehat tetap perlu diimbangi dengan gaya hidup seimbang dan konsultasi medis jika digunakan untuk tujuan kesehatan tertentu.
Tumbuh liar namun bernilai ekonomi tinggi
Ciplukan tumbuh subur di wilayah beriklim tropis dengan tingkat kelembapan tinggi. Di Indonesia, buah ini kerap ditemukan tumbuh liar di pekarangan rumah, tepi sawah, atau lahan tegalan tanpa perawatan khusus.
Salah satu daerah yang dikenal sebagai sentra produksi ciplukan adalah Sumedang, Jawa Barat. Di kawasan Pamulihan, ciplukan tumbuh dengan baik berkat kondisi lingkungan yang mendukung, seperti suhu rata-rata sekitar 24,7 derajat Celsius dan curah hujan yang tinggi.
Kondisi alam tersebut membuat tanaman ciplukan dapat berkembang secara optimal dan menghasilkan buah dengan kualitas baik. Potensi ini membuka peluang besar bagi pengembangan ciplukan sebagai komoditas unggulan bernilai ekspor.
Dengan meningkatnya permintaan global, ciplukan tidak lagi sekadar dianggap sebagai buah liar. Tanaman ini berpotensi menjadi sumber pendapatan baru bagi petani dan pelaku usaha agrikultur di Indonesia, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok bahan pangan sehat ke pasar dunia.
Celo
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Nasabah BCA Tarik Tunai Gratis di ATM DBS Singapura
- 21 Desember 2025
2.
Pemerintah Dorong Asuransi Pariwisata Labuan Bajo Tahun Mendatang
- 21 Desember 2025
3.
Jadwal Operasional BNI BCA Saat Libur Natal Tahun Baru
- 21 Desember 2025
4.
Harga Emas Antam Naik Akhir Pekan Jelang Tutup Tahun
- 21 Desember 2025
5.
Update Harga Emas Perhiasan Hari Ini Stabil Jelang Akhir Tahun
- 21 Desember 2025












