
JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akan mengumumkan kinerja keuangannya untuk sembilan bulan pertama tahun 2025 pada hari ini, Senin, 20 Oktober 2025.
Momen ini menjadi sorotan utama para pelaku pasar dan investor karena laporan kuartal ketiga sering menjadi tolok ukur penting dalam menilai kondisi dan prospek perusahaan ke depan.
Dalam beberapa hari terakhir, saham BBCA menunjukkan penguatan signifikan, berbanding terbalik dengan tren pasar saham secara keseluruhan yang sedang mengalami tekanan.
Baca JugaAurora Tech Award 2026 Dorong Perempuan Fintech Majukan Inklusi Keuangan
Pada penutupan perdagangan, harga saham BBCA naik 2,74% ke level Rp 7.500 per saham, menandai penguatan untuk hari kedua berturut-turut.
Ini menjadi hal yang menarik mengingat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru melemah tajam 2,57% ke level 7.915 pada hari yang sama.
Kondisi pasar yang bergejolak turut memukul saham-saham konglomerat, seperti PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang turun 7,12%, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) merosot 8,72%, dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) terkoreksi 13,88%.
Sektor finansial juga mengalami penurunan dengan saham BBRI dan BMRI masing-masing turun 0,85% dan 0,98%, serta BBNI melemah 1,3%.
Namun, saham BBCA mampu menunjukkan performa berbeda, mempertahankan harga bahkan menguat. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor yang tinggi terhadap fundamental dan prospek pertumbuhan BBCA.
Laporan Keuangan Kuartal II dan Proyeksi Kuartal III
Laporan keuangan BBCA hingga Agustus 2025 menunjukkan hasil yang cukup positif. Laba bersih bank only tercatat sebesar Rp 39,06 triliun, tumbuh 8,52% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Pendapatan bunga bersih meningkat sebesar 5,08% menjadi Rp 53,12 triliun, sementara pendapatan non-bunga naik signifikan 18,9% menjadi Rp 18,3 triliun.
Salah satu keunggulan BBCA adalah efisiensi operasionalnya, tercermin dari rasio beban terhadap pendapatan (Cost to Income Ratio/CIR) yang rendah, hanya 29,1%.
Rasio ini termasuk yang terbaik di industri perbankan nasional, menandakan kemampuan BBCA mengelola biaya operasional dengan efektif tanpa mengorbankan kualitas layanan dan pertumbuhan bisnis.
Dari sisi intermediasi, BBCA mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 920,87 triliun, tumbuh 9,28% secara tahunan, lebih tinggi dibanding rata-rata industri yang sebesar 7,3%.
Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun mencapai Rp 1.160 triliun dengan komposisi dana murah (CASA) yang sangat tinggi yakni sebesar 83,5%.
Kondisi ini memberikan likuiditas yang cukup untuk menjaga margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) tetap solid walaupun kondisi likuiditas industri perbankan sedang ketat.
Berdasarkan kinerja positif tersebut, banyak analis optimis bahwa BBCA akan melanjutkan tren pertumbuhan positif di kuartal III-2025. Hasil pengumuman kinerja hari ini akan menjadi penentu sentimen pasar dalam beberapa waktu ke depan.
Valuasi dan Posisi Saham BBCA di Pasar
Saham BBCA saat ini diperdagangkan dengan Price to Book Value (PBV) sekitar 3,45 kali, yang masih di bawah rerata historisnya di atas 4 kali. Hal ini menunjukkan adanya potensi upside apabila fundamental perusahaan tetap solid dan pasar mulai stabil kembali.
Dengan tingkat pengembalian modal (Return on Equity/ROE) sebesar 25% dan biaya modal (Cost of Capital/CoC) yang rendah di angka 0,5%, BBCA menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dibanding rata-rata sektor perbankan yang memiliki ROE sekitar 18%.
Kombinasi kinerja efisien, likuiditas kuat, dan kualitas aset yang terjaga membuat BBCA menjadi salah satu bank paling menarik bagi investor.
Analis Trimegah Sekuritas, Jonathan Gunawan, menyatakan bahwa koreksi yang dialami saham perbankan pada umumnya lebih disebabkan oleh rotasi sektor jangka pendek, bukan perubahan fundamental. Oleh karena itu, harga BBCA berpotensi segera rebound ketika pasar mulai stabil.
Di sisi lain, konsensus analis dari Bloomberg sangat mendukung optimism ini. Dari 37 analis yang mengamati saham BBCA, 34 memberikan rekomendasi “buy” dengan target harga rata-rata Rp 10.824 per saham.
Ini menunjukkan potensi kenaikan harga sekitar 46% dari harga pasar saat ini yang berada di kisaran Rp 7.500 per saham.
Strategi Investor dan Tantangan Ke Depan
Bagi investor, saham BBCA menawarkan kombinasi pertumbuhan stabil dan valuasi yang menarik. Namun, penting juga untuk memperhatikan tantangan makroekonomi dan regulasi yang bisa mempengaruhi kinerja sektor perbankan, termasuk potensi pengetatan likuiditas dan perubahan suku bunga.
Meski demikian, posisi BBCA yang kuat dari sisi likuiditas dan efisiensi operasional dapat membantu perusahaan tetap tangguh menghadapi tantangan ini. Investor disarankan melakukan analisa risiko secara menyeluruh serta mempertimbangkan horizon investasi jangka menengah hingga panjang.
Melihat performa BBCA yang konsisten dan potensi pertumbuhan di kuartal III-2025, saham ini layak menjadi pilihan dalam portofolio yang berfokus pada sektor finansial. Selain itu, likuiditas yang tinggi di pasar saham BBCA memungkinkan investor melakukan transaksi dengan mudah.
Kesimpulannya, BBCA menunjukkan fundamental yang solid dengan pertumbuhan laba dan pendapatan yang sehat, efisiensi operasional yang tinggi, serta likuiditas yang kuat. Penguatan saham dalam dua hari terakhir di tengah tekanan IHSG menandakan kepercayaan pasar terhadap bank ini.
Pengumuman kinerja kuartal III-2025 hari ini akan menjadi momen penting untuk mengukuhkan posisi BBCA sebagai bank unggulan yang mampu bertahan dan tumbuh di tengah dinamika ekonomi dan pasar modal.
Dengan target harga rata-rata analis yang cukup tinggi dan rekomendasi mayoritas “buy”, BBCA menawarkan potensi keuntungan yang menarik bagi investor yang siap menahan fluktuasi jangka pendek dan memanfaatkan peluang jangka panjang di sektor perbankan Indonesia.

Sindi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Produk Unitlink Zurich Life Tunjukkan Potensi Tumbuh Berkelanjutan
- Selasa, 21 Oktober 2025
Berita Lainnya
Harga Perak Rp27.700–Rp28.000, Tren Stabil Menarik Minat Investor Jangka Menengah
- Selasa, 21 Oktober 2025
Harga Emas Perhiasan di Indonesia Oktober 2025: Tren, Tips, dan Perbandingan
- Selasa, 21 Oktober 2025