
JAKARTA - Inovasi berbasis limbah kini mulai menemukan tempat penting dalam praktik pertanian berkelanjutan.
Salah satu yang sedang digiatkan adalah pemanfaatan tandan kosong (tankos) kelapa sawit menjadi biochar, yaitu arang aktif yang berfungsi sebagai pupuk hayati pembenah tanah.
Upaya ini tidak hanya menawarkan solusi bagi persoalan biaya produksi tinggi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani.
Baca Juga
Di tengah tantangan seperti produktivitas kebun yang stagnan dan tingginya ketergantungan pada pupuk kimia, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) hadir dengan pendekatan yang bersifat solutif dan mandiri: memberdayakan petani memproduksi pupuk hayati biochar dari limbah sawit.
Menurut Anwar Sadat, Analis Senior Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) BPDP, tandan kosong kelapa sawit yang selama ini dianggap sebagai limbah sebenarnya menyimpan potensi luar biasa.
“Seharusnya, ini akan sangat mudah dibuat oleh petani sebab bahan baku melimpah. Dari hitung-hitungan saya ada sekitar 40 juta ton tankos yang dapat dimanfaatkan setiap harinya di Indonesia,” ujar Anwar.
Ia menambahkan bahwa jika petani dapat memproduksi biochar secara langsung dan mengimplementasikannya dengan tepat, kondisi tanah kebun kelapa sawit akan semakin baik karena kemampuan menyerap pupuk meningkat.
Dengan begitu, penggunaan pupuk kimia bisa ditekan, dan produktivitas tanaman meningkat.
Mendorong Produksi Biochar Skala UKMK
Salah satu langkah konkret BPDP untuk mewujudkan kemandirian petani dalam produksi biochar adalah lewat pelatihan praktik langsung di lapangan.
BPDP menyelenggarakan kegiatan bertajuk Praktik Pembuatan Biochar dari Tandan Kosong Sebagai Pembenah Tanah dan Produk Bernilai Ekonomis Skala UKMK, yang digelar di Desa Cinta Puri, Kecamatan Cinta Puri Darussalam, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Anwar menyebut pelatihan ini sangat bermanfaat karena menyasar dua tantangan utama petani sawit saat ini: tingginya biaya produksi dan stagnasi produktivitas kebun.
Selain itu, pelatihan ini juga membuka pintu bagi petani untuk mengembangkan unit usaha kecil berbasis biochar, sehingga bisa menghasilkan pendapatan alternatif.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi petani karena memberikan solusi bagi petani menjawab tantangan di perkebunan kelapa sawit, yakni biaya produksi yang semakin meningkat terutama pengadaan pupuk dan produktivitas kebun yang stagnan,” katanya.
Menurutnya, biochar berpotensi menjadi produk bernilai ekonomis. Petani bisa menjualnya, baik untuk digunakan di kebun sendiri maupun ke sektor lain seperti hortikultura dan pertanian pangan.
“Artinya, ada nilai ekonomis dari produk tersebut sehingga kebun kelapa sawit berkelanjutan dan petani semakin sejahtera dengan penghasilan alternatif lain,” lanjut Anwar.
Biochar: Potensi Ekonomi Baru dari Limbah Sawit
Biochar bukanlah hal baru bagi sebagian petani sawit. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir), misalnya, telah lebih dulu memproduksi biochar dari tankos sawit. BPDP bahkan mendorong produk biochar hasil Aspekpir untuk dipamerkan secara luas.
“Biochar yang selama ini sudah dibuat Aspekpir bisa dipamerkan dengan difasilitasi oleh BPDP. Harapannya dengan pameran tersebut akan ada perusahaan atau negara lain yang berminat untuk membeli biochar yang diproduksi Aspekpir,” ujar Anwar.
Menurut Roy Asnawie, Wakil Ketua Umum Aspekpir, tankos sawit merupakan limbah yang bisa diubah menjadi arang aktif bermanfaat. “Tak hanya untuk tanaman sawit, biochar ini juga bisa digunakan untuk tanaman pangan maupun hortikultura,” ungkap Roy.
Kegiatan pelatihan kolaboratif antara BPDP dan Aspekpir bertujuan meningkatkan wawasan dan keterampilan petani, khususnya dalam memanfaatkan limbah sawit secara produktif dan bernilai ekonomi.
Jayadi, Ketua Aspekpir Kalimantan Selatan, mendorong peserta pelatihan untuk tidak hanya berhenti di tahap teori, tetapi juga segera mempraktikkan pembuatan biochar secara mandiri. Langkah ini diyakini bisa memperkuat posisi petani sebagai pelaku utama dalam pertanian yang ramah lingkungan dan efisien.
Menjawab Tantangan Pupuk di Lahan Perluasan
Kepala Bidang Perizinan Dinas Pertanian Kabupaten Banjar, Abdul Basit, menyoroti urgensi pupuk bagi perluasan lahan pertanian. Tahun ini, Kabupaten Banjar memiliki target pencetakan sawah baru seluas 3.000 hektare. Hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan kebutuhan pupuk, khususnya pupuk kimia.
Ia melihat potensi besar dari biochar sebagai alternatif pupuk alami yang bisa dikembangkan dari limbah lokal. “Oleh karena itu petani sawit hendaknya bisa mengoptimalkan limbah sawit menjadi pupuk,” ujarnya.
Lebih lanjut, Abdul Basit mengusulkan agar pengurus koperasi (KUD) dan pihak desa dapat menjalin koordinasi dengan pabrik kelapa sawit setempat dalam hal ini milik PT Palmina untuk memperoleh pasokan tandan kosong sawit sebagai bahan baku pembuatan biochar.
Dari Limbah Jadi Harapan Baru Petani
Langkah BPDP bersama Aspekpir dan Dinas Pertanian Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa transformasi pertanian menuju keberlanjutan bisa dimulai dari hal sederhana, yakni memanfaatkan limbah lokal menjadi produk produktif.
Biochar hadir bukan hanya sebagai pupuk hayati, tetapi juga sebagai solusi ekonomi dan ekologi yang berpihak pada petani.
Dengan mendorong produksi biochar secara mandiri, petani memiliki peluang menekan biaya produksi, meningkatkan kesuburan tanah, serta membuka sumber pendapatan alternatif.
Di tengah dinamika industri sawit, inovasi berbasis biochar menjadi harapan baru menuju kebun sawit yang lebih berkelanjutan dan petani yang lebih berdaya.

Sindi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Rincian Harga Emas di Pegadaian Terbaru Per 18 Oktober 2025, Investasi Emas untuk Pemula
- Sabtu, 18 Oktober 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Great Eastern Genjot Premi Asuransi Lewat Pasar Digital dan SME
- 17 Oktober 2025
2.
AirAsia Bidik Pasar Vietnam Lewat Rencana Akuisisi Strategis
- 17 Oktober 2025
3.
PLN Perluas Layanan Digital Lewat Promo Tambah Daya
- 17 Oktober 2025
4.
Danareksa Bangun Model Kawasan Industri Hijau Lewat Karbon Biru
- 17 Oktober 2025
5.
Tugu Insurance Genjot Lini Fire & Property Dongkrak Premi
- 17 Oktober 2025