
JAKARTA - Upaya pemerintah dalam menekan inflasi dan menjaga stabilitas harga pangan terus dilakukan melalui langkah nyata di lapangan. Salah satu garda terdepan dalam kebijakan ini adalah Perum Bulog, yang kini memperkuat distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke seluruh daerah di Indonesia.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik (OPP) Bulog, Mokhamad Suyamto, menegaskan bahwa pihaknya terus memperluas jangkauan penyaluran SPHP agar masyarakat bisa merasakan manfaat langsung berupa harga beras yang lebih terjangkau.
“Kami memastikan SPHP terus dimasifkan melalui tujuh saluran distribusi utama, sehingga masyarakat dapat merasakan langsung manfaatnya dalam bentuk harga beras yang lebih terjangkau,” ujarnya di Jakarta, Minggu.
Baca Juga
SPHP Beri Dampak Nyata pada Inflasi September
Kinerja Bulog dalam memperkuat distribusi beras SPHP terbukti memberikan hasil positif terhadap kondisi ekonomi nasional. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan (month-to-month) pada September 2025 tercatat sebesar 0,21 persen. Menariknya, komoditas beras yang selama ini sering menjadi pemicu inflasi justru mencatat deflasi sebesar 0,13 persen dengan andil negatif -0,01 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan intervensi pemerintah melalui Bulog berjalan efektif.
“Fakta bahwa beras justru memberikan andil negatif terhadap inflasi September menunjukkan bahwa intervensi pemerintah melalui Bulog berjalan efektif,” kata Suyamto.
Menurutnya, penurunan harga beras pada bulan tersebut tidak terlepas dari kombinasi faktor pasokan dan intervensi kebijakan. Dari sisi pasokan, harga beras mendapat tekanan dari masuknya panen gadu di berbagai sentra produksi.
Sedangkan dari sisi kebijakan, program beras SPHP yang dilaksanakan Bulog berhasil menjaga kestabilan harga di pasar, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Tujuh Jalur Distribusi Perkuat Jangkauan Nasional
Untuk memastikan pemerataan pasokan dan stabilitas harga, Bulog memanfaatkan tujuh saluran utama dalam pendistribusian beras SPHP. Jalur tersebut meliputi pasar tradisional, pasar ritel modern, jaringan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), Gerakan Pangan Murah (GPM) bersama TNI, Polri, serta pemerintah pusat dan daerah.
Selain itu, Bulog juga menggandeng outlet BUMN Pangan, jaringan Rumah Pangan Kita (RPK), hingga jalur distribusi langsung berbasis komunitas. Melalui jaringan yang luas ini, diharapkan beras SPHP dapat menjangkau masyarakat di berbagai lapisan, termasuk wilayah terpencil.
Sepanjang September 2025, realisasi penyaluran beras SPHP mencapai 143.866 ton, atau naik 59 persen dibandingkan bulan Agustus 2025. “Jumlah ini menjadi rekor tertinggi realisasi SPHP di bulan September dalam tiga tahun terakhir sekaligus indikasi positif keberhasilan intervensi dalam menjaga pasokan dan harga beras di pasar,” ungkap Suyamto.
Pencapaian ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam efektivitas kebijakan distribusi pangan, sekaligus menegaskan peran Bulog sebagai pengendali harga strategis di sektor beras nasional.
Target Nasional dan Dampak Jangka Panjang
Secara kumulatif hingga 3 Oktober 2025, Bulog telah menyalurkan 462 ribu ton beras SPHP, atau sekitar 30 persen dari target nasional 1,5 juta ton untuk periode Januari hingga Desember 2025.
Menurut Suyamto, pencapaian tersebut membuktikan bahwa program SPHP berjalan sesuai dengan rencana dan mampu memberikan dampak langsung terhadap stabilitas harga di pasar.
“Dengan stok yang cukup dan strategi distribusi yang tepat, Bulog optimistis tekanan harga beras menjelang akhir tahun 2025 dapat terkendali,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa konsistensi pelaksanaan SPHP menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga pangan strategis. Upaya ini juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional dan melindungi daya beli masyarakat.
Selain menjaga harga, keberadaan SPHP juga berperan penting dalam mengendalikan inflasi pangan, yang kerap menjadi salah satu komponen paling sensitif terhadap perubahan pasokan dan cuaca. Dengan tersedianya stok yang memadai, Bulog memastikan tidak terjadi gejolak harga di pasar.
Peran Bulog dalam Menjaga Ketahanan Pangan
Bagi Bulog, distribusi SPHP bukan sekadar urusan logistik, tetapi juga bagian dari misi sosial untuk menjaga kestabilan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kolaborasi lintas sektor antara BUMN, pemerintah daerah, dan lembaga keamanan Bulog berupaya memastikan tidak ada wilayah yang mengalami kekurangan pasokan.
Suyamto menegaskan, strategi ini akan terus diperkuat hingga akhir tahun untuk menekan potensi kenaikan harga beras, terutama menjelang akhir 2025 yang kerap menjadi periode dengan permintaan tinggi.
“SPHP bukan hanya program pengendalian harga, tetapi juga bentuk kehadiran negara dalam menjamin ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat,” katanya.
Melalui pelaksanaan program SPHP secara berkelanjutan dan tepat sasaran, Bulog optimistis dapat menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan beras nasional, sekaligus berkontribusi dalam menjaga inflasi tetap rendah dan terkendali.

Nathasya Zallianty
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
One Global Capital Dorong Investor RI Maksimalkan Properti Asia Pasifik
- Senin, 06 Oktober 2025
4 Cara Mudah dan Hemat Menjelajahi Kyoto Jepang Pakai Transportasi Umum
- Senin, 06 Oktober 2025
Berita Lainnya
BYD Geser Dominasi Tesla, Pabrikan China Kian Perkasa di Pasar Mobil Listrik
- Senin, 06 Oktober 2025
Udang Indonesia Aman Dikonsumsi, Pemerintah Pastikan Tak Melebihi Batas Radioaktif
- Senin, 06 Oktober 2025
Dana Bedah 38.000 Rumah Siap Cair, Dorong Pengentasan Kemiskinan Ekstrem
- Senin, 06 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Update Harga Emas Antam, UBS, Galeri24 Tetap Stabil 6 Oktober
- 06 Oktober 2025
2.
IHSG Diproyeksikan Terus Menguat Didukung Stimulus Domestik
- 06 Oktober 2025
3.
Saham Unggulan Diprediksi Jadi Motor Penguatan IHSG Pekan Ini
- 06 Oktober 2025
4.
Bitcoin Catat Rekor Tertinggi Baru USD 125.689 di Uptober
- 06 Oktober 2025