BRIN Percepat Hilirisasi Riset Nasional Agar Inovasi Siap Masuk Pasar dan Dimanfaatkan Industri

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:09:02 WIB
BRIN Percepat Hilirisasi Riset Nasional Agar Inovasi Siap Masuk Pasar dan Dimanfaatkan Industri

JAKARTA - Dorongan untuk menjadikan riset sebagai motor penggerak pembangunan nasional semakin menguat di tengah tantangan global yang kian kompleks. Pemerintah menilai bahwa penelitian tidak cukup hanya menghasilkan pengetahuan, tetapi harus mampu memberi dampak langsung bagi masyarakat dan perekonomian.

Dalam kerangka tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional mengambil langkah strategis dengan mempercepat hilirisasi hasil riset. Upaya ini dilakukan agar inovasi yang dihasilkan tidak berhenti di laboratorium, melainkan mampu menembus pasar.

Melalui Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju atau RIIM, BRIN mendorong transformasi riset menjadi produk siap pakai. Program ini dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara dunia penelitian dan kebutuhan industri.

Kepala BRIN Arif Satria menegaskan bahwa paradigma riset di Indonesia harus bergeser. Menurutnya, riset harus menghasilkan dampak nyata yang dapat dirasakan secara luas.

Ia menyampaikan bahwa hasil penelitian idealnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menjawab persoalan sosial. Oleh karena itu, RIIM diarahkan untuk memastikan riset dapat diimplementasikan oleh industri.

“Riset tidak boleh berhenti pada laporan atau prototipe. Melalui RIIM, kami mendorong hasil riset agar dapat ditingkatkan kesiapterapannya sehingga siap masuk pasar dan dimanfaatkan secara luas,” ujar Arif.

Pernyataan tersebut disampaikan usai penyerahan penghargaan RIIM Awards 2025 di Gedung BJ Habibie BRIN Jakarta. Acara tersebut berlangsung pada Kamis, 18 Desember 2025.

Langkah percepatan ini dinilai penting karena masih banyak hasil riset yang belum terserap industri. Kesenjangan antara peneliti dan dunia usaha menjadi tantangan utama dalam ekosistem inovasi nasional.

Fokus Peningkatan Kesiapterapan Teknologi

Salah satu fokus utama RIIM adalah percepatan peningkatan tingkat kesiapterapan teknologi atau Technology Readiness Level. Aspek ini menjadi indikator penting dalam menentukan apakah suatu riset layak diadopsi industri.

Arif Satria menjelaskan bahwa sebagian besar riset di Indonesia masih berada pada TRL menengah. Kondisi tersebut membuat industri ragu untuk mengadopsinya karena memerlukan investasi tambahan.

Menurutnya, riset dengan TRL menengah belum sepenuhnya siap digunakan secara komersial. Industri cenderung memilih teknologi yang sudah matang dan minim risiko.

“Kami menyiapkan skema percepatan agar riset yang TRL-nya masih menengah dapat ditingkatkan hingga level tinggi. Dengan begitu, industri dapat langsung mengadopsi tanpa perlu investasi tambahan yang besar,” katanya.

Skema percepatan ini mencakup dukungan pendanaan, pendampingan teknis, dan pengujian lanjutan. Tujuannya adalah memastikan teknologi benar-benar siap digunakan di lingkungan industri.

Dengan peningkatan TRL, hasil riset diharapkan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Hal ini sekaligus meningkatkan daya tarik riset bagi pelaku usaha.

BRIN memandang bahwa kesiapterapan teknologi merupakan kunci utama dalam proses hilirisasi. Tanpa kesiapan tersebut, inovasi sulit bersaing di pasar.

Pendekatan ini juga mendorong peneliti untuk lebih memahami kebutuhan industri. Kolaborasi sejak awal menjadi faktor penting agar riset tidak melenceng dari kebutuhan pasar.

Promosi, Valuasi, dan Kolaborasi Industri

Selain peningkatan kesiapterapan teknologi, percepatan hilirisasi juga didukung melalui promosi dan valuasi hasil riset. Langkah ini bertujuan untuk memperkenalkan inovasi kepada calon pengguna dan investor.

Arif Satria menyampaikan bahwa tidak semua riset memiliki dampak ekonomi yang sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian untuk menentukan riset yang layak dikembangkan lebih lanjut.

Riset yang dinilai memiliki dampak ekonomi dan sosial akan mendapatkan perhatian khusus. Dukungan tambahan diberikan agar inovasi tersebut dapat berkembang secara optimal.

“Ke depan, riset dan inovasi tidak hanya dilakukan oleh BRIN atau perguruan tinggi, tetapi juga melibatkan industri dan pelaku usaha, sehingga riset benar-benar menjadi bagian dari ekosistem pembangunan nasional,” ujarnya.

Pernyataan ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Sinergi antara peneliti dan industri diyakini mampu mempercepat adopsi teknologi.

Dengan keterlibatan industri sejak tahap awal, arah riset menjadi lebih jelas. Hasil penelitian pun lebih relevan dengan kebutuhan pasar.

BRIN menilai bahwa pendekatan kolaboratif akan memperkuat daya saing nasional. Inovasi yang lahir dari kerja sama akan lebih mudah diterapkan secara luas.

Selain itu, keterlibatan pelaku usaha juga membuka peluang komersialisasi yang lebih besar. Riset tidak hanya menghasilkan pengetahuan, tetapi juga nilai ekonomi.

RIIM Awards 2025 dan Apresiasi Inovasi

Sebagai bagian dari upaya memperkuat ekosistem riset dan inovasi, BRIN menyelenggarakan RIIM Awards 2025. Ajang ini menjadi bentuk apresiasi terhadap kontribusi para periset dan mitra industri.

RIIM Awards merupakan penghargaan tahunan yang didedikasikan untuk periset terbaik dan startup mitra terbaik di Indonesia. Penghargaan ini menyoroti keunggulan dan dampak nyata dari hasil riset.

Tahun ini, penghargaan diberikan kepada individu dan entitas yang menunjukkan kolaborasi strategis. Fokusnya adalah pada teknologi dan solusi praktis yang bermanfaat bagi masyarakat.

Para pemenang dipilih dari penerima pendanaan RIIM yang telah menyelesaikan kegiatan riset. Proses seleksi dilakukan secara ketat dan objektif.

Penilaian dilakukan oleh juri independen yang terdiri dari pakar akademisi dan pelaku industri. Para juri memiliki pengalaman dan kompetensi sesuai bidang masing-masing.

Melalui penghargaan ini, BRIN ingin mendorong semangat inovasi yang berorientasi pada dampak. Apresiasi diharapkan menjadi motivasi bagi peneliti dan mitra industri.

RIIM Awards juga menjadi ajang untuk mempertemukan peneliti dengan calon pengguna teknologi. Interaksi ini membuka peluang kerja sama lanjutan.

Dengan demikian, penghargaan tidak hanya bersifat simbolik. RIIM Awards diharapkan menjadi katalis percepatan hilirisasi riset.

Menuju Ekosistem Riset Berbasis Dampak

Upaya percepatan hilirisasi riset mencerminkan perubahan pendekatan pembangunan nasional. Riset kini ditempatkan sebagai instrumen strategis, bukan sekadar aktivitas akademik.

BRIN berupaya memastikan bahwa setiap riset memiliki arah yang jelas dan terukur. Dampak ekonomi dan sosial menjadi indikator utama keberhasilan.

Melalui RIIM, pemerintah ingin membangun ekosistem riset yang terintegrasi. Peneliti, industri, dan masyarakat menjadi bagian dari satu rantai nilai.

Pendekatan ini diharapkan mampu mempercepat transfer teknologi. Inovasi dapat segera dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Selain itu, hilirisasi riset juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru. Industri berbasis teknologi membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten.

Dengan semakin banyak riset yang siap pasar, peluang investasi juga meningkat. Hal ini memberi dampak positif bagi perekonomian nasional.

BRIN optimistis bahwa langkah percepatan ini akan membawa perubahan signifikan. Indonesia diharapkan mampu menjadi negara berbasis inovasi.

Ke depan, tantangan utama adalah menjaga konsistensi dan kualitas implementasi. Komitmen semua pihak menjadi kunci keberhasilan hilirisasi riset.

Melalui strategi ini, riset diharapkan benar-benar menjadi penggerak pembangunan. Inovasi tidak hanya lahir, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi Indonesia.

Terkini

BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Selama Libur Natal Tahun Ini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:43:15 WIB

Masyarakat Diminta Bersama Pulihkan Sumatra Pascabencana

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:43:14 WIB

Bandara Soetta Ramai Penumpang Jelang Libur Akhir Tahun

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:43:13 WIB

Update Harga Sembako Jawa Timur Sabtu, 20 Desember 2025!

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:43:12 WIB

Prabowo Apresiasi 91 Emas Indonesia di SEA Games

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:43:11 WIB