Kamis, 18 Desember 2025

Investasi Properti Jakarta 2026: Nilai Hunian dan Perkantoran Meningkat Pesat di Sepanjang Koridor MRT

Investasi Properti Jakarta 2026: Nilai Hunian dan Perkantoran Meningkat Pesat di Sepanjang Koridor MRT
Investasi Properti Jakarta 2026: Nilai Hunian dan Perkantoran Meningkat Pesat di Sepanjang Koridor MRT

JAKARTA - Memasuki penghujung 2025, nilai properti di Jakarta tidak lagi ditentukan semata oleh luas lahan atau eksklusivitas kawasan. Saat ini, kedekatan dengan stasiun MRT menjadi indikator utama likuiditas dan daya tarik aset residensial maupun komersial.

Laporan Cushman & Wakefield Indonesia bersama MRT Jakarta menegaskan tren ini, di mana hunian dan gedung perkantoran di sepanjang koridor MRT menunjukkan kenaikan harga dan okupansi yang lebih signifikan dibanding lokasi non-MRT. Selisih tingkat hunian dan harga properti bahkan melebar hingga dua kali lipat hanya dalam tiga tahun terakhir.

Denyut Ekonomi di Sepanjang Koridor MRT

Baca Juga

Korban Banjir Sumatera Akan Dapat Rumah Baru Plus Bantuan Isi Rumah Rp 3 Juta

Arief Rahardjo, Head of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, menyoroti gedung perkantoran Grade A di koridor MRT Jakarta Fase 1 Lebak Bulus–Bundaran HI yang mengalami pertumbuhan okupansi lebih agresif. Tingkat hunian perkantoran CBD Jakarta diproyeksikan mencapai 79 persen pada 2026, naik dari 77 persen pada akhir 2025.

Kenaikan okupansi sejalan dengan pertumbuhan harga sewa. Dengan terbatasnya lahan di pusat kota, strategi redevelopment menjadi pilihan utama pengembang untuk mengakuisisi dan membangun ulang gedung lama agar terhubung langsung dengan stasiun MRT.

Tidak hanya perkantoran, sektor ritel juga merasakan dampak positif MRT Jakarta. Tingkat hunian ritel di koridor MRT tumbuh rata-rata 1,4 persen per tahun sejak pandemi, melampaui performa mal konvensional tanpa akses rel.

Fase 2A MRT Jakarta mempersiapkan ledakan ekonomi baru di Jakarta Utara. Mangga Besar akan menjadi pusat kuliner lokal tertata, Glodok fokus pada destinasi budaya ramah turis, dan Mangga Dua bangkit sebagai pusat elektronik modern dengan akses mudah.

Transformasi Blok M menjadi pusat kreatif berkat revitalisasi Taman Literasi Martha Tiahahu dan terminal modern menunjukkan bagaimana TOD mendorong regenerasi kawasan. Dari area yang sempat redup, kini Blok M menjadi magnet aktivitas ekonomi dan budaya.

Likuiditas Hunian dan Apartemen di Radius 800 Meter

Bagi investor properti strata atau kondominium, jarak ke stasiun MRT kini menjadi jaminan likuiditas. Pembeli hunian 2026 cenderung menomorsatukan akses mudah ke transportasi daripada luas unit hunian semata.

Laporan Cushman & Wakefield menegaskan proyek berbasis TOD memiliki harga jual dan sewa yang lebih stabil. Arief memprediksi tingkat penjualan kondominium sepanjang jalur Gajah Mada–Kota stabil di angka 94 persen, menunjukkan preferensi kuat terhadap lokasi terhubung MRT.

Sektor perhotelan juga mengadopsi tren serupa. Wisatawan modern mencari pengalaman autentik di Kota Tua dengan konektivitas cepat ke pusat belanja dan bandara, sehingga Gajah Mada dan Hayam Wuruk menjadi titik emas bagi hotel internasional.

Filosofi TOD: Dari "Livable" ke "Lovable"

Kepala Divisi TOD MRT Jakarta, Aditya Laksmana, menegaskan pengembangan kawasan stasiun mengutamakan mixed-use dan kepadatan tinggi. Proyek ini tetap memperhatikan hak pejalan kaki dan kualitas ruang publik untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman.

MRT Jakarta berperan sebagai katalisator kolaborasi swasta dalam skema win-win. Integrasi jembatan penghubung di Dukuh Atas dan interkoneksi Sudirman antara LRT, KCI, dan MRT menjadi bukti nyata bagaimana tata ruang holistik menghasilkan nilai ekonomi masif bagi gedung di sekitarnya.

Kota Jakarta bergerak menuju model mobilitas tanpa kendaraan pribadi. Proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 5,4 persen pada 2026 dan penurunan bunga acuan BI mendorong geliat KPR, sehingga properti di jalur MRT menjadi aset strategis yang tahan inflasi.

Para ahli menekankan bahwa di tahun 2026, konsep lama “lokasi, lokasi, lokasi” telah berevolusi menjadi “koneksi, koneksi, koneksi.” Investor yang memahami bahwa masa depan Jakarta berada di bawah tanah dan di atas rel akan memperoleh keuntungan tertinggi dari properti.

Pengembangan TOD di Jakarta membuktikan bahwa kombinasi akses transportasi, fasilitas publik, dan mixed-use space mampu menciptakan ekosistem properti yang berkelanjutan. Dari perkantoran, hunian, ritel, hingga perhotelan, seluruh sektor merasakan dampak positif dari integrasi transportasi dan perencanaan kota yang cerdas.

Transformasi ini menegaskan bahwa MRT Jakarta bukan sekadar moda transportasi, tetapi juga motor penggerak ekonomi kota. Kawasan yang dulu kurang diminati kini menjadi pusat aktivitas, investasi, dan inovasi urban yang mengubah wajah ibu kota secara fundamental.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Xpeng G6 SUV Listrik Futuristik Hadir di Indonesia Dengan Teknologi Cerdas dan Pengisian Cepat

Xpeng G6 SUV Listrik Futuristik Hadir di Indonesia Dengan Teknologi Cerdas dan Pengisian Cepat

MRT Jakarta Kembangkan Blok M dengan Ruang Terbuka Hijau dan TOD Terintegrasi

MRT Jakarta Kembangkan Blok M dengan Ruang Terbuka Hijau dan TOD Terintegrasi

Prabowo Canda Tebak Nama Menteri Bersama Korban Agam Sumbar

Prabowo Canda Tebak Nama Menteri Bersama Korban Agam Sumbar

Puncak Arus Libur Nataru Jakarta Diprediksi 19-  20 Desember

Puncak Arus Libur Nataru Jakarta Diprediksi 19- 20 Desember

Golkar Gelar Rapimnas Perdana Kumpulkan Ketua DPD Nasional

Golkar Gelar Rapimnas Perdana Kumpulkan Ketua DPD Nasional