JAKARTA - Frekuensi banjir besar yang berulang sepanjang 2025 membuat industri asuransi semakin menaruh perhatian pada potensi peningkatan klaim.
Bencana yang melanda Bali pada September lalu dan kembali terjadi di wilayah Sumatra menjadi bukti bahwa risiko hidrometeorologi masih mendominasi dan menuntut kesiapan lebih kuat dari perusahaan asuransi.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menegaskan bahwa perusahaan asuransi sesungguhnya telah mengantisipasi kemungkinan lonjakan klaim jauh sebelum bencana terjadi. Dengan strategi mitigasi yang diperkuat, industri asuransi dinilai mampu menahan gejolak finansial yang muncul akibat konsentrasi klaim dari satu jenis bencana.
Baca Juga
Ketua Umum AAUI Budi Herawan menjelaskan bahwa penataan struktur perlindungan reasuransi dan penguatan cadangan teknis menjadi fondasi utama untuk menghadapi tantangan tersebut. Ia menekankan bahwa pendekatan komprehensif dalam manajemen risiko sudah menjadi standar di industri.
Reasuransi Jadi Pertahanan Utama Ketika Klaim Meningkat
Budi menyoroti bahwa mekanisme reasuransi merupakan instrumen paling penting ketika terjadi lonjakan klaim akibat bencana alam. “Mekanisme reasuransi itu yang menjadi penahan utama ketika terjadi lonjakan klaim akibat bencana alam,” ujarnya dalam wawancara dengan Kontan, Minggu.
Perusahaan asuransi, menurut Budi, sudah memiliki kesiapan melalui kombinasi beberapa langkah strategis, antara lain:
Manajemen risiko yang diperkuat
Diversifikasi produk dan penyebaran lokasi pertanggungan
Cadangan teknis yang disesuaikan
Perlindungan reasuransi sebagai lapisan tambahan
Berbagai langkah tersebut dirancang untuk memastikan bahwa industri tetap stabil meskipun menghadapi peningkatan beban klaim secara tiba-tiba di beberapa wilayah.
Namun, ia tetap mengakui bahwa tekanan terhadap indikator kesehatan keuangan asuransi bisa saja muncul. Termasuk terhadap Risk Based Capital (RBC) dan profitabilitas, meski mitigasinya telah diperhitungkan secara matang melalui kecukupan modal dan penyesuaian premi.
Bencana Berulang Dorong Kebutuhan Asuransi Bencana
Frekuensi kejadian banjir yang meningkat dari tahun ke tahun membuat kebutuhan akan perlindungan bencana semakin relevan bagi seluruh lapisan masyarakat. Menurut Budi, situasi ini menunjukkan urgensi yang lebih besar bagi masyarakat, UMKM, pelaku usaha, hingga pemerintah untuk memahami manfaat asuransi bencana.
Budi menegaskan bahwa asuransi dan reasuransi merupakan alat transfer risiko yang mampu meminimalkan dampak ekonomi dari bencana. Dengan proteksi yang tepat, proses pemulihan pascabencana dapat berlangsung lebih cepat dan terukur.
Ia menyebut bahwa industri asuransi terus mendorong peningkatan literasi, terutama di sektor yang masih memiliki penetrasi rendah seperti rumah tinggal dan UMKM. Minimnya pemahaman memastikan sebagian besar potensi kerugian akibat bencana masih ditanggung sendiri oleh masyarakat.
Sementara itu, sektor-sektor yang memiliki keterkaitan dengan pembiayaan perbankan biasanya memiliki tingkat perlindungan lebih baik, misalnya properti komersial, infrastruktur, hotel, hingga fasilitas industri.
Pendataan Klaim Banjir Sumatra Masih Berjalan
Seiring bencana banjir besar yang baru-baru ini melanda wilayah Sumatra, AAUI menjelaskan bahwa pendataan awal atas potensi klaim masih berlangsung. Konsolidasi dilakukan oleh masing-masing perusahaan anggota untuk memastikan keakuratan nilai klaim yang akan diajukan.
“Kami mendorong seluruh perusahaan asuransi umum untuk melakukan langkah penanganan klaim yang cepat, transparan, dan adil sesuai ketentuan polis bagi para pemegang polis yang terdampak,” kata Budi.
Hingga saat ini, laporan awal menunjukkan bahwa penetrasi asuransi kerugian untuk rumah tinggal dan UMKM di wilayah banjir relatif masih rendah. Akibatnya, potensi klaim yang signifikan diperkirakan berasal dari aset komersial dan properti bernilai tinggi.
Budi menjelaskan bahwa mayoritas potensi klaim berasal dari:
Aset komersial
Industri
Infrastruktur publik
Hotel dan properti wisata
Aset yang terkait pembiayaan perbankan
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa sektor komersial tetap menjadi penyumbang terbesar dalam klaim bencana, sejalan dengan tingkat perlindungan yang lebih tinggi pada aset bernilai besar.
Industri Tetap Optimistis Hadapi Tantangan 2025
Menghadapi tren bencana alam yang terus meningkat, industri asuransi umum di Indonesia menunjukkan optimisme dengan kesiapan mitigasi dan dukungan reasuransi yang kuat. Dengan mekanisme yang sudah terstruktur, industri diyakini dapat menahan dampak finansial dari potensi lonjakan klaim yang mungkin masih berlanjut hingga akhir tahun.
AAUI menilai bahwa kolaborasi antara perusahaan asuransi, masyarakat, dan pemerintah diperlukan untuk memperkuat pemahaman tentang pentingnya perlindungan risiko. Semakin siap masyarakat dalam memanfaatkan asuransi, semakin kecil beban ekonomi yang harus ditanggung ketika bencana datang secara tiba-tiba.
Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Akselerasi Livin by Mandiri Dukung Perluasan Ekosistem Digital dan Nilai Tambah Masyarakat
- Senin, 08 Desember 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Kolaborasi IUIGA X Unitwo Hadirkan Produk Rumah Berkualitas
- 08 Desember 2025
2.
China Buat Senator AS Khawatir Teknologi Genetik
- 08 Desember 2025
3.
Lando Norris Pastikan Gelar Juara Dunia F1 2025
- 08 Desember 2025
4.
5.
DMMX Genjot Bisnis IP Lewat Kolaborasi Strategis Bumilangit
- 08 Desember 2025












