Jumat, 17 Oktober 2025

Alasan Banyak Orang Masih Enggan Konsultasi ke Psikolog

Alasan Banyak Orang Masih Enggan Konsultasi ke Psikolog
Alasan Banyak Orang Masih Enggan Konsultasi ke Psikolog

JAKARTA - Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental tak selalu diikuti dengan tindakan konkret. Meski banyak yang menyadari pentingnya menjaga kesejahteraan psikologis, masih banyak orang enggan mendatangi psikolog. 

Psikolog klinis Karina Negara, M.Psi., memaparkan bahwa terdapat tiga faktor utama yang membuat orang menunda atau menghindari konsultasi profesional: malu, mahal, dan macet.

“Bahasa formalnya adalah accessibility (akses), stigma, dan cost (biaya). Aku menyebutnya 3M; malu, mahal, dan macet,” ujar Karina dalam talkshow bertajuk Beauty That Moves yang diselenggarakan oleh L’Oreal Indonesia di Jakarta.

Baca Juga

15 Pinjaman Online Bunga Rendah Tenor 12 Bulan, Cepat Cair!

1. Malu: Stigma Masih Membayangi

Alasan pertama adalah malu. Banyak orang merasa enggan untuk mendatangi psikolog karena takut mendapat pandangan negatif dari orang lain, termasuk anggota keluarga. Mereka khawatir akan dicap “gila” atau “sakit jiwa” hanya karena membutuhkan bimbingan profesional.

Karina menekankan bahwa stigma ini justru menjadi penghambat bagi orang yang seharusnya mendapatkan bantuan. “Orang yang sudah mau merawat kesehatan mentalnya, bisa enggak jadi, karena lingkungannya enggak mendukung,” katanya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa meski masyarakat sudah mulai terbuka terhadap isu kesehatan mental, pandangan tradisional atau stereotip di sekitar mereka masih memengaruhi keputusan untuk mencari bantuan.

2. Mahal: Persepsi Biaya yang Menghalangi

Alasan kedua yang tak kalah penting adalah biaya. Banyak orang masih berpikir bahwa konsultasi ke psikolog itu mahal dan sulit dijangkau. Ironisnya, nominal yang sama seringkali dikeluarkan untuk gaya hidup, seperti kopi di kafe atau hiburan lain.

Padahal, saat ini sudah ada berbagai layanan yang lebih terjangkau. Beberapa puskesmas, seperti Puskesmas Sukmajaya dan Puskesmas Beji di Kota Depok, serta Puskesmas Tigaraksa di Kabupaten Tangerang, menyediakan layanan konseling psikolog dengan biaya minimal atau bahkan gratis.

Selain itu, platform konseling daring kini makin banyak tersedia, memberikan opsi murah dan fleksibel bagi mereka yang ingin mendapatkan bantuan tanpa harus keluar rumah.

3. Macet dan Akses yang Terbatas

Alasan ketiga adalah hambatan logistik, yang di kota besar seperti Jakarta sering kali terkait dengan kemacetan. “Mau konseling, tapi jauh, macet, dan harus cuti,” ujar Karina.

Bahkan di kota lain yang tidak terlalu padat, keberadaan psikolog masih terbatas. Hal ini memaksa orang untuk pergi ke kota lain jika ingin berkonsultasi. 

Situasi ini menimbulkan kendala tambahan bagi mereka yang sudah memiliki niat untuk mendapatkan bantuan, namun kesulitan mengakses layanan.

Kondisi ini menyoroti pentingnya penyediaan layanan konseling yang lebih merata dan mudah diakses. Dengan kemajuan teknologi, konseling daring menjadi solusi efektif, memungkinkan sesi tatap muka virtual yang hemat waktu, biaya, dan tetap menjaga kualitas layanan.

Mendorong Kesadaran dan Akses

Karina menekankan bahwa ketiga faktor ini—malu, mahal, dan macet—seharusnya tidak menjadi penghalang utama. Kesadaran akan kesehatan mental perlu diiringi dengan kemudahan akses dan penghapusan stigma. 

Lingkungan sosial yang mendukung, biaya yang terjangkau, dan ketersediaan layanan daring dapat membantu masyarakat lebih berani mengambil langkah pertama untuk konsultasi psikolog.

“Sekarang banyak platform yang menyediakan konseling daring, harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan konseling tatap muka. Jadi hambatan ini bisa diminimalisir,” jelas Karina.

Meski kesehatan mental semakin diperhatikan, tiga hambatan utama—malu, mahal, dan macet—masih membuat banyak orang enggan berkonsultasi ke psikolog. 

Mengatasi masalah ini membutuhkan kombinasi edukasi untuk menghilangkan stigma, penyediaan layanan yang mudah dijangkau, serta sosialisasi opsi konseling daring yang lebih fleksibel dan terjangkau.

Langkah-langkah ini penting agar masyarakat tidak menunda perawatan psikologis, sehingga kualitas hidup dan kesejahteraan mental dapat lebih terjaga.

Dengan pemahaman yang lebih baik dan dukungan lingkungan yang tepat, hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi, membuka jalan bagi lebih banyak orang untuk mencari bantuan profesional secara nyaman dan efektif.

Muhammad Anan Ardiyan

Muhammad Anan Ardiyan

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

7 Makanan Mengandung Gluten yang Sering Tak Disadari

7 Makanan Mengandung Gluten yang Sering Tak Disadari

Realme GT 8 Pro x Ricoh Siap Debut Global

Realme GT 8 Pro x Ricoh Siap Debut Global

iPad Pro 2025 Hadir dengan Chip M5 dan Dukungan Fast Charging

iPad Pro 2025 Hadir dengan Chip M5 dan Dukungan Fast Charging

Kemenhaj Pastikan Jamaah Indonesia Mendapat Layanan Istimewa di Haji 2026

Kemenhaj Pastikan Jamaah Indonesia Mendapat Layanan Istimewa di Haji 2026

Teater Musikal Drayang Swargaloka Perkuat Diplomasi Budaya Indonesia ke Mata Dunia

Teater Musikal Drayang Swargaloka Perkuat Diplomasi Budaya Indonesia ke Mata Dunia