Yield SBN Sentuh Rekor Terendah, Pemerintah Berpotensi Hemat Triliunan
- Kamis, 16 Oktober 2025

JAKARTA - Penurunan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) kembali mencatat sejarah baru. Yield surat utang negara (SUN) acuan tenor 10 tahun kini menembus level 6,003%, menjadi yang terendah sejak instrumen tersebut dijadikan acuan pasar.
Sementara itu, harga SUN naik hingga 105,44%, mencerminkan tingginya minat investor terhadap surat utang pemerintah. Kondisi ini memberi sinyal positif bagi pengelolaan fiskal, karena penurunan yield berpotensi menghemat biaya bunga utang hingga triliunan rupiah setiap tahunnya.
Menurut Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M. Rizal Taufikurahman, penurunan yield sekitar 90 basis poin (bps) bukan hanya hasil penurunan risiko pasar, melainkan juga buah dari kebijakan moneter longgar Bank Indonesia (BI) dan strategi pembiayaan yang hati-hati oleh Kementerian Keuangan.
Baca JugaTren Penerbitan Obligasi Korporasi 2025 Diprediksi Makin Menarik Bagi Investor
“Dengan asumsi penerbitan utang bruto Rp500 triliun–Rp600 triliun per tahun, penurunan yield 80–90 bps bisa menghemat bunga sekitar Rp6 triliun–Rp8 triliun per tahun, tergantung durasi dan tenor penerbitan,” ujar Rizal.
Meski demikian, Rizal menekankan bahwa dampak penghematan tidak akan langsung terlihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini karena struktur bunga utang masih dipengaruhi oleh stok surat utang lama yang memiliki kupon tinggi.
Efisiensi baru akan terasa dalam dua hingga tiga tahun ke depan, ketika sebagian besar utang jatuh tempo dan digantikan oleh penerbitan baru dengan kupon lebih rendah.
Efisiensi Fiskal Jadi Sinyal Kredibilitas Pemerintah
Menurut Rizal, tren penurunan yield SBN juga mencerminkan kepercayaan investor terhadap kredibilitas kebijakan fiskal pemerintah di tengah tekanan belanja sosial yang meningkat.
Ia menilai, stabilitas pasar surat utang menjadi bukti bahwa pemerintah tetap konsisten menjalankan strategi fiskal yang hati-hati. “Stabilitas pasar surat utang menjadi kompensasi dari konsistensi fiskal yang hati-hati,” kata Rizal menegaskan.
Penurunan yield tidak hanya berdampak pada penghematan biaya bunga, tetapi juga memperkuat posisi fiskal pemerintah menghadapi dinamika global. Di tengah ketidakpastian perekonomian dunia, yield yang stabil dan cenderung turun membantu memperkuat persepsi risiko Indonesia di mata investor asing.
Prospek Yield SBN dan Risiko yang Mengintai
Rizal memperkirakan tren penurunan yield masih akan berlanjut hingga kuartal I-2026, dengan potensi mencapai kisaran 5,8%–6,0%. Namun, pergerakan tersebut tetap bergantung pada kebijakan The Federal Reserve (The Fed) serta perkembangan ekonomi global.
Meski prospeknya positif, ia mengingatkan bahwa yield yang terlalu rendah tanpa dukungan fundamental ekonomi yang kuat dapat menimbulkan risiko overpricing. Hal itu dapat mendorong investor asing meminta premi risiko lebih tinggi di kemudian hari.
“Yield masih bisa turun, tapi semakin rentan terhadap sentimen global,” ujar Rizal.
Selain faktor global, arah yield juga akan dipengaruhi oleh tata kelola fiskal serta strategi komunikasi ekonomi pemerintahan baru pasca transisi politik nasional.
Pandangan Ekonom: Ruang Fiskal Kian Terbuka
Sejalan dengan pandangan Rizal, Ekonom Senior Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai tren bunga rendah memberikan napas tambahan bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas fiskal.
“Ini berita baik, karena tidak hanya menurunkan biaya bunga, tapi juga membuka ruang penerbitan utang baru sesuai rencana 2026,” ujar Wijayanto. Menurutnya, tren suku bunga rendah akan bertahan cukup lama karena masih adanya ketidakpastian global dan tertahannya ekspansi dunia usaha.
Dengan kondisi ini, pemerintah bisa mengatur ulang strategi pembiayaan dengan lebih efisien, tanpa menimbulkan tekanan besar terhadap defisit anggaran.
Efek Langsung terhadap Beban Bunga dan Fiskal Negara
Beban bunga utang pemerintah tahun ini diperkirakan mencapai Rp552,14 triliun, dan akan meningkat menjadi Rp599,44 triliun pada tahun depan. Angka tersebut cukup besar dalam struktur belanja negara, namun tren penurunan yield diharapkan mampu menahan laju kenaikan beban tersebut.
Dengan yield SBN yang terus menurun, pemerintah berpeluang melakukan refinancing terhadap utang-utang berkupon tinggi dan menggantinya dengan penerbitan baru yang lebih murah.
Strategi ini secara bertahap dapat memperkuat posisi fiskal dan mengurangi tekanan terhadap defisit APBN dalam jangka menengah.
“Penurunan yield diharapkan bisa menahan laju kenaikan beban bunga utang, sekaligus memperkuat posisi fiskal Indonesia di tengah dinamika ekonomi global,” ujar Wijayanto.
Sinyal Positif untuk Pasar dan Investasi
Penurunan yield juga menciptakan efek domino positif bagi pasar keuangan domestik. Selain meningkatkan minat investor terhadap instrumen utang, tren ini juga menurunkan imbal hasil deposito dan mendorong investor beralih ke aset berisiko seperti saham.
Kondisi ini berpotensi menstimulasi pertumbuhan pasar modal Indonesia.
Di sisi lain, investor asing cenderung memandang stabilitas yield sebagai tanda bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat. Hal ini mendukung peningkatan arus modal masuk dan memperkuat posisi rupiah terhadap dolar AS.
Kesimpulan: Momentum Optimalisasi Pembiayaan Negara
Secara keseluruhan, tren penurunan imbal hasil SBN menciptakan momentum baru bagi pemerintah untuk mengelola pembiayaan negara secara lebih efisien. Dengan dukungan kebijakan moneter longgar dan disiplin fiskal yang terjaga, ruang penghematan bunga utang semakin terbuka lebar.
Namun, pemerintah tetap perlu menjaga keseimbangan antara upaya efisiensi pembiayaan dan mitigasi risiko global yang bisa mempengaruhi sentimen pasar.
Jika dikelola dengan hati-hati, penurunan yield SBN saat ini bisa menjadi pondasi kuat bagi stabilitas ekonomi dan keuangan Indonesia dalam jangka panjang.

Muhammad Anan Ardiyan
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Psikolog Ingatkan Proses Berduka Kehilangan Orangtua Tidak Bisa Terburu-buru
- Kamis, 16 Oktober 2025
Berita Lainnya
Strategi Danantara Tangani Utang Kereta Cepat Tanpa Bebani APBN Negara
- Kamis, 16 Oktober 2025
Harga Emas Pegadaian Naik Signifikan, Investor Tertarik Koleksi Logam Mulia
- Kamis, 16 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Cara Mudah Buat Stiker WhatsApp di Android dan iPhone
- 16 Oktober 2025
2.
BYD Atto 1 Resmi Masuk Indonesia, Siap Kirim Oktober 2025
- 16 Oktober 2025
3.
8 Makanan yang Mempercepat Gigi Keropos dan Berlubang
- 16 Oktober 2025
4.
TVS Apache RTX 300 Hadir Lengkapi Segmen Motor Adventure
- 16 Oktober 2025