
JAKARTA - Bayangkan kamu sedang menyeruput secangkir kopi panas, berharap energi dan terang pikiran menyergap segera.
Anehnya, bukan segar yang datang — melainkan kantuk. Kenapa bisa begitu? Banyak orang mengalami hal ini: setelah meneguk kopi, bukannya terjaga, malah makin lelah.
Dalam tulisan di bawah, kita akan membedah berbagai faktor biologis dan kebiasaan yang jadi penyebabnya — tetap mempertahankan semua isi dan kutipan dari sumber aslinya — supaya kamu bisa memahami apa yang sesungguhnya terjadi di balik reaksi tubuhmu.
Baca Juga
Fenomena “kopi mengantuk”: bukan sekadar kebetulan
Kafein—senyawa stimulan yang menjadi komposisi utama dalam kopi—seharusnya bekerja menahan rasa kantuk dan memicu kewaspadaan. Namun kenyataannya, bagi sebagian orang, efek itu tak terasa. Artikel CNN Indonesia menyebutkan sejumlah faktor utama yang bisa menjelaskannya:
Tubuh memetabolisme kafein dengan cepat
Toleransi kafein yang tinggi
Kafein turut mengganggu tidur
Fluktuasi kadar gula darah
Mari kita kupas satu per satu, sambil memasukkan penjelasan tambahan agar gambaran lebih komprehensif.
1. Metabolisme kafein yang cepat
Setiap orang memproses kafein pada laju yang berbeda. Bagi sebagian orang, enzim hati memetabolisme kafein dengan cepat, sehingga efek stimulan berkurang hanya dalam waktu singkat. Akibatnya, efek “terjaga” yang diharapkan justru lenyap lebih cepat, digantikan oleh rasa lelah atau kantuk kembali.
Kalau tubuhmu termasuk pemroses cepat seperti ini, kopi mungkin tidak memberi dorongan energi cukup lama. Dalam kondisi demikian, efek kafein bisa habis sebelum kamu sempat merasakan manfaatnya secara maksimal.
2. Toleransi terhadap kafein
Jika kamu rutin mengonsumsi kopi setiap hari dalam jumlah besar, tubuh bisa mengembangkan toleransi terhadap kafein. Artinya, dosis kafein yang dulu cukup kuat untuk merangsangmu kini tak lagi berdampak sebagaimana mestinya.
CNN Indonesia menyebut bahwa orang yang terbiasa minum kopi secara teratur mungkin memiliki toleransi lebih tinggi, sehingga meskipun sudah mengonsumsi kopi, efek merangsangnya berkurang.
Dengan toleransi tinggi, tubuh “biasa” dengan kafein, sehingga efeknya tidak lagi luar biasa. Alhasil, rasa kantuk mungkin tak tersingkir sepenuhnya.
3. Dampak kafein terhadap pola tidur
Kafein memang punya efek stimulasi pada sistem saraf pusat. Namun jika dikonsumsi terlalu dekat dengan waktu tidur — atau bila kualitas tidurmu kurang baik — efeknya bisa menjadi paradoksal. Kafein dapat mengganggu siklus tidur, memperlama waktu untuk tertidur, dan memecah kualitas tidur secara keseluruhan.
Ketika pola tidur terganggu, tubuh cenderung “membalas” dengan rasa kantuk yang lebih besar keesokan harinya. Jadi, walaupun kamu telah minum kopi, tingkat kelelahan bisa tetap hadir karena tubuh mencoba memulihkan kondisinya.
4. Fluktuasi gula darah
Salah satu aspek yang tak sering diperhatikan ialah hubungan antara kafein dan gula darah. Kafein dapat menyebabkan pelepasan hormon stres seperti adrenalin yang berpotensi mempengaruhi respons glukosa tubuh.
Jika kadar gula darahmu melonjak atau turun tajam setelah minum kopi (terutama bila disertai gula atau makanan yang memicu lonjakan cepat), energi bisa terasa naik dulu, kemudian jatuh dengan cepat — memicu kantuk.
Integrasi antara kafein dan fluktuasi gula darah ini bisa jadi satu faktor kuat kenapa reaksi tubuhmu berbeda dari yang “seharusnya”.
Bagaimana “reaksi ngantuk” itu bisa muncul?
Kombinasi dari metabolisme cepat, toleransi, gangguan tidur, dan fluktuasi gula darah menciptakan satu “resistensi internal” terhadap efek stimulan kopi. Ketika satu atau lebih faktor ini hadir, tubuh justru seakan melawan efek kopi, dan gejala kantuk muncul lebih dominan.
Misalnya, kamu mungkin merasa “terbangun” sebentar saja setelah menyeruput kopi, tetapi segera kembali lemah ketika efeknya hilang. Atau, meskipun dosis tinggi dikonsumsi, tubuh yang sudah terbiasa malah tidak merespon sebagaimana yang diharapkan.
Tips agar kopi tak membuatmu makin ngantuk
Agar pengalaman minum kopimu tak berubah menjadi paradoks kantuk, berikut beberapa hal yang bisa dicoba:
Atur jadwal konsumsi kopi: Usahakan tidak terlalu dekat dengan waktu tidur agar kafein tidak mengganggu siklus tidur.
Kurangi ketergantungan: Cobalah selingi dengan hari tanpa kopi agar toleransi tidak semakin tinggi.
Perhatikan asupan gula/makanan pendamping: Hindari lonjakan besar gula darah yang bisa memperparah efek “crash”.
Tidur dan pola hidup sehat: Memperbaiki kualitas tidur dan kebiasaan sehari-hari akan membuat efek kopi lebih konsisten.
Kenali tubuhmu: Jika kamu pemroses cepat kafein atau sensitif terhadapnya, dosis rendah mungkin lebih efektif dibanding dosis tinggi.
Kesimpulan
Memang terasa paradoks: kopi, minuman yang terkenal membuat orang terjaga, justru bisa memicu kantuk pada sebagian orang. Namun ketika kita memahami faktor-faktor biologis — metabolisme cepat, toleransi, gangguan tidur, dan fluktuasi gula darah — fenomena ini pun menjadi masuk akal.
Artikel ini telah menyajikan semua poin penting yang sama seperti sumber aslinya, dengan sudut pandang yang berbeda agar lebih segar dan bebas dari kesan plagiarisme.
Jika kamu mau, saya bisa bantu juga membuat versi ringkas atau poin-poin penting agar mudah dikonsumsi. Mau saya kirim versi itu juga?

Muhammad Anan Ardiyan
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Riset Terbaru Buktikan Kimchi Dapat Turunkan Risiko Kanker dan Penyakit Metabolik
- Selasa, 14 Oktober 2025
Berita Lainnya
Riset Terbaru Buktikan Kimchi Dapat Turunkan Risiko Kanker dan Penyakit Metabolik
- Selasa, 14 Oktober 2025
Apple Tawarkan Rp32 Miliar untuk Siapa Saja yang Bisa Jebol iPhone
- Selasa, 14 Oktober 2025
Keutamaan Doa dan Zikir Sebelum Subuh, Waktu Mustajab Penuh Berkah
- Selasa, 14 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Pertumbuhan Laba Bank Terbesar Indonesia Jelang Kuartal III
- 14 Oktober 2025
2.
3.
Harga Pangan Naik di Indonesia pada 14 Oktober 2025 Hari Ini
- 14 Oktober 2025
4.
Rupiah Bergerak Fluktuatif, Penguatan Dolar AS Pengaruhi Pasar
- 14 Oktober 2025
5.
Pertumbuhan Laba Bank Terbesar Indonesia Jelang Kuartal III
- 14 Oktober 2025