
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, Kamis, 9 Oktober 2025, dengan rentang antara Rp16.570–Rp16.620 per dolar AS. Data Bloomberg mencatat, rupiah ditutup melemah 0,07% atau 12 poin ke Rp16.573 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya, Rabu, 8 Oktober 2025, sementara indeks dolar AS menguat 0,21% ke 98,78.
Pergerakan rupiah kali ini tidak terlepas dari dinamika global dan domestik yang memengaruhi sentimen pasar. Beberapa mata uang Asia lain juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS, termasuk yen Jepang (-0,41%), dolar Hong Kong (-0,01%), dolar Singapura (-0,17%), dolar Taiwan (-0,24%), dan won Korea Selatan (-0,73%). Sebaliknya, peso Filipina menguat 0,29%, yuan China naik 0,01%, dan baht Thailand terapresiasi 0,10%.
Sentimen Global: Shutdown Pemerintah AS
Baca JugaKemenag dan Baznas Dorong Pemberdayaan Umat Lewat Microfinance Masjid
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menekankan bahwa sentimen dari Amerika Serikat menjadi salah satu faktor utama pelemahan rupiah.
“Kebuntuan politik di Kongres terkait RUU pendanaan pemerintah menunjukkan sedikit tanda penyelesaian meskipun ada upaya mediasi oleh Presiden Donald Trump. Meskipun penutupan pemerintah secara historis berdampak terbatas pada ekonomi, pejabat Gedung Putih memperingatkan bahwa kali ini mungkin berbeda,” ujar Ibrahim.
Situasi shutdown pemerintah AS membuat pasar global khawatir terhadap ketidakpastian kebijakan moneter Federal Reserve. Bank Sentral AS diperkirakan akan memangkas suku bunga dana federal sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan Oktober ini, sehingga kisaran target suku bunga diproyeksikan menjadi 3,75%–4,00%.
Ketidakpastian tersebut menimbulkan aliran modal yang lebih berhati-hati, mendorong investor global cenderung menahan aset berisiko dan beralih ke dolar AS sebagai safe haven, sehingga menekan nilai tukar rupiah.
Sentimen Domestik: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Selain faktor global, sentimen domestik juga turut memengaruhi pergerakan rupiah. Ibrahim menjelaskan, pasar merespons proyeksi sejumlah lembaga ekonomi internasional yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di bawah 5%.
“Pelambatan sejumlah indikator aktivitas ekonomi menunjukkan sinyal perlambatan momentum. Produksi industri memang kuat, tetapi tidak sejalan dengan keyakinan bisnis, yang diperkirakan masih rendah ke depan,” jelasnya.
Kondisi ini mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar terhadap prospek ekonomi domestik. Pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh persepsi pasar terhadap risiko inflasi, defisit transaksi berjalan, dan sentimen politik dalam negeri yang dapat memengaruhi keyakinan investor.
Perbandingan Mata Uang Asia Lainnya
Fluktuasi nilai tukar rupiah juga sejalan dengan tren mata uang Asia lainnya. Yen Jepang terdepresiasi 0,41% akibat kekhawatiran ekonomi global, sementara dolar Hong Kong dan dolar Singapura melemah tipis masing-masing 0,01% dan 0,17%. Won Korea Selatan menjadi salah satu mata uang yang tertekan cukup signifikan dengan pelemahan 0,73%.
Di sisi lain, beberapa mata uang regional justru terapresiasi terhadap dolar AS. Peso Filipina naik 0,29%, yuan China menguat 0,01%, dan baht Thailand meningkat 0,10%. Hal ini menunjukkan ketahanan relatif beberapa mata uang Asia terhadap tekanan dolar, yang sebagian dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik masing-masing negara dan kebijakan moneter bank sentral regional.
Proyeksi Pergerakan Rupiah
Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif dalam kisaran Rp16.570–Rp16.620 per dolar AS, dengan potensi tekanan dari faktor eksternal dan domestik. Investor disarankan mencermati sentimen global terkait AS, termasuk keputusan The Fed dan perkembangan politik yang dapat memengaruhi stabilitas pasar mata uang.
“Investor perlu waspada, karena kombinasi ketidakpastian ekonomi AS dan prospek pertumbuhan domestik yang moderat dapat menyebabkan volatilitas tinggi pada rupiah,” tambah Ibrahim.
Dengan demikian, pergerakan rupiah bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga dinamika global yang saling terkait. Monitoring sentimen pasar menjadi kunci bagi pelaku pasar dan investor untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi volatilitas.
Hari ini, Kamis, 9 Oktober 2025, rupiah diperkirakan akan tetap melemah secara moderat terhadap dolar AS. Pelemahan ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat akibat shutdown pemerintah dan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5%.
Meskipun pelemahan terbatas, investor dianjurkan tetap waspada terhadap pergerakan jangka pendek dan jangka menengah. Faktor global seperti kebijakan The Fed, aliran modal internasional, dan sentimen regional Asia, serta faktor domestik seperti pertumbuhan ekonomi dan keyakinan bisnis, akan menjadi penentu arah nilai tukar rupiah dalam beberapa hari ke depan.

Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
MAP Kurangi Kepemilikan Saham PANI untuk Tingkatkan Likuiditas Pasar
- Kamis, 09 Oktober 2025
RDS Group Perkuat Bisnis Keamanan Siber Nasional Lewat Pendekatan Zero Trust
- Kamis, 09 Oktober 2025
IIF Perluas Kerja Sama Global Dorong Pembiayaan Infrastruktur Hijau
- Kamis, 09 Oktober 2025
Berita Lainnya
BEI Kaji Perpanjangan Jam Perdagangan Saham Demi Tarik Investor Asing
- Kamis, 09 Oktober 2025
Terpopuler
1.
2.
3.
Sirup Batuk Beracun Tewaskan 20 Anak di India
- 09 Oktober 2025
4.
Jisoo BLACKPINK dan Zayn Malik Rilis Lagu Duet Balada
- 09 Oktober 2025
5.
Denmark Siapkan Larangan Media Sosial Anak di Bawah 15 Tahun
- 09 Oktober 2025