Kamis, 18 September 2025

Teknologi HPAL Dorong Transformasi Nikel Bernilai Tinggi

Teknologi HPAL Dorong Transformasi Nikel Bernilai Tinggi
Teknologi HPAL Dorong Transformasi Nikel Bernilai Tinggi

JAKARTA - Transformasi industri nikel di Indonesia kian nyata melalui penerapan teknologi canggih yang mengubah cara pandang terhadap sumber daya alam.

Bijih nikel kadar rendah yang dahulu sering dipandang sebelah mata, kini menjadi bahan baku penting bagi industri baterai berkat pemanfaatan teknologi High-Pressure Acid Leaching (HPAL).

Teknologi ini membuka jalan bagi peningkatan nilai tambah, penguatan hilirisasi, hingga pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan kemampuan mengolah limonit lapisan tanah yang dulu dianggap tidak bernilai HPAL menghadirkan produk bernilai tinggi seperti mixed hydroxide precipitate (MHP), nikel sulfat, dan kobalt sulfat. Produk inilah yang menjadi komponen vital dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik maupun energi terbarukan.

Baca Juga

Harga BBM Pertamina Stabil dan Turun Hari Ini 18 September 2025

Limonit Kini Bernilai Strategis

Dalam dunia tambang nikel, terdapat dua lapisan utama, yaitu saprolit dan limonit. Saprolit sudah lama dikenal bernilai karena kandungan nikelnya lebih tinggi. Sebaliknya, limonit sering hanya dianggap sebagai batuan penutup atau overburden. Namun, kehadiran HPAL mengubah status limonit menjadi komoditas strategis.

Fasilitas HPAL di kawasan industri tambang Harita Nickel, Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, menjadi contoh nyata bagaimana inovasi teknologi mampu menggeser nilai ekonomis tambang nikel. Proyek ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga mendukung agenda hilirisasi dalam negeri.

“Dengan hadirnya teknologi HPAL ini, kita dapat mengolah limonit menjadi MHP ataupun mixed hydroxide precipitate, nikel sulfat, dan kobalt sulfat,” ujar Direktur Health, Safety, and Environment (HSE) Harita Nickel, Tonny Gultom.

Proses Produksi yang Kompleks dan Modern

Proses pengolahan dimulai dari pencairan bijih nikel kadar rendah. Tanah dimasukkan ke corong pabrik menggunakan ekskavator, lalu diproses dengan metode high-pressure acid leaching menggunakan asam sulfat dan uap bertemperatur tinggi.

Tahapan inti terjadi di tabung autoclave, mirip balon raksasa berbentuk tabung, yang berfungsi memisahkan kandungan air, tanah, dan nikel. Selanjutnya, bahan menjalani tahap netralisasi serta pembersihan untuk menghilangkan unsur tidak diperlukan.

Di akhir rangkaian, terjadi proses solvent extraction yang menghasilkan nikel sulfat dan kobalt sulfat. Produk tersebut kemudian melalui tahap kristalisasi hingga terbentuk kristal berwarna yang siap dipasarkan sebagai bahan baku baterai, khususnya prekursor dan katoda.

Pabrik HPAL Harita memiliki kapasitas produksi hingga 65 ribu ton kandungan nikel dalam MHP per tahun. Skala besar ini memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global energi terbarukan.

Dampak Ekonomi Nyata di Daerah

Implementasi HPAL terbukti membawa dampak positif bagi perekonomian. Harita melaporkan kenaikan penjualan hingga 25 persen pada semester pertama 2024. Produksi MHP juga meningkat signifikan pada periode berikutnya, yang berimplikasi pada bertambahnya pendapatan negara melalui pajak, terbukanya lapangan kerja di Pulau Obi, serta meningkatnya permintaan jasa logistik dan pendukung.

Secara makro, setiap ton MHP atau nikel sulfat yang diekspor memberikan margin nilai tambah jauh lebih besar dibandingkan bijih mentah. Hal ini sejalan dengan strategi nasional untuk keluar dari jebakan ekspor mineral mentah. HPAL berperan sebagai alat strategis untuk mendorong ekspor manufaktur serta memperkuat hilirisasi industri baterai.

Pembangunan Fasilitas Pendukung

Agar operasional semakin efisien, Harita Nickel melalui anak usaha PT Cipta Kemakmuran Mitra (CKM) membangun pabrik pengolahan kapur tohor (quicklime) di Pulau Obi.

“Selama ini kami masih bergantung pada pasokan dari pihak ketiga, sehingga dengan adanya pabrik ini, kami berharap dapat meningkatkan efisiensi dan kemandirian operasional. Pembangunan pabrik quicklime juga merupakan bagian dari komitmen kami dalam memperkuat fasilitas penunjang hilirisasi nikel di kawasan Obi,” jelas Lukito Gozali, Head of Investor Relations Harita Nickel.

Quicklime sangat penting dalam proses refinery HPAL, sehingga kehadiran pabrik ini akan memperkuat ekosistem industri nikel domestik.

Tantangan Alih Teknologi dan SDM

Meski demikian, tantangan masih ada. Teknologi dan operasional HPAL saat ini masih didominasi oleh tenaga kerja asal Cina. Dari sistem operasi hingga pengendalian proses, peran pekerja asing masih signifikan.

Namun, transfer pengetahuan mulai berjalan. Menurut Lukito, pekerja Indonesia telah terlibat aktif dalam pelatihan, program magang, sertifikasi kompetensi, serta pengembangan instruktur lokal. Ia menegaskan perlunya dukungan regulasi agar program alih teknologi lebih terukur.

“Regulasi yang mewajibkan setiap investasi smelter asal Tiongkok menyertakan program alih teknologi terukur akan memastikan tenaga kerja Indonesia benar-benar menguasai keterampilan dan dapat mengambil peran strategis dalam industri hilirisasi nikel,” tegasnya.

Mempersiapkan SDM Lokal

Harita Nickel juga menekankan pentingnya kesiapan sumber daya manusia lokal. Menurut Lukito, kebutuhan tenaga kerja masih tinggi, terutama di bidang teknik kimia, metalurgi, mesin, elektro, K3, serta lingkungan. Selain itu, soft skills seperti kemampuan problem solving, penguasaan bahasa asing, dan manajemen tim juga diperlukan.

“Harita berkomitmen mendorong kolaborasi dengan dunia pendidikan agar SDM lokal siap menguasai teknologi ini dan menjadi tulang punggung hilirisasi nikel di Indonesia,” tambahnya.

Dengan demikian, investasi pada pengembangan SDM tidak kalah penting dibandingkan pembangunan fasilitas industri. Tenaga kerja lokal yang kompeten akan memastikan keberlanjutan hilirisasi sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi nikel bernilai tambah di dunia.

Menuju Ekosistem Hilirisasi yang Mandiri

Teknologi HPAL bukan sekadar soal inovasi teknis, melainkan juga strategi ekonomi nasional. Dengan kemampuan mengubah limonit menjadi produk bernilai tinggi, HPAL membuktikan bahwa Indonesia mampu naik kelas dari sekadar pengekspor bahan mentah menjadi pemain utama dalam rantai industri global.

Ke depan, dengan dukungan regulasi, investasi berkelanjutan, dan penguatan SDM lokal, HPAL akan menjadi kunci untuk mewujudkan kemandirian industri nikel serta mempercepat transisi energi. 

Tidak hanya menambah devisa, tetapi juga memperluas kesempatan kerja, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan menciptakan ekosistem industri yang berdaya saing tinggi.

Indonesia pun semakin mantap menapaki jalan hilirisasi, menjadikan sumber daya alam sebagai modal transformasi, bukan sekadar komoditas ekspor. Dengan cara ini, kekayaan mineral tanah air dapat benar-benar memberi manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa.

Sindi

Sindi

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Modernisasi Pertanian Padangsidimpuan Dongkrak Hasil Petani Lokal

Modernisasi Pertanian Padangsidimpuan Dongkrak Hasil Petani Lokal

Prabowo Dorong Desa Gunakan PLTS Capai Mandiri Energi

Prabowo Dorong Desa Gunakan PLTS Capai Mandiri Energi

Pertamina Patra Niaga Dukung SPBU Swasta dengan Pasokan BBM

Pertamina Patra Niaga Dukung SPBU Swasta dengan Pasokan BBM

PGN Raih Penghargaan GCG, Teguhkan Komitmen Keberlanjutan

PGN Raih Penghargaan GCG, Teguhkan Komitmen Keberlanjutan

Proyek Perumahan Sosial Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Proyek Perumahan Sosial Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional