
JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia kembali menjadi sorotan pasar setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memangkas suku bunga acuannya. Kebijakan tersebut, yang diumumkan pada Rabu, 17 September 2025 waktu setempat, memengaruhi sentimen global, termasuk pasar energi.
Pada perdagangan Kamis, 18 September 2025 dini hari, harga minyak mentah tercatat hanya bergerak tipis. Kondisi ini mencerminkan tarik ulur antara harapan peningkatan permintaan energi dengan kekhawatiran terkait pasokan berlebih dan lemahnya permintaan bahan bakar di Amerika Serikat.
Dampak Pemangkasan Suku Bunga Terhadap Pasar Energi
Baca Juga
The Fed resmi menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Langkah ini sesuai dengan ekspektasi mayoritas pelaku pasar yang sejak lama menantikan sinyal lebih lunak dari bank sentral.
Pemangkasan tersebut bukan hanya langkah sekali jalan, melainkan disertai proyeksi akan ada penurunan lanjutan hingga akhir 2025. Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, diharapkan aktivitas ekonomi bisa tumbuh kembali dan permintaan energi, khususnya minyak, ikut meningkat.
Sementara itu, kontrak berjangka minyak Brent melemah tipis sebesar 8 sen atau 0,12 persen, menjadi US$67,87 per barel pada pukul 00.42 GMT. West Texas Intermediate (WTI) juga turun 10 sen atau 0,16 persen ke level US$63,95 per barel.
Meski pergerakannya terbatas, keputusan The Fed dipandang sebagai salah satu faktor bullish bagi harga minyak. Namun, pasar masih harus berhadapan dengan strategi OPEC+ yang tetap menambah pasokan.
Proyeksi Permintaan dan Kekhawatiran Pasokan
Claudio Galimberti, Chief Economist sekaligus Global Director of Market Analysis di Rystad Energy, menilai kebijakan The Fed menandakan bahwa risiko pengangguran lebih besar daripada inflasi.
Menurutnya, kombinasi tiga kali pemangkasan suku bunga tahun ini akan menjadi katalis positif bagi Brent. Meski demikian, pengaruh kebijakan OPEC+ yang menjaga suplai tetap tinggi masih bisa menjadi penghambat bagi kenaikan harga lebih lanjut.
Dari sisi data, Energy Information Administration (EIA) mencatat stok minyak mentah Amerika Serikat turun signifikan pekan lalu. Penurunan tersebut disebabkan impor bersih yang jatuh ke level terendah sepanjang sejarah dan ekspor minyak yang melonjak ke titik tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir.
Namun, kabar positif itu dibarengi dengan kenaikan stok distilat sebesar 4 juta barel, jauh di atas perkiraan pasar hanya 1 juta barel. Data ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait lemahnya permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia tersebut.
Perkembangan Permintaan Minyak Global
Secara global, tren permintaan minyak masih menunjukkan kenaikan. Catatan dari JP Morgan menyebutkan rata-rata permintaan minyak mencapai 104,4 juta barel per hari hingga 17 September 2025. Angka ini meningkat 520.000 barel per hari dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jika dihitung sejak awal tahun, total kenaikan permintaan mencapai 800.000 barel per hari. Meski angka ini sedikit di bawah proyeksi bank sebesar 830.000 barel per hari, tren positif tetap terlihat jelas.
Aktivitas penerbangan di Amerika Serikat dan China memang mulai melambat seiring berakhirnya musim liburan musim panas. Namun, di Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Latin, aktivitas penerbangan justru masih mencatat pertumbuhan. Faktor inilah yang menambah dukungan bagi peningkatan konsumsi minyak global.
Prospek Harga Minyak ke Depan
Meski pergerakan harga pada perdagangan terakhir terbilang tipis, para analis menilai prospek minyak dunia masih dipengaruhi sejumlah faktor besar. Dari sisi positif, pemangkasan suku bunga The Fed membuka ruang tumbuhnya permintaan energi di masa mendatang.
Namun, di sisi lain, strategi suplai OPEC+ dan data stok bahan bakar Amerika yang menunjukkan potensi lemahnya permintaan, bisa menjadi tekanan bagi harga. Kondisi ini membuat harga minyak diperkirakan akan tetap volatil dalam beberapa waktu ke depan.
Pasar energi global kini berada dalam fase penuh ketidakpastian, di mana faktor makroekonomi dan kebijakan produksi negara produsen sama-sama berperan besar menentukan arah harga.
Harga minyak dunia pada Kamis, 18 September 2025 tercatat bergerak tipis setelah keputusan The Fed memangkas suku bunga. Meski ada harapan permintaan meningkat, tekanan dari sisi pasokan dan lemahnya permintaan bahan bakar di AS masih membayangi pasar.
Dengan permintaan global yang tetap tumbuh, terutama di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Latin, pasar minyak kemungkinan akan terus bergerak dalam rentang sempit sembari menunggu perkembangan lanjutan dari kebijakan moneter dan produksi OPEC+.
Ke depan, arah harga minyak akan sangat ditentukan oleh keseimbangan antara optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dengan realitas pasokan dan permintaan energi dunia.

Nathasya Zallianty
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
6 Pilihan Perumahan Subsidi di Depok, Harga Terjangkau Mulai Rp140 Jutaan
- Kamis, 18 September 2025
Terpopuler
1.
Spesifikasi Redmi Pad SE, Tablet Premium Harga Terjangkau
- 18 September 2025
2.
Realme 15 Lite 5G, Smartphone Tangguh dengan Performa Andal
- 18 September 2025
3.
Acer Connect M4 5G Hadir dengan Konektivitas Cepat dan Andal
- 18 September 2025
4.
Lenovo Legion 7i 16IAX10, Spesifikasi Lengkap dan Performa Tinggi
- 18 September 2025
5.
OnePlus 13R, Spesifikasi Flagship Harga Lebih Terjangkau
- 18 September 2025