Kamis, 18 September 2025

Panas Bumi, Sumber Energi Hijau Strategis untuk Indonesia

Panas Bumi, Sumber Energi Hijau Strategis untuk Indonesia
Panas Bumi, Sumber Energi Hijau Strategis untuk Indonesia

JAKARTA - Indonesia memiliki kekayaan energi baru terbarukan yang luar biasa, salah satunya adalah panas bumi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa potensi panas bumi nasional sangat besar, bahkan menjadi yang terbesar di dunia.

Dalam paparannya di ajang The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta, Rabu, 17 September 2025, Bahlil menyampaikan bahwa cadangan panas bumi nasional mencapai sekitar 27 gigawatt (GW), atau lebih dari 27 ribu megawatt (MW).

“Geothermal adalah salah satu sumber energi baru terbarukan. Indonesia mempunyai cadangan yang cukup besar, terbesar di dunia, sekitar 27 gigawatt, atau 27 ribu lebih megawatt,” ujarnya.

Baca Juga

Update Daftar Harga BBM Pertamina 18 September 2025

Potensi Besar yang Belum Tergarap Optimal

Meski cadangan energi panas bumi begitu melimpah, pemanfaatannya masih jauh dari harapan. Dari total cadangan yang ada, baru sekitar 10 persen yang berhasil digarap. Artinya, kapasitas panas bumi yang telah dimanfaatkan baru mencapai 2,7 GW.

“Artinya masih ada 90 persen potensi. Dan ini adalah energi masa depan,” kata Bahlil.

Pernyataan tersebut sekaligus menggambarkan adanya pekerjaan rumah besar bagi pemerintah dan investor untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi panas bumi. Energi ini dipandang penting untuk mendukung transisi energi, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Hambatan dalam Pemanfaatan Panas Bumi

Bahlil mengungkapkan sejumlah kendala yang membuat panas bumi belum bisa dikelola dengan maksimal. Hambatan pertama adalah kebutuhan modal atau capital expenditure (CAPEX) yang cukup besar. Investasi awal untuk proyek panas bumi memang tinggi, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi investor.

Faktor kedua adalah regulasi yang berbelit-belit. Menurut Bahlil, aturan yang rumit membuat investor enggan menanamkan modal di sektor ini. “Ketika saya masuk jadi Menteri ESDM, peraturannya macam-macam. Dan salah satu yang tidak disukai investor adalah aturan yang berbelit-belit. Semakin berbelit aturan, semakin tidak disukai,” tegasnya.

Hambatan lain datang dari keterbatasan jaringan transmisi listrik. Banyak daerah dengan cadangan panas bumi besar, namun tidak terhubung dengan jaringan PLN. Akibatnya, meski sumber energi tersedia, pemanfaatannya tidak bisa maksimal.

Upaya Pemerintah Dorong Energi Terbarukan

Sebagai bentuk komitmen, pemerintah mulai mengambil langkah nyata untuk mengatasi hambatan tersebut. Tahun ini, kata Bahlil, pemerintah telah menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2035 yang menargetkan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 48 ribu kilometer sirkuit.

Langkah ini diharapkan dapat membuka akses pemanfaatan energi panas bumi di daerah-daerah yang selama ini belum terjangkau. Dengan tersedianya jaringan transmisi, listrik dari panas bumi bisa didistribusikan secara lebih merata.

Selain itu, pemerintah juga melakukan perampingan regulasi agar lebih ramah bagi investor. Tujuannya adalah menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga minat investasi di sektor panas bumi semakin meningkat.

Energi Masa Depan untuk Indonesia

Panas bumi memiliki peran penting dalam agenda transisi energi Indonesia. Potensi besar yang dimiliki bukan hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga peluang untuk memperkuat ketahanan energi nasional.

Dengan memanfaatkan cadangan sebesar 27 GW, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, sekaligus mendukung target penurunan emisi karbon. Bahlil menegaskan, panas bumi adalah energi masa depan yang harus digarap dengan serius.

“Ini adalah energi masa depan,” ujarnya.

Jika pengelolaan dilakukan optimal, panas bumi bukan hanya menjadi sumber energi yang ramah lingkungan, tetapi juga bisa mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan investasi di daerah-daerah potensial.

Cadangan panas bumi Indonesia mencapai 27 GW, terbesar di dunia. Namun, baru 10 persen atau sekitar 2,7 GW yang dimanfaatkan. Sisanya masih tersimpan sebagai peluang besar untuk dikelola.

Kendala utama berupa kebutuhan modal besar, regulasi yang kompleks, dan keterbatasan transmisi listrik masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Namun, dengan langkah strategis melalui RUPTL 2025–2035 dan penyederhanaan aturan, pemerintah berupaya membuka jalan bagi pemanfaatan lebih luas.

Energi panas bumi adalah aset besar bangsa yang jika digarap serius, akan menjadi kunci dalam mendukung transisi energi dan mewujudkan ketahanan energi Indonesia di masa depan.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Minyak Dunia Bergerak Tipis Usai Keputusan The Fed

Harga Minyak Dunia Bergerak Tipis Usai Keputusan The Fed

6 Pilihan Perumahan Subsidi di Depok, Harga Terjangkau Mulai Rp140 Jutaan

6 Pilihan Perumahan Subsidi di Depok, Harga Terjangkau Mulai Rp140 Jutaan

Rekomendasi 5 Pilihan Rumah Murah di Pamekasan yang Strategis

Rekomendasi 5 Pilihan Rumah Murah di Pamekasan yang Strategis

Harga Batu Bara Naik, Pasokan Global Masih Terganggu

Harga Batu Bara Naik, Pasokan Global Masih Terganggu

PLN Jaga Tarif Listrik Triwulan III Tetap Terjangkau

PLN Jaga Tarif Listrik Triwulan III Tetap Terjangkau