
JAKARTA - Gelombang investasi energi terbarukan tengah mencapai titik bersejarah di dunia. Data terbaru BloombergNEF dalam laporan 2H 2025 Renewable Energy Investment Tracker mencatat nilai investasi global untuk proyek energi terbarukan menembus rekor US$386 miliar pada paruh pertama 2025, atau naik 10% dibanding periode sama tahun lalu.
Dominasi tetap dipegang oleh pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), baik skala utilitas maupun kecil, meskipun segmen proyek besar justru mengalami koreksi tajam.
Koreksi investasi PLTS utilitas terlihat jelas di China daratan, Spanyol, Yunani, dan Brasil, dengan penurunan hingga 19% dibanding semester pertama 2024. Meski demikian, pasar surya skala kecil justru menguat, terutama karena sifat proyek yang lebih cepat direalisasikan sebelum aturan baru yang bisa memangkas keuntungan diberlakukan.
Baca JugaKUR BRI 2025: Simulasi Cicilan, Syarat Pengajuan, dan Tenor Cicilan Fleksibel
Di China, misalnya, investasi PLTS kecil naik hampir dua kali lipat meski instalasi utilitas turun 28%.
Fenomena global ini menjadi cermin bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk lebih sigap menyambut tren transisi energi hijau.
Indonesia Jadi Magnet Investasi Hijau China
Di tengah derasnya arus investasi surya global, Indonesia menempati posisi unik. Negara ini tercatat sebagai penerima investasi hijau terbesar dari China, pemimpin transisi energi dunia.
Laporan dari Net Zero Industrial Policy Lab, Johns Hopkins University (AS) menyebutkan bahwa hingga awal 2025 Indonesia telah menampung 71 proyek investasi hijau dengan nilai total US$67,87 miliar atau setara Rp1.107 triliun (kurs Rp16.314 per dolar AS).
“Indonesia berada di posisi teratas dengan selisih yang lebar [daripada peringkat kedua]. Hal ini menegaskan peran Indonesia sebagai hub utama dalam strategi material baterai luar negeri China,” demikian tertulis dalam laporan.
Selama ini investasi hijau Negeri Panda di Indonesia didominasi sektor mineral untuk bahan baku baterai seperti nikel dan kobalt. Namun, tren terkini menunjukkan pergeseran ke arah infrastruktur PLTS, sejalan dengan strategi China memperluas rantai pasok teknologi hijau ke Asia Tenggara.
Posisi Prestisius, Hasil Masih Tertinggal
Meski Indonesia berhasil menjadi destinasi favorit investasi hijau, hasil nyata di sektor energi terbarukan belum sebanding dengan potensi.
BloombergNEF mencatat bahwa antara 2015–2024, tambahan bersih kapasitas energi hijau Indonesia hanya 7,1 gigawatt (GW). Bandingkan dengan Vietnam yang menambah 31 GW, atau Singapura yang sukses meningkatkan kapasitas PLTS 47 kali lipat hingga 1,2 GW.
Di periode yang sama, kapasitas energi fosil di Indonesia justru naik signifikan, menembus 40,4 GW. Fakta ini memperlihatkan bahwa transisi energi tanah air masih berjalan lambat, terutama di sektor surya.
Target Ambisius: PLTS 100 GW lewat Koperasi Desa
Pemerintah mencoba mengubah situasi lewat target besar. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Indonesia berencana membangun PLTS berkapasitas 80–100 GW dalam beberapa tahun mendatang. Proyek ini akan dijalankan melalui program Koperasi Desa Merah Putih, gagasan yang pertama kali diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Tadi kami membahas tentang percepatan untuk transisi energi. Kami mau bangun solar panel yang satu desa itu 1–1,5 gigawatt. Jadi ke depan itu akan dibangun kurang lebih sekitar 80 sampai dengan 100 gigawatt,” ujar Bahlil setelah menghadiri rapat terbatas di Kantor Presiden, Senin (15/9/2025).
Menurutnya, realisasi target ambisius ini tidak bisa hanya mengandalkan kapasitas produksi industri panel surya domestik, yang saat ini baru sekitar 5 GW per tahun. Karena itu, kolaborasi dengan investor asing dan pelaku usaha nasional, termasuk BUMN dan PLN, menjadi kunci percepatan.
Kolaborasi dengan Produsen Surya Global
Langkah konkret sudah ditempuh pemerintah. Bahlil beberapa waktu lalu bertemu dengan perusahaan asal China, Trina Solar, salah satu produsen utama modul surya dunia. Pertemuan tersebut membahas perluasan kerja sama rantai pasok serta pengembangan ekosistem energi surya di Indonesia.
Kerja sama ini dinilai strategis, mengingat sebagian besar teknologi dan kapasitas produksi panel surya global saat ini terkonsentrasi di China. Dengan menggandeng perusahaan besar, Indonesia diharapkan bisa mempercepat pembangunan PLTS sekaligus menumbuhkan industri hijau dalam negeri.
Bagian dari Peta Jalan Transisi Energi
Target pembangunan PLTS 100 GW melalui koperasi desa sejatinya menjadi bagian dari rencana bauran energi baru terbarukan (EBT) nasional. Pemerintah menargetkan tambahan 42,6 GW EBT dalam 10 tahun ke depan sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Langkah ini sekaligus menyambut tren global yang kini semakin menuntut penggunaan energi bersih. Bagi Indonesia, keberhasilan program ini akan menjadi bukti keseriusan dalam menjalankan komitmen transisi energi sekaligus memperkuat daya tarik sebagai destinasi investasi hijau.
Lonjakan investasi energi terbarukan di tingkat global, khususnya pada PLTS, seakan memberi sinyal kuat bahwa masa depan energi akan didominasi sumber daya ramah lingkungan.
Indonesia, dengan segala potensinya, kini berada di persimpangan penting: sudah menjadi magnet investasi hijau, namun masih tertinggal dalam realisasi kapasitas energi terbarukan.
Dengan rencana pembangunan PLTS 100 GW lewat koperasi desa, kolaborasi internasional, dan target ambisius pemerintah, Indonesia berpeluang mengubah statusnya dari sekadar tujuan investasi menjadi motor transisi energi kawasan.

Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
KUR BCA 2025: Syarat, Keunggulan, Simulasi Angsuran, dan Bunga Lebih Kecil
- Kamis, 18 September 2025
KUR Mandiri 2025: Plafon, Cara Pengajuan, Simulasi Cicilan dan Syarat Pengajuan
- Kamis, 18 September 2025
Terpopuler
1.
2.
KUR BNI 2025: Jenis, Simulasi Cicilan, Bunga Rendah serta Tenor Panjang
- 18 September 2025
3.
KUR BSI 2025: Limit Pinjaman, Jenis, Syarat Pengajuan, dan Manfaat
- 18 September 2025