JAKARTA - Upaya memperbaiki konektivitas antarwilayah di Bali kembali memasuki babak penting. Infrastruktur jalan menjadi kunci utama untuk memperlancar mobilitas masyarakat sekaligus menopang sektor pariwisata dan ekonomi daerah.
Pulau Dewata selama ini dikenal memiliki pusat aktivitas yang terkonsentrasi di wilayah selatan. Kondisi tersebut membuat wilayah utara membutuhkan dukungan infrastruktur agar pertumbuhan pembangunan dapat lebih merata.
Menjawab kebutuhan tersebut, PT Waskita Karya Tbk mengambil peran strategis melalui proyek peningkatan kualitas jalan. Perusahaan konstruksi pelat merah ini kembali dipercaya mengerjakan proyek berskala besar di Bali.
PT Waskita Karya Tbk akan membangun jalan perbaikan geometrik batas Kota Singaraja–Mengwitani atau dikenal sebagai Shortcut 9 dan 10 Paket I. Nilai proyek ini tercatat sebesar Rp 290,84 miliar dan menjadi salah satu proyek konektivitas penting di Bali.
Tidak hanya fokus pada pembangunan jalan, proyek ini juga mencakup pembangunan jembatan. Panjang jalan yang akan dikerjakan mencapai 931,5 meter, sementara jembatan yang dibangun memiliki panjang 593,5 meter.
Pengerjaan proyek ini direncanakan berlangsung dalam jangka menengah. Target penyelesaian ditetapkan pada akhir tahun 2027 agar manfaatnya dapat segera dirasakan masyarakat.
Fokus Keselamatan dan Efisiensi Perjalanan
Direktur Operasi II Waskita Karya, Dhetik Ariyanto, menjelaskan bahwa proyek ini memiliki fungsi strategis. Jalan pintas tersebut menghubungkan Bali Selatan yang menjadi pusat pariwisata utama dengan wilayah Bali Utara.
Sebelum adanya perbaikan ini, konektivitas kedua kawasan tersebut kerap terkendala kondisi jalan. Jalur lama dikenal berkelok dan memiliki tingkat kecuraman yang cukup tinggi.
Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada waktu tempuh, tetapi juga pada keselamatan pengguna jalan. Oleh karena itu, perbaikan geometrik menjadi solusi yang dianggap tepat.
“Perbaikan geometrik Jalan Batas Kota Singaraja-Mengwitani berfungsi meningkatkan keselamatan berkendara. Hal itu karena, jalan yang kami perbaiki dirancang untuk mengurangi jumlah tikungan tajam serta tingkat kecuraman,” ujar Dhetik dalam keterangan resmi, Selasa, 16 Desember 2025.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa aspek keselamatan menjadi prioritas utama dalam proyek ini. Desain jalan dirancang lebih landai dan nyaman bagi pengendara.
Dengan desain baru, risiko kecelakaan akibat tikungan tajam diharapkan dapat ditekan. Pengguna jalan akan memperoleh pengalaman berkendara yang lebih aman.
Selain keselamatan, efisiensi perjalanan juga menjadi perhatian utama. Jalan baru ini diharapkan mampu memangkas jarak tempuh di sejumlah titik.
Dhetik menambahkan bahwa keberadaan jalan ini menghemat sekaligus mempercepat waktu perjalanan. Jarak tempuh berkurang dari 13,46 kilometer menjadi sekitar 12,76 kilometer di beberapa segmen.
Pengurangan jarak tersebut berdampak langsung pada durasi perjalanan. Waktu tempuh antara Denpasar dan Singaraja dapat dipangkas secara signifikan.
Jika sebelumnya perjalanan bisa memakan waktu hingga tiga jam, kini hanya membutuhkan sekitar dua jam. Kondisi ini dinilai sangat membantu mobilitas masyarakat dan wisatawan.
Dorong Pariwisata dan Ekonomi Bali Utara
Manfaat proyek ini tidak berhenti pada aspek teknis semata. Peningkatan akses jalan diyakini membawa dampak luas bagi perekonomian daerah.
Sektor pariwisata menjadi salah satu pihak yang paling diuntungkan. Bali Utara memiliki potensi wisata yang besar namun belum tergarap optimal.
Dengan akses yang lebih mudah dan cepat, kunjungan wisatawan ke Bali Utara diharapkan meningkat. Hal ini dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“Dengan akses yang lebih mudah dan cepat, diharapkan jumlah wisatawan ke Bali Utara dapat meningkat. Pada akhirnya akan membantu pemerataan pembangunan pariwisata yang selama ini terfokus di Selatan,” tutur Dhetik.
Pernyataan tersebut menegaskan komitmen proyek ini terhadap pemerataan pembangunan. Pariwisata tidak lagi terpusat di satu wilayah saja.
Selain pariwisata, sektor ekonomi lainnya juga terdampak positif. Akses jalan yang lebih baik mempermudah distribusi barang dan jasa.
Menurut Dhetik, kelancaran akses jalan akan mendukung pengangkutan hasil bumi dan produk lokal. Barang dari wilayah utara dapat lebih mudah menjangkau pasar.
Kemudahan distribusi tersebut berdampak pada efisiensi biaya logistik. Pelaku usaha dapat menghemat biaya bahan bakar dan perawatan kendaraan.
Efisiensi ini diharapkan meningkatkan daya saing produk lokal Bali Utara. Masyarakat setempat pun memperoleh manfaat ekonomi yang lebih luas.
Perbaikan infrastruktur jalan juga membuka peluang investasi baru. Investor cenderung tertarik pada wilayah dengan akses transportasi yang memadai.
Dengan demikian, pembangunan jalan ini tidak hanya bersifat jangka pendek. Dampaknya berpotensi dirasakan dalam jangka panjang oleh masyarakat.
Komitmen Waskita Karya Bangun Konektivitas Nasional
Proyek di Bali ini menjadi bagian dari komitmen Waskita Karya dalam pembangunan infrastruktur nasional. Perusahaan terus berkontribusi melalui proyek-proyek strategis di berbagai daerah.
“Pembangunan dan perbaikan jalan ini merupakan salah satu wujud kontribusi Perseroan dalam membangun negeri dan membantu pemerintah menyejahterakan masyarakat,” ujar Dhetik.
Ia menegaskan bahwa pembangunan konektivitas menjadi kunci pengurangan kesenjangan antarwilayah. Infrastruktur yang merata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang.
“Kami percaya, kesenjangan ekonomi antarwilayah bisa berkurang melalui banyaknya pembangunan proyek konektivitas yang dibangun di berbagai daerah,” tandasnya.
Pernyataan tersebut mencerminkan visi jangka panjang perusahaan. Infrastruktur dipandang sebagai fondasi utama pembangunan nasional.
Sebelumnya, Waskita Karya juga telah mengerjakan berbagai proyek jalan di wilayah lain. Proyek tersebut tersebar dari barat hingga timur Indonesia.
Di antaranya adalah pembangunan Jalan Feeder Ibu Kota Nusantara. Proyek ini mendukung pengembangan kawasan ibu kota baru.
Selain itu, perusahaan juga membangun Jalan Baru Kretek–Girijati di Daerah Istimewa Yogyakarta. Proyek ini memperkuat konektivitas wilayah pesisir selatan Jawa.
Waskita Karya juga mengerjakan Jalan Kwatisore–Kampung Muri di Papua Tengah. Pembangunan tersebut membuka akses wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau.
Dengan portofolio proyek tersebut, Waskita Karya menunjukkan konsistensinya di sektor infrastruktur. Proyek di Bali menjadi kelanjutan dari upaya tersebut.
Ke depan, perusahaan diharapkan terus berperan aktif dalam pembangunan nasional. Konektivitas yang baik menjadi kunci pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Melalui proyek jalan pintas Singaraja–Mengwitani, Bali diharapkan memiliki akses yang lebih aman dan efisien. Masyarakat dan wisatawan dapat menikmati perjalanan yang lebih nyaman dan cepat.