JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) baru saja menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan VII Tahap II Tahun 2025 senilai Rp1,6 triliun dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2025 senilai Rp600 miliar. Langkah ini menunjukkan strategi TBIG dalam memperkuat likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan.
Chief Financial Officer TBIG, Helmy Yusman Santoso, menegaskan pihaknya sangat antusias dengan penerbitan obligasi terbaru di pasar obligasi rupiah. Helmy menjelaskan bahwa utang yang ditawarkan berada pada harga kompetitif dengan tenor tiga tahun dan lima tahun.
“Kami mempertahankan fleksibilitas keuangan yang signifikan dengan posisi likuiditas yang kuat, termasuk fasilitas utang yang belum ditarik dalam Rupiah dan dolar AS,” ujar Helmy. Ia menambahkan bahwa TBIG berencana untuk secara rutin mengakses pasar obligasi rupiah seiring dengan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Rincian Penerbitan Obligasi dan Sukuk Ijarah TBIG
Total penerbitan Obligasi TBIG VII Tahap II mencapai Rp1,6 triliun, terdiri dari Rp347,985 miliar dengan tingkat bunga tetap 5,50% untuk tenor tiga tahun dan Rp1,25 triliun dengan tingkat bunga tetap 5,85% untuk tenor lima tahun. Obligasi ini merupakan setara kewajiban senior tanpa jaminan khusus dari TBIG dan memiliki pembayaran bunga setiap kuartal.
Dana yang diperoleh dari penawaran obligasi, setelah dikurangi biaya penerbitan, akan digunakan untuk pelunasan sebagian kewajiban finansial TBIG. Fokusnya adalah untuk melunasi Obligasi Berkelanjutan VI Tahap IV Tahun 2024 Seri A yang jatuh tempo Desember 2025, serta sisanya digunakan untuk membayar pinjaman rupiah lainnya.
Sementara itu, Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap II diterbitkan dengan total nilai Rp600 miliar. Rinciannya terdiri dari Rp200 miliar dengan cicilan imbalan ijarah per tahun sebesar Rp11 miliar berjangka waktu tiga tahun, serta Rp400 miliar dengan cicilan imbalan ijarah per tahun sebesar Rp23,4 miliar berjangka waktu lima tahun.
Obligasi dan Sukuk TBIG ini telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 5 Desember 2025. Langkah pencatatan ini memperkuat posisi TBIG di pasar modal dan menambah transparansi terhadap investor.
Kondisi Keuangan dan Rasio Utang TBIG
Per 30 September 2025, total pinjaman TBIG, jika bagian pinjaman dalam dolar AS yang telah dilindungi nilai diukur menggunakan kurs lindung nilainya, mencapai Rp29,48 triliun. Sementara total pinjaman senior (gross senior debt) tercatat sebesar Rp646 miliar.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp835 miliar, total pinjaman bersih (net debt) TBIG menjadi Rp28,64 triliun. Berdasarkan EBITDA kuartal ketiga 2025 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA TBIG tercatat sebesar 4,9 kali.
Penerbitan surat utang ini menegaskan komitmen TBIG untuk menjaga kesehatan keuangan sambil mendukung ekspansi dan pengembangan infrastruktur telekomunikasi. Strategi rutin mengakses pasar obligasi diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan.