Harga Emas Antam Menguat, Tembus Rekor Harian Baru

Jumat, 05 Desember 2025 | 10:32:34 WIB
Harga Emas Antam Menguat, Tembus Rekor Harian Baru

JAKARTA - Harga emas Antam kembali menunjukkan penguatan signifikan pada Jumat, menandai pergerakan naik yang sejalan dengan tren pasar global. 

Kenaikan tipis namun konsisten ini memperlihatkan bagaimana sentimen investor terhadap aset lindung nilai tetap terjaga, terutama menjelang rilis data ekonomi Amerika Serikat yang menjadi perhatian utama pelaku pasar.

Emas produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau emas Antam Logam Mulia tercatat naik pada perdagangan pagi, dan kembali menorehkan level tertinggi barunya. Kenaikan stabil ini sekaligus memperkuat tren positif dalam beberapa hari terakhir.

Menurut data resmi pada situs logammulia.com pukul 08.30 WIB, harga emas batang 1 gram di butik LM Graha Dipta Pulo Gadung Jakarta diperdagangkan di level Rp2.407.000 per batang, naik Rp1.000 dibandingkan sesi sebelumnya.

Di sisi lain, harga buyback atau pembelian kembali emas Antam ikut mengalami kenaikan. Nilai buyback hari ini mencapai Rp2.268.000 per gram, juga naik Rp1.000, mengikuti arah penguatan harga jual.

Kenaikan Harga Emas Antam Sejalan dengan Penguatan Pasar Global

Pergerakan harga emas domestik selaras dengan dinamika pasar global. Pada Kamis, emas dunia naik tipis 0,04% dan bergerak di kisaran US$4.207,69 per troy ons.

Meski kenaikannya kecil, pergerakan tersebut menandai lanjutan pelemahan tipis selama dua hari beruntun.

Penguatan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat menjadi faktor yang menekan ruang penguatan emas. Sebaliknya, pelemahan dolar AS memberikan sedikit dukungan terhadap permintaan logam mulia tersebut.

“Imbal hasil yang lebih tinggi membatasi sedikit kenaikan untuk emas, dan indeks dolar umum memberikan sedikit dukungan,” ujar analis Marex, Edward Meir.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun bergerak naik, sementara indeks dolar AS (DXY) sempat merosot ke level terendah satu bulan sebelum akhirnya ditutup menguat.

Pada perdagangan Kamis, DXY naik 0,14% ke posisi 98,99, setelah sebelumnya sempat melemah hingga 98,76 dalam intraday.

Data Tenaga Kerja AS Menunjukkan Sinyyal Bertolak Belakang

Pasar global banyak menantikan data inflasi AS untuk melihat arah kebijakan Federal Reserve. Namun sebelum itu, rilis data tenaga kerja memberikan gambaran yang cukup beragam.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan penurunan signifikan pada klaim awal tunjangan pengangguran, yang merosot 27.000 menjadi 191.000 pada pekan yang berakhir 29 November. Angka tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar.

Rata-rata klaim empat mingguan ikut turun ke 214.750, menunjukkan tren tenaga kerja yang masih cukup solid.

Klaim lanjutan tercatat stabil di 1,3%, sementara jumlah penerima tunjangan turun 4.000 menjadi 1.939.000. Rata-rata empat mingguan juga turun 6.250 menjadi 1.945.250.

Di tengah data klaim yang membaik, angka pemutusan hubungan kerja (PHK) justru menunjukkan sisi yang kontras. Pada November 2025, perusahaan-perusahaan di AS mengumumkan 71.321 PHK, tertinggi dalam bulan November sejak 2022.

Jumlah ini juga merupakan kali kedelapan tahun ini di mana angka PHK lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.

Sektor dengan PHK terbanyak adalah telekomunikasi (15.139) dan teknologi (12.377). Penyebab utama PHK adalah restrukturisasi, mencapai 20.217 kasus.

Dari Januari hingga November 2025, total 1.170.821 PHK diumumkan perusahaan-perusahaan AS, naik 54% dibanding periode yang sama tahun 2024, dan tertinggi sejak 2020.

Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed Cenderung Menguntungkan Emas

Laporan ADP pada Rabu menunjukkan jumlah tenaga kerja swasta AS turun 32.000 pada November, menjadi penurunan terdalam dalam lebih dari dua tahun setengah. Data tersebut memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuannya.

Mayoritas dari lebih dari 100 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada pertemuan kebijakan 9–10 Desember.

Ekspektasi suku bunga lebih rendah umumnya menguntungkan bagi emas sebagai aset non-imbal hasil. Kondisi ini sering kali mendorong permintaan terhadap logam mulia, terutama ketika pasar melihat adanya potensi perlambatan ekonomi.

Investor global kini menunggu rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang menjadi ukuran inflasi favorit The Fed. Laporan ini akan dirilis hari Jumat dan dinilai menjadi penentu arah kebijakan moneter selanjutnya.

Dengan berbagai faktor tersebut, harga emas Antam di pasar domestik berpeluang terus bergerak stabil, mengikuti sentimen global yang sarat ketidakpastian namun menawarkan ruang penguatan bagi aset lindung nilai.

Terkini