Bronkiolitis pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Pencegahan Efektif

Senin, 03 November 2025 | 12:19:59 WIB
Bronkiolitis pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Pencegahan Efektif

JAKARTA - Infeksi saluran pernapasan bisa dialami siapa saja, termasuk bayi dan anak kecil. Salah satu penyakit yang paling sering menyerang kelompok usia ini adalah bronkiolitis.

Bronkiolitis terjadi ketika saluran udara kecil di paru-paru, yaitu bronkiolus, terinfeksi virus. Akibatnya, saluran tersebut membengkak dan terisi lendir, membuat bayi kesulitan bernapas.

Meskipun terdengar mirip, bronkiolitis berbeda dengan bronkitis. Bronkitis memengaruhi saluran udara yang lebih besar, biasanya menyerang anak lebih tua dan orang dewasa, sedangkan bronkiolitis lebih umum pada bayi di bawah usia dua tahun.

Gejala Bronkiolitis yang Harus Diketahui Orang Tua

Gejala awal bronkiolitis mirip dengan pilek biasa. Bayi dapat mengalami hidung tersumbat, hidung berair, batuk, dan demam ringan.

Namun, gejala bisa berkembang menjadi lebih serius. Anak mungkin kesulitan bernapas, napas berbunyi siulan (mengi), dan beberapa bayi juga mengalami infeksi telinga tengah atau otitis media.

Orang tua harus segera menghubungi dokter bila bayi menunjukkan tanda-tanda berikut. Sulit makan atau minum, napas cepat atau sesak, terlihat sangat lesu, dehidrasi, atau kulit membiru terutama di bibir dan kuku.

Kewaspadaan ekstra diperlukan jika bayi berusia kurang dari 12 minggu atau memiliki faktor risiko lain. Kondisi seperti lahir prematur, penyakit jantung bawaan, atau gangguan paru-paru meningkatkan risiko komplikasi.

Penyebab, Penularan, dan Faktor Risiko Bronkiolitis

Bronkiolitis paling sering menyerang bayi di bawah usia dua tahun. Puncak kejadian biasanya pada bayi usia 3–6 bulan dan sebagian kasus bisa cukup berat.

Virus penyebab bronkiolitis yang paling umum adalah respiratory syncytial virus (RSV). Virus lain seperti adenovirus, influenza, dan parainfluenza juga bisa memicu penyakit ini.

Penularan virus terjadi melalui kontak langsung dengan cairan hidung atau tenggorokan orang yang sakit. Bayi bisa terinfeksi saat seseorang bersin, batuk di dekatnya, atau menyentuh mainan dan benda yang kemudian disentuh bayi.

Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan bronkiolitis termasuk paparan asap rokok, usia bayi di bawah 6 bulan, tinggal di lingkungan padat, tidak mendapatkan ASI, dan lahir prematur.

Diagnosis dan Perawatan Bronkiolitis

Dokter biasanya mendiagnosis bronkiolitis melalui pemeriksaan fisik. Dengan stetoskop, terdengar bunyi mengi atau suara berderak di paru-paru.

Beberapa tes tambahan bisa dilakukan jika dibutuhkan. Analisis gas darah, foto rontgen dada, atau kultur cairan hidung membantu menentukan virus penyebab dan tingkat keparahan infeksi.

Perawatan di rumah biasanya cukup untuk sebagian besar kasus. Menggunakan humidifier di kamar, menjaga posisi bayi tegak, memberikan cairan cukup, dan tetes hidung saline bisa membantu meringankan gejala.

Obat pereda demam diberikan sesuai anjuran dokter. Rumah juga harus bebas asap rokok karena paparan asap dapat memperburuk kondisi saluran pernapasan bayi.

Beberapa bayi mungkin membutuhkan perawatan di rumah sakit. Ini berlaku jika bayi kesulitan bernapas, tidak cukup makan, atau terancam dehidrasi. Selama di rumah sakit, bayi bisa menerima terapi oksigen dan infus untuk menjaga hidrasi.

Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan Orang Tua

Pencegahan bronkiolitis dimulai dari menjaga kebersihan lingkungan bayi. Cuci tangan secara rutin, bersihkan permukaan rumah dan mainan, serta gunakan tisu sekali pakai saat batuk atau bersin.

Jauhkan bayi dari orang yang sedang pilek atau flu, terutama bayi berusia di bawah dua bulan atau yang lahir prematur. Hindari merokok di dekat bayi karena asap meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan.

Selain itu, vaksin RSV menjadi langkah pencegahan tambahan. Ibu hamil bisa berkonsultasi dengan dokter tentang vaksin RSV untuk mengurangi risiko bayi mengalami bronkiolitis berat dalam enam bulan pertama.

Bronkiolitis adalah penyakit yang umum, tetapi bisa serius jika tidak ditangani dengan tepat. Orang tua yang waspada terhadap gejala, menerapkan pencegahan, dan segera mencari perawatan medis dapat melindungi bayi dari komplikasi serius.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:52 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:14 WIB