Antam Pacu Laba Mind ID, PTBA Kena Tekanan Batubara

Senin, 03 November 2025 | 11:20:32 WIB
Antam Pacu Laba Mind ID, PTBA Kena Tekanan Batubara

JAKARTA - Holding BUMN Pertambangan, Mining Industry Indonesia (Mind ID), mencatatkan kinerja yang beragam pada kuartal III/2025 di tengah volatilitas harga komoditas global. 

Empat emiten tambang di bawah naungannya — PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) — menampilkan hasil operasional yang mencerminkan kekuatan sekaligus tantangan industri pertambangan nasional.

Secara umum, hasil laporan keuangan grup Mind ID hingga September 2025 menunjukkan daya tahan sektor pertambangan Indonesia meskipun dihadapkan pada tekanan ekonomi global. Masing-masing perusahaan anggota holding memperlihatkan arah kinerja yang berbeda, dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas utama seperti emas, nikel, timah, dan batubara.

Antam menjadi penyumbang utama pertumbuhan laba, PTBA masih berjuang di tengah harga batubara yang melandai, PT Timah mengambil keuntungan dari penguatan harga logam, sedangkan Vale memperkuat posisinya dengan peningkatan produksi nikel.

Antam Jadi Motor Laba Holding Mind ID

Dari seluruh anggota Mind ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menempati posisi terdepan dengan lonjakan kinerja paling signifikan sepanjang 2025. Hingga akhir kuartal III/2025, Antam berhasil mencatat laba bersih Rp6,61 triliun, melonjak 197% secara tahunan (yoy) dari Rp2,23 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan Antam juga meningkat tajam sebesar 67% yoy menjadi Rp72,03 triliun, didorong oleh penguatan pada tiga segmen utama, yaitu emas, nikel, dan bauksit.

Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, menegaskan bahwa pencapaian tersebut tidak terlepas dari efektivitas strategi perusahaan dalam mengelola biaya dan memperkuat nilai tambah produk.

“Ini juga merefleksikan efektivitas strategi pengelolaan biaya dan optimalisasi nilai tambah produk,” ujarnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Capaian tersebut menunjukkan bahwa Antam berhasil menjaga fundamental bisnis yang kuat di tengah tantangan global. Selain memperluas lini produk bernilai tambah, Antam juga mengoptimalkan ekspor nikel dan emas seiring meningkatnya permintaan industri hilir.

PTBA Hadapi Tekanan Harga Batubara Dunia

Berbeda dengan Antam, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menghadapi tekanan cukup berat akibat penurunan harga batubara global sepanjang tahun berjalan. Meskipun pendapatan PTBA naik tipis 2% yoy menjadi Rp31,33 triliun, laba bersih perusahaan anjlok hingga 56,25% yoy menjadi Rp1,4 triliun dari sebelumnya Rp3,2 triliun.

Secara operasional, kinerja produksi PTBA tetap menunjukkan tren positif. Volume produksi batubara naik 9% yoy menjadi 35,9 juta ton, sementara volume penjualan meningkat 8% yoy menjadi 33,7 juta ton. Dari total penjualan tersebut, 56% dialokasikan ke pasar domestik, sejalan dengan kebijakan pemerintah memperkuat pasokan energi dalam negeri.

Namun, penurunan harga jual rata-rata sebesar 6% yoy akibat pelemahan Newcastle Index dan Indonesian Coal Index (ICI-3) masing-masing sebesar 22% dan 16%, menekan profitabilitas PTBA. Harga batubara global yang belum stabil menjadi tantangan tersendiri bagi emiten pelat merah tersebut untuk mempertahankan margin keuntungan.

Meskipun begitu, PTBA terus berupaya menjaga efisiensi operasional dan memperluas diversifikasi usaha non-batubara, termasuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan gasifikasi batubara, sebagai langkah strategis jangka panjang.

Timah dan Vale Tunjukkan Arah Positif

Sementara itu, PT Timah Tbk (TINS) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga mencatatkan perkembangan positif pada periode laporan. PT Timah memanfaatkan momentum kenaikan harga logam timah dunia, yang mendorong peningkatan pendapatan ekspor dan margin usaha.

PT Vale Indonesia di sisi lain memperkuat fondasi bisnis jangka panjang dengan peningkatan produksi nikel matte dan efisiensi biaya operasional. Upaya Vale untuk mendukung hilirisasi nikel nasional juga terus berlanjut melalui proyek-proyek pengolahan bijih nikel di Sulawesi.

Kedua perusahaan tersebut menegaskan posisi Mind ID sebagai holding pertambangan yang tidak hanya fokus pada volume produksi, tetapi juga pada keberlanjutan dan transformasi industri melalui pengembangan teknologi ramah lingkungan serta tata kelola yang berstandar tinggi.

Ketahanan Holding Mind ID Jadi Sorotan

Secara keseluruhan, capaian Mind ID hingga kuartal III/2025 mencerminkan resiliensi industri tambang nasional di tengah perubahan siklus harga komoditas global. 

Antam tampil sebagai pendorong utama pertumbuhan laba holding, sementara PTBA menunjukkan adaptabilitas menghadapi tekanan harga batubara, dan Timah serta Vale memperkuat posisi mereka di rantai pasok logam strategis.

Kinerja beragam antar-anggota holding ini menunjukkan strategi Mind ID yang menyeimbangkan antara diversifikasi produk tambang dan efisiensi operasional. 

Meski beberapa komoditas seperti batubara tengah mengalami koreksi, kontribusi positif dari logam mulia dan nikel mampu menjaga stabilitas pendapatan grup.

Langkah-langkah efisiensi, optimalisasi rantai pasok, dan peningkatan nilai tambah produk tambang menjadi fokus utama Mind ID untuk menjaga keberlanjutan bisnis di tengah dinamika global.

Dengan fondasi keuangan yang kuat, strategi hilirisasi yang agresif, dan sinergi lintas perusahaan, Mind ID diprediksi tetap menjadi salah satu pemain kunci dalam industri pertambangan Indonesia menuju 2026.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:52 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:14 WIB