Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025: Suara Tanpa Kata

Selasa, 23 September 2025 | 09:32:05 WIB
Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025: Suara Tanpa Kata

JAKARTA - Setiap tanggal 23 September diperingati sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional, momen penting untuk mengangkat kesadaran peran bahasa isyarat dalam kehidupan tuna rungu. 

Federasi Tuna Rungu Sedunia menyerukan penerangan lampu biru di gedung-gedung publik sebagai simbol dukungan terhadap bahasa isyarat nasional.

Hari Bahasa Isyarat Internasional bukan hanya perayaan, melainkan panggilan global untuk menghormati hak asasi manusia yang melekat pada setiap individu, termasuk mereka yang mengandalkan bahasa isyarat sebagai alat komunikasi utama.

Sejarah dan Makna di Balik Peringatan

Penetapan tanggal 23 September oleh Majelis Umum PBB menjadi pengingat akan pentingnya bahasa isyarat, sekaligus memperingati berdirinya Federasi Tuli Sedunia pada tahun 1951. Organisasi ini berperan besar dalam memperjuangkan hak-hak tuna rungu dan melestarikan bahasa isyarat serta budaya tuli.

Hari Bahasa Isyarat Internasional mulai dirayakan pada 2018 sebagai bagian dari Pekan Internasional Tunarungu yang sudah ada sejak 1958. Perayaan ini menandai perjalanan panjang perjuangan komunitas tuna rungu dalam mendapatkan pengakuan dan hak setara di masyarakat.

Tema dan Pesan untuk Dunia

Tema pada tahun 2025 adalah “No Human Rights Without Sign Language Rights” yang menegaskan bahwa tanpa hak berbahasa isyarat, hak asasi manusia tidak bisa terpenuhi sepenuhnya. Bahasa isyarat menjadi jembatan utama bagi penyandang tuna rungu untuk berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan sosial dan politik.

Dengan memperingati hari ini, dunia diingatkan akan keberagaman bahasa isyarat yang ada. Diperkirakan lebih dari 70 juta penyandang tuna rungu menggunakan lebih dari 300 bahasa isyarat berbeda di seluruh dunia, mayoritas dari mereka berada di negara berkembang.

Bahasa Isyarat: Bahasa yang Hidup dan Beragam

Bahasa isyarat adalah bahasa alami yang utuh dan memiliki struktur berbeda dari bahasa lisan. Selain itu, ada juga bahasa isyarat internasional yang digunakan dalam pertemuan dan komunikasi antar komunitas tuna rungu lintas negara.

Pengakuan bahasa isyarat sebagai setara dengan bahasa lisan juga diatur dalam Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Konvensi ini mendorong negara-negara untuk memfasilitasi pembelajaran dan pemakaian bahasa isyarat agar identitas linguistik komunitas tuna rungu terus terjaga.

Menjaga dan Mendukung Komunitas Tuna Rungu

Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional menjadi kesempatan penting untuk mendorong perlindungan dan penghormatan terhadap hak bahasa isyarat. Ini bukan hanya soal bahasa, tapi juga soal pengakuan identitas, budaya, dan hak asasi yang harus dimiliki setiap orang tanpa terkecuali.

Upaya global ini bertujuan menciptakan dunia di mana penyandang tuna rungu bisa menggunakan bahasa isyarat di mana pun mereka berada, tanpa hambatan atau diskriminasi.

Terkini

Bahaya Sleepmaxxing, Tren Tidur Viral yang Ancam Kesehatan

Selasa, 23 September 2025 | 13:26:18 WIB

Anggito Abimanyu Terpilih Ketua LPS Periode 2025 2030

Selasa, 23 September 2025 | 13:26:17 WIB

Dampak Dana Rp200 Triliun di Bank Mulai Terlihat

Selasa, 23 September 2025 | 13:26:16 WIB

IHSG Berpotensi Menguat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Selasa, 23 September 2025 | 13:26:14 WIB