JAKARTA – Pertamina Hulu Energi (PHE) menegaskan peran penting gas sebagai energi transisi dalam upaya memenuhi kebutuhan energi nasional di era transisi energi. Sebagai Subholding Upstream Pertamina, PHE siap menyongsong era transisi energi melalui strategi dekarbonisasi berkelanjutan. “Kami memahami bahwa saat ini industri hulu migas harus mampu merespons peluang dengan menjalankan operasi ramah lingkungan sebagai bagian dari strategi hijau perusahaan. PHE memiliki strategi transisi energi yang mencakup transisi gas, dekarbonisasi, serta pengembangan bisnis baru seperti carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization & storage (CCUS),” kata Corporate Secretary PHE, Arya Dwi Paramita, dalam acara Media Gathering Pertamina EP Cepu di Bandung, Senin (03/06).Tantangan utama yang dihadapi industri hulu migas saat ini adalah menjaga ketahanan energi nasional. Meskipun komposisi bauran energi mengalami perubahan, permintaan energi fosil diperkirakan terus meningkat hingga 2050. Peningkatan penggunaan gas sebagai energi fosil yang lebih bersih menunjukkan bahwa gas memegang peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi domestik.Menjawab tantangan transisi energi, Pertamina mengembangkan berbagai proyek gas, termasuk Jambaran-Tiung Biru (JTB) di wilayah kerja Zona 12 Regional Indonesia Timur. Proyek JTB telah mencapai produksi penuh dengan kapasitas 192 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) yang stabil untuk jangka panjang.Dalam acara tersebut, Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas, Nyimas Fauziah Rikani, memaparkan perkembangan industri migas. "Industri hulu migas memiliki peran penting sebagai sumber penerimaan negara. Kami memiliki strategi utama untuk mencapai target produksi nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2033," terang Nyimas Rikani.Arya juga mengungkapkan pencapaian PHE sepanjang tahun 2023, dengan produksi minyak mencapai 566 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas sebesar 2.766 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), menghasilkan total produksi migas sebesar 1.044 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD). Angka ini mencerminkan peningkatan produksi gas sebesar 5,40% dari tahun 2022. Keberhasilan ini didukung oleh seluruh entitas afiliasi PHE, termasuk regional Sumatera, Jawa, Kalimantan, Indonesia Timur, Internasional, Elnusa, Badak LNG, dan Pertamina Drilling Service Indonesia.PHE juga mencatatkan kinerja pengeboran yang mencakup 20 sumur eksplorasi, 799 sumur pengembangan, 837 workover, dan 32.624 layanan sumur, serta survei seismik 3D sepanjang 1.512 km².Dalam bidang Environment, Social, Governance (ESG), PHE berhasil meraih rating 22.5 per April 2024 atau medium risk berdasarkan penilaian dari Sustainalytics. PHE berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip ESG, serta telah menjadi anggota United Nations Global Compact (UNGC) sejak Juni 2022.Pada tahun 2023, PHE mengimplementasikan teknologi CCUS di lapangan Pertamina EP Sukowati Field, Bojonegoro, Jawa Timur, yang ditandai dengan peresmian injeksi perdana CO? menggunakan metode Huff & Puff.PHE berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal dari UNGC dalam strategi dan operasionalnya, sebagai bagian dari penerapan aspek ESG. Dalam aspek Governance, PHE menerapkan kebijakan Zero Tolerance on Bribery dengan memastikan pencegahan penipuan dan penyuapan melalui implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) berstandar ISO 37001:2016.PHE terus mengembangkan pengelolaan operasi yang cermat dan unggul di dalam dan luar negeri untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang ramah lingkungan, bertanggung jawab secara sosial, dan berstandar tata kelola yang baik.