Masjid Al Kusaeni Carita, Destinasi Wisata Religi Ramadhan dengan Sejarah Peradaban Islam
- Selasa, 18 Maret 2025

JAKARTA - Masjid Al Kusaeni yang berlokasi di pesisir Pantai Carita, Pandeglang, Banten, menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi selama bulan Ramadhan 2025. Masjid yang memiliki nilai sejarah peradaban Islam ini tidak hanya menarik wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Kusaeni, Tata Suharta, mengungkapkan bahwa masjid yang telah berdiri sejak tahun 1889 ini tetap kokoh meski telah berusia 136 tahun. Meskipun beberapa bagian telah direnovasi, keaslian bangunan masih tetap terjaga.
"Masjid ini dibangun enam tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau pada 1883. Alhamdulillah, hingga sekarang masih kokoh berdiri meskipun telah beberapa kali direnovasi," ujar Tata Suharta.
Baca JugaSpesifikasi Oppo A6 Pro 4G Layar OLED 6,57 Inci Kamera 50 MP
Masjid tua ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin menikmati nuansa Ramadhan di tempat bersejarah. Wisatawan domestik yang berkunjung umumnya berasal dari wilayah Banten, Jawa Barat, Lampung, dan DKI Jakarta. Sementara itu, wisatawan mancanegara mayoritas berasal dari Malaysia, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam.
Sejarah Masjid Al Kusaeni dan Perjuangan Islam
Masjid Al Kusaeni didirikan oleh KH Muhammad Husein, seorang murid dari Syekh Nawawi Al-Bantani, ulama besar asal Serang, Banten, yang namanya dikenal di berbagai negara Islam. Syekh Nawawi memerintahkan pembangunan masjid ini setelah mendengar kabar bahwa pesisir pantai Banten luluh lantak akibat tsunami pasca-erupsi Gunung Krakatau yang menewaskan sekitar 36 ribu warga Banten dan Lampung.
Masjid ini dibangun tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat syiar Islam. Selain itu, keberadaan pondok pesantren di sekitar masjid menjadi bukti bahwa tempat ini juga menjadi pusat pendidikan agama. Tidak hanya itu, Masjid Al Kusaeni juga memiliki sejarah perjuangan melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
"Masjid ini memiliki peran besar dalam syiar Islam, menjadi tempat belajar agama bagi para santri dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, dulu masjid ini juga menjadi simbol perjuangan melawan penjajahan Belanda," kata Tata Suharta.
Daya Tarik Arsitektur Bersejarah
Masjid Al Kusaeni memiliki keunikan tersendiri dari segi arsitektur. Bangunannya terdiri dari empat tingkatan dengan desain yang masih mempertahankan ciri khas bangunan kuno asli Indonesia. Pengaruh lokal terlihat jelas pada komponen pelipit, yang mirip dengan ornamen candi, serta bentuk mustoko atau kubah. Sementara itu, pengaruh asing terlihat pada tiang-tiang semu atau pilaster, yang menyerupai bangunan kolonial.
Bagian tengah masjid masih utuh dengan empat tiang penyangga yang asli sejak awal pembangunannya. Mimbar dan atap genteng pun masih terjaga keasliannya. Meskipun demikian, beberapa kali pemugaran dilakukan, terutama pada tahun 2008 ketika gempa menyebabkan tiang beton di bagian depan masjid mengalami kemiringan.
"Kami sudah empat kali melakukan pemugaran, terutama pada bagian tiang depan karena terkena dampak gempa. Selain itu, ada perbaikan di area tempat wudhu, toilet, dan pemagaran agar tetap nyaman bagi para jamaah," jelas Tata Suharta.
Ramadhan di Masjid Al Kusaeni
Setiap Ramadhan, Masjid Al Kusaeni menjadi semakin ramai dikunjungi oleh jamaah yang ingin merasakan suasana ibadah di masjid bersejarah ini. Selain shalat wajib dan tarawih, masjid ini juga menjadi tempat berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengajian kitab kuning, tadarus Al-Qur'an, dan zikir bersama.
"Kami selalu menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan selama Ramadhan, termasuk pengajian dan tadarus. Banyak jamaah yang datang untuk beribadah dan merasakan suasana religi yang khas di sini," tambah Tata Suharta.
Tidak jarang, para jamaah yang datang membawa aneka makanan untuk berbuka puasa bersama. Suasana kebersamaan semakin terasa, mengingat banyak wisatawan yang datang dari berbagai daerah dan negara.
Keberlanjutan dan Pelestarian Masjid
Meskipun telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi Banten, biaya operasional dan perawatan Masjid Al Kusaeni masih mengandalkan swadaya jamaah. Setiap bulan, dana sekitar Rp2 juta diperlukan untuk membayar listrik dan menggaji lima pegawai yang bertugas menjaga kebersihan serta keamanan masjid.
"Dulu, kami mendapatkan bantuan dari Dinas Cagar Budaya Banten, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah daerah maupun provinsi untuk membantu pelestarian masjid ini," ujar Tata.
Selain Masjid Al Kusaeni, Pemerintah Kabupaten Pandeglang juga berkomitmen untuk melestarikan masjid-masjid tua lainnya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Salah satu masjid tua lainnya adalah Masjid Gunung Karang yang berlokasi di Kampung Pasir Angin, Kelurahan Pagerbatu, Kecamatan Majasari, yang telah berusia lebih dari 400 tahun.
Pemkab Pandeglang juga mengajukan berbagai masjid bersejarah agar mendapat status cagar budaya resmi dari Dinas Cagar Budaya Banten. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa situs-situs bersejarah tersebut tetap terawat dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
"Kami terus berupaya agar masjid-masjid tua di Pandeglang bisa dijaga dengan baik, termasuk Masjid Al Kusaeni. Keberadaannya tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah perjuangan Islam di Banten," kata perwakilan Pemkab Pandeglang.
Harapan untuk Masa Depan
Dengan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan dan jamaah setiap Ramadhan, Masjid Al Kusaeni semakin dikenal sebagai destinasi wisata religi yang penting di Banten. Namun, pelestarian masjid ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat.
Melalui berbagai upaya konservasi dan peningkatan fasilitas, diharapkan masjid ini tetap kokoh berdiri dan dapat terus menjadi pusat ibadah serta syiar Islam bagi generasi mendatang. Selain itu, perbaikan infrastruktur dan dukungan dana dari pemerintah diharapkan dapat membantu menjaga keaslian bangunan dan kenyamanan jamaah yang datang untuk beribadah.
Dengan sejarah panjangnya, Masjid Al Kusaeni tidak hanya menjadi saksi bisu peradaban Islam di pesisir Banten, tetapi juga menjadi bagian penting dari perjalanan spiritual umat Islam yang ingin merasakan atmosfer Ramadhan di tempat bersejarah.

Zahra
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Spesifikasi Lengkap vivo Y50i: Layar HD Plus, Baterai Jumbo, Sertifikasi IP64
- Rabu, 24 September 2025
Spesifikasi Redmi Turbo 4 Pro Terbaru: Layar 1.5K, Pengisian Cepat 120W
- Rabu, 24 September 2025
Terpopuler
1.
Harga Emas Antam Menguat, Rekor Tertinggi Dicetak Hari Ini
- 24 September 2025
2.
IHSG Rabu 24 September 2025, Saham Unggulan Diperhatikan
- 24 September 2025
3.
Sequis Life Luncurkan Produk Asuransi Dwiguna Untuk Semua Usia
- 24 September 2025
4.
Pemutihan Pajak Kendaraan Bali Diberlakukan Hingga November
- 24 September 2025
5.
Cara Praktis Gunakan ShopeePay Untuk Bayar Tagihan Listrik
- 24 September 2025