Sabtu, 06 Desember 2025

Kenali Tanda Overdosis Gula yang Sering Diabaikan Tubuh

Kenali Tanda Overdosis Gula yang Sering Diabaikan Tubuh
Kenali Tanda Overdosis Gula yang Sering Diabaikan Tubuh

JAKARTA - Konsumsi gula berlebihan sering kali tidak disadari karena makanan manis begitu mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Tanpa kontrol, kadar gula yang terus meningkat dapat memberi sinyal bahaya melalui berbagai tanda fisik yang kerap dianggap sepele. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan pun telah menegaskan batas konsumsi harian sebagai langkah pencegahan.

Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, masyarakat dianjurkan membatasi asupan gula maksimal 10 persen dari total energi, yaitu sekitar 200 kilokalori per hari. Aturan ini menjadi penting mengingat tingginya risiko hiperglikemia yang dapat berujung pada diabetes dan komplikasi serius lainnya.

Baca Juga

Telur Dadar dan Rebus Pilih Sesuai Kebutuhan Nutrisi

Sinyal Awal Tubuh Saat Kadar Gula Melonjak

Tanda pertama yang sering muncul ketika tubuh kelebihan gula adalah rasa haus berlebih disertai frekuensi buang air kecil yang meningkat. Everyday Health menjelaskan, kondisi ini terjadi karena ginjal bekerja ekstra keras membuang glukosa berlebih melalui urin.

Peningkatan kadar gula juga memicu rasa lapar terus-menerus atau polifagia. Namun, catatan Cleveland Clinic menunjukkan paradoks menarik, yakni penurunan berat badan signifikan meski penderita makan lebih banyak.

"Hal ini disebabkan oleh tubuh yang tidak mendapat energi dari sumber yang diinginkan. Dengan demikian, energi beralih ke otot dan lemak," jelas Ahli Diet, Lori Zanini.

Peralihan energi tersebut membuat tubuh kehilangan massa otot dan lemak, yang akhirnya menyebabkan penurunan berat badan tidak sehat. Selain itu, penderita gula darah tinggi biasanya lebih mudah lemah, bahkan sering jatuh karena otot tidak mendapatkan energi yang cukup.

Gangguan Energi, Penglihatan, dan Sakit Kepala

Sering merasa kelelahan merupakan gejala umum lainnya. Ketika kadar gula tidak terkontrol, sel-sel tubuh tidak mampu menyerap gula sebagai sumber energi karena masalah pada insulin.

"Sederhananya, ketika tubuh tidak memproses insulin dengan baik atau jumlah insulin tidak cukup, gula akan menetap di dalam darah dan tidak masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi," kata Zanini.

Selain kelelahan, tanda lain yang muncul ialah penglihatan buram dan sakit kepala. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) mencatat bahwa kadar gula tinggi menyebabkan cairan bocor ke lensa mata, memicu pembengkakan. Perubahan bentuk lensa ini membuat kemampuan fokus menurun.

Gejala tersebut sering dianggap keluhan biasa, padahal merupakan indikator bahwa kadar gula darah sedang melaju ke arah berbahaya.

Masalah Kulit, Saraf, hingga Infeksi Jamur

Tanda tubuh overdosis gula tidak hanya muncul dari dalam, tetapi juga terlihat pada kondisi kulit. Luka kecil yang sulit sembuh atau memar yang menghilang lebih lama adalah sinyal penting. NIDDK menjelaskan bahwa diabetes dapat merusak saraf dan menghambat sirkulasi darah, sehingga aliran darah ke area luka menjadi tidak cukup.

Akibatnya, luka ringan lebih mudah terinfeksi dan dalam kasus berat dapat meningkatkan risiko amputasi. Selain luka yang sulit sembuh, banyak penderita gula tinggi melaporkan kesemutan pada tangan dan kaki.

Everyday Health menerangkan bahwa kondisi tersebut berasal dari neuropati diabetik, yakni kerusakan saraf akibat kadar gula yang terus-menerus tinggi. Rasa sakit atau kesemutan bahkan dapat semakin intens terutama pada malam hari.

American Diabetes Association (ADA) juga menyebut perubahan pada kulit sebagai tanda lain resistensi insulin. Kulit menebal atau menggelap di bagian leher, tangan, ketiak, maupun wajah dapat menjadi peringatan bahwa kadar gula darah meningkat.

Di sisi lain, tingginya gula darah turut meningkatkan risiko infeksi jamur, terutama di area genital. ADA dan CDC mencatat infeksi yang dipicu jamur candida albicans lebih sering muncul pada penderita gula darah tinggi karena banyaknya glukosa yang menjadi sumber makanan ragi.

"Ragi memakan glukosa, dan jika gula darah Anda tinggi, maka lebih banyak glukosa di saluran kemih," kata ahli endokrinologi MemorialCare South County Kidney and Endocrine Center, Rail Bandukwala.

Masalah Gusi sebagai Tanda Komplikasi

Gusi berdarah menjadi gejala lain yang tak boleh diabaikan. NIDDK menjelaskan bahwa penyakit gusi merupakan bagian dari komplikasi diabetes. Saat infeksi muncul, tubuh melepaskan lebih banyak glukosa ke dalam darah sebagai respons alami.

Tingginya gula ini membuat air liur ikut mengandung lebih banyak glukosa. Kondisi tersebut menjadi lingkungan ideal bagi bakteri untuk berkembang dan membentuk plak. Menurut Mayo Clinic, tanpa penanganan, plak tersebut dapat berkembang menjadi periodontitis yang menyebabkan gusi terlepas, munculnya nanah atau bisul, hingga gigi tanggal.

Masalah mulut ini sering dianggap remeh, padahal bisa menjadi tanda bahwa gula darah sudah berada di luar kendali.

Aldi

Aldi

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

20 Rekomendasi Sate Madura Jogja Nikmat Pilih Sesuai Selera

20 Rekomendasi Sate Madura Jogja Nikmat Pilih Sesuai Selera

Kasus Parasit Langka Serang Paru-Paru Wanita di China

Kasus Parasit Langka Serang Paru-Paru Wanita di China

Kenali Stroke Lebih Cepat dengan Metode FAST yang Efektif

Kenali Stroke Lebih Cepat dengan Metode FAST yang Efektif

Manfaat Kopi bagi Usia Biologis Terungkap dalam Riset Baru

Manfaat Kopi bagi Usia Biologis Terungkap dalam Riset Baru

Rekomendasi Drakor Jurnalis Penuh Intrik dan Ketegangan

Rekomendasi Drakor Jurnalis Penuh Intrik dan Ketegangan