Selasa, 04 November 2025

Astra dan Indomobil Bersaing di Tengah Lesunya Otomotif

Astra dan Indomobil Bersaing di Tengah Lesunya Otomotif
Astra dan Indomobil Bersaing di Tengah Lesunya Otomotif

JAKARTA - Kinerja dua raksasa otomotif nasional, PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. 

(IMAS), menunjukkan arah yang berbeda pada kuartal III/2025. Di tengah tekanan industri otomotif yang masih lesu, Astra mencatat penurunan laba, sedangkan Indomobil justru berhasil mencetak lonjakan keuntungan signifikan.

Berdasarkan laporan keuangan masing-masing perusahaan, Astra International membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp24,47 triliun per kuartal III/2025, atau turun 5,34% secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp25,85 triliun. 

Baca Juga

Autopedia Fokus Genjot Bisnis Mobil Bekas Lewat Ekspansi Digital

Penurunan ini sejalan dengan pendapatan yang juga melemah 1,1% YoY menjadi Rp243,6 triliun, dari sebelumnya Rp246,32 triliun.

Sementara itu, Indomobil berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih yang melonjak 216,06% YoY, mencapai Rp257,59 miliar pada kuartal III/2025, jauh lebih tinggi dibandingkan Rp81,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan neto IMAS pun tumbuh 4,62% YoY menjadi Rp22,72 triliun, didorong oleh peningkatan penjualan di sektor otomotif.

Bisnis Otomotif Astra Melemah, Pangsa Pasar Turun

Bagi Astra, sektor otomotif menjadi sumber tekanan utama. Pendapatan dari segmen usaha otomotif tercatat turun 9,08% YoY menjadi Rp93,34 triliun per kuartal III/2025. Penurunan ini turut memengaruhi pangsa pasar perseroan, yang turun dari 56% menjadi 53%, terutama akibat melemahnya performa Daihatsu, salah satu merek andalan Astra.

Di sisi lain, Toyota yang juga berada di bawah naungan Astra masih menunjukkan ketahanan pasar. Penjualan sepeda motor nasional pun menurun tipis, hanya sekitar 1%, menjadi 4,8 juta unit selama sembilan bulan pertama 2025. Namun, pangsa pasar PT Astra Honda Motor tetap kokoh di angka 77%, menandakan stabilitas segmen roda dua.

Dengan kondisi tersebut, Astra menghadapi tantangan untuk menjaga pertumbuhan di tengah pelemahan permintaan kendaraan baru dan meningkatnya persaingan di pasar domestik.

Indomobil Justru Tumbuh Pesat, Didukung Diversifikasi Merek

Berbeda dengan Astra, Indomobil berhasil mencatatkan pertumbuhan positif di sebagian besar lini bisnis otomotifnya. Pendapatan dari segmen otomotif naik 5,27% YoY menjadi Rp18,13 triliun per kuartal III/2025.

Di wilayah Pulau Jawa, pendapatan dari bisnis mobil, truk, dan alat berat mencapai Rp9,97 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari merek AION yang menyumbang Rp3,26 triliun. Sementara di luar Pulau Jawa, pendapatan dari lini serupa mencapai Rp2,91 triliun, dengan Volvo truk/bus menjadi kontributor utama sebesar Rp1 triliun.

Kinerja cemerlang ini menunjukkan efektivitas strategi diversifikasi merek dan ekspansi jaringan distribusi yang dilakukan oleh Indomobil.

Industri Otomotif Masih Lesu, Penjualan Mobil Nasional Turun

Meski beberapa pemain mampu bertahan, secara keseluruhan industri otomotif nasional masih mengalami tekanan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales sepanjang Januari–September 2025 tercatat 561.819 unit, turun 11,3% YoY dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar 633.660 unit.

Penjualan mobil secara ritel juga turun 10,9% YoY, dari 657.448 unit pada sembilan bulan pertama 2024 menjadi 585.917 unit pada periode yang sama 2025.

Menurut Akhmad Nurcahyadi, Analis KB Valbury Sekuritas, pemulihan sektor otomotif sangat bergantung pada pemulihan kepercayaan konsumen.

“Pemulihan sektor otomotif secara keseluruhan sebenarnya bergantung pada kebangkitan kepercayaan belanja konsumen, yang membutuhkan biaya pembiayaan yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat,” ujarnya.

Akhmad juga menambahkan bahwa segmen menengah masih menahan diri untuk berbelanja barang-barang tahan lama seperti mobil karena ketidakpastian ekonomi

“Mengingat ketidakpastian yang sedang berlangsung, kami juga memperkirakan permintaan otomotif akan tetap terbatas,” tulisnya dalam riset beberapa waktu lalu.

Sinyal Positif dari Kebijakan Moneter BI

Kendati menghadapi tantangan, sejumlah analis menilai ada harapan baru bagi industri otomotif nasional. Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyebut bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar dari Bank Indonesia (BI) bisa menjadi katalis positif.

“Pelonggaran moneter optimalkan kinerja pertumbuhan kredit kendaraan. Akan tumbuh penjualan otomotif. Apalagi, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan stabil,” ujar Nafan kepada Bisnis.

Sebagaimana diketahui, BI menurunkan BI Rate menjadi 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17 September 2025. Penurunan ini merupakan kelima kalinya sepanjang tahun dan menjadi level terendah sejak Oktober 2022.

Kebijakan ini diharapkan dapat menurunkan suku bunga kredit kendaraan bermotor dan memberikan dorongan terhadap daya beli konsumen, terutama di segmen menengah yang selama ini menjadi motor utama industri otomotif.

Prospek ke Depan: Persaingan Ketat, Momentum Baru

Dengan kondisi ekonomi yang berangsur stabil dan suku bunga yang lebih rendah, industri otomotif Indonesia berpotensi mengalami pemulihan bertahap pada 2026. Namun, persaingan antara Astra International dan Indomobil diperkirakan akan semakin ketat.

Astra akan berupaya mempertahankan dominasinya melalui efisiensi dan inovasi produk, sementara Indomobil diperkirakan akan melanjutkan strategi ekspansi agresif dengan memperkuat portofolio merek dan jaringan distribusi.

Meskipun sektor otomotif masih menghadapi tekanan jangka pendek, dinamika antara dua pemain besar ini akan menjadi penentu arah industri di tahun-tahun mendatang — apakah Astra mampu mengembalikan momentumnya, atau justru Indomobil yang terus mencuri perhatian.

Aldi

Aldi

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Kinerja LAPD Menguat di Tengah Proses Akuisisi JSI

Kinerja LAPD Menguat di Tengah Proses Akuisisi JSI

Archi Indonesia Perluas Bisnis Hijau Panas Bumi Nasional

Archi Indonesia Perluas Bisnis Hijau Panas Bumi Nasional

PT PP Bangun Jalan Yudikatif IKN Senilai Rp1,9 Triliun

PT PP Bangun Jalan Yudikatif IKN Senilai Rp1,9 Triliun

Waskita Karya Fokus Restrukturisasi dan Garap Proyek Irigasi Baru

Waskita Karya Fokus Restrukturisasi dan Garap Proyek Irigasi Baru

Longsor Tambang Freeport Jadi Pemicu Kenaikan Harga Emas

Longsor Tambang Freeport Jadi Pemicu Kenaikan Harga Emas