JAKARTA - Langkah MIND ID (Mining Industry Indonesia) dalam menguasai kembali PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) menjadi momentum strategis dalam memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok industri otomotif global.
Sejak berdirinya INALUM pada tahun 1976 dengan kerja sama Jepang, pabrik aluminium pertama di tanah air itu telah memainkan peran penting dalam memasok bahan baku untuk berbagai sektor industri, mulai dari otomotif, konstruksi, hingga manufaktur alat berat.
Keterlibatan Jepang di INALUM menjadi titik awal dominasi Negeri Sakura di industri nasional. Bahkan hingga kini, Jepang masih menguasai sekitar 90 persen pasar otomotif Indonesia, mengalahkan pesaing dari Eropa, Amerika Serikat, Korea Selatan, hingga Tiongkok.
Baca JugaAutopedia Fokus Genjot Bisnis Mobil Bekas Lewat Ekspansi Digital
Namun, seiring lahirnya regulasi baru pascareformasi, pemerintah Indonesia mengambil alih kendali INALUM dari tangan asing melalui kebijakan divestasi saham minimal 51 persen kepada BUMN sebagaimana diatur dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara dan revisinya dalam UU No. 3 Tahun 2020 serta UU No. 2 Tahun 2025.
Sejak resmi bergabung ke dalam holding MIND ID pada tahun 2014, INALUM menjadi fondasi penting dalam upaya membangun industri berbasis aluminium yang kokoh dan berkelanjutan di tanah air.
Aluminium, Tulang Punggung Industri Otomotif dan Kendaraan Listrik
Keputusan MIND ID mengambil alih INALUM terbukti tepat. Sebab, aluminium merupakan material utama dalam industri otomotif modern, terutama dalam pengembangan baterai kendaraan listrik (EV).
Penguasaan atas produksi aluminium menjadikan Indonesia tidak hanya sekadar pemasok bahan mentah, tetapi juga bagian penting dalam rantai pasok global kendaraan listrik yang tengah berkembang pesat di Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Tiongkok.
“Dengan mengontrol INALUM, Indonesia mampu mengontrol bahan baku bagi industri otomotif global, terutama Jepang dan Korea Selatan yang menguasai pasar dunia otomotif,” tulis laporan tersebut.
Sejak 2017, permintaan aluminium global meningkat lebih dari 17 persen, terutama dari negara-negara Asia Timur. Jepang, misalnya, membutuhkan hingga 2 juta ton aluminium pada 2025 untuk industri otomotif, sementara Tiongkok mencapai 17,3 juta ton.
Kondisi ini membuka peluang besar bagi Indonesia sebagai pemasok utama ingot aluminium melalui INALUM, yang memiliki kapasitas produksi lebih dari 300.000 ton per tahun.
Hilirisasi Melalui Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah
Sebagai langkah strategis memperkuat hilirisasi industri, INALUM bersama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) meresmikan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase pertama di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Proyek ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta ton alumina per tahun, di mana 500.000 metrik ton digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku INALUM, sementara sisanya dialokasikan untuk pasar ekspor.
Kolaborasi antara INALUM dan ANTM menciptakan rantai pasok terintegrasi dari bauksit hingga alumina dan akhirnya aluminium. Dengan demikian, Indonesia kini memiliki kemandirian industri aluminium nasional. ANTM sebagai produsen bauksit terbesar di dalam negeri dapat langsung memasok kebutuhan INALUM tanpa bergantung pada impor.
Struktur produksi yang efisien ini membuat Indonesia mampu bersaing di pasar global. Secara teknis, 1 ton alumina memerlukan 3 ton bauksit, dan 1 ton aluminium ingot membutuhkan 2 ton alumina.
Dengan potensi ekspor setara 6 juta ton aluminium per tahun, serta harga yang terus meningkat, MIND ID berpeluang memperoleh pendapatan signifikan dari sektor alumina di masa mendatang.
Hilirisasi dan Industrialisasi: MIND ID Hadapi Tantangan Defisit Industri
Langkah hilirisasi yang digencarkan MIND ID menjadi upaya strategis dalam menekan defisit manufaktur yang dialami Indonesia selama lebih dari satu dekade. Sejak 2007 hingga 2024, Indonesia mencatat defisit besar di sektor industri, termasuk impor bahan baku dan komponen untuk alat berat dan otomotif yang mencapai US$4,3 miliar.
Melalui hilirisasi mineral seperti bauksit dan aluminium, Indonesia kini memasuki fase baru industrialisasi, di mana negara tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga produk olahan bernilai tambah tinggi.
MIND ID, melalui proyek-proyeknya, berupaya mendorong agar perusahaan asing—terutama Tiongkok—beralih mengimpor produk alumina olahan dari Indonesia, bukan lagi bauksit mentah.
Selain itu, INALUM diharapkan menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) lokal seperti Harita Group, guna memperkuat rantai pasokan dan stabilitas bahan baku.
Tantangan Energi dan Harapan Menuju Ekonomi Hijau
Salah satu tantangan besar dalam pembangunan industri aluminium nasional terletak pada ketersediaan pasokan energi listrik. Industri peleburan aluminium dikenal sangat intensif energi, sehingga diperlukan dukungan kuat dari PT PLN (Persero) dalam menyediakan listrik berbiaya kompetitif.
INALUM memiliki keunggulan karena telah memanfaatkan pembangkit listrik tenaga air (hydropower) sebagai sumber energi utama, yang juga sejalan dengan arah pembangunan energi bersih nasional.
Kombinasi antara efisiensi energi dan pengembangan energi terbarukan diharapkan mampu menekan biaya produksi dan menjaga keberlanjutan proyek jangka panjang.
Pemerintah juga menaruh harapan besar terhadap MIND ID sebagai motor utama transformasi industri hijau Indonesia. Dengan penguasaan rantai pasok dari bauksit hingga aluminium, MIND ID diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok utama material strategis untuk industri otomotif dan kendaraan listrik dunia.
Menatap Masa Depan Industri Otomotif Global dari Indonesia
Dengan kontrol penuh atas INALUM dan keberhasilan menjalankan hilirisasi alumina di Mempawah, MIND ID kini berdiri sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global industri otomotif.
Langkah-langkah strategis tersebut tidak hanya memperkuat kemandirian ekonomi nasional, tetapi juga membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pusat produksi material energi hijau dan otomotif masa depan.
Ke depan, sinergi antara MIND ID, INALUM, ANTM, dan PLN akan menjadi fondasi kuat untuk memastikan Indonesia bukan lagi sekadar pasar otomotif dunia, melainkan produsen utama material dan energi yang menopang industri kendaraan listrik global.
Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
AHY Optimistis Utang Kereta Cepat Bisa Diselesaikan Tanpa Bebani Anggaran Negara
- Selasa, 04 November 2025
 
PLN Gelar Electric Run 2025, Bukti Nyata Komitmen Menuju Net Zero Emission
- Selasa, 04 November 2025
 
Buyback Emas Antam Tembus Rp2,15 Juta, Tren Naik di Tengah Gejolak Global
- Selasa, 04 November 2025
 
Dana Asing Rp12,8 Triliun Masuk ke Bursa, IHSG Kembali Menguat Signifikan
- Selasa, 04 November 2025
 
Berita Lainnya
Waskita Karya Fokus Restrukturisasi dan Garap Proyek Irigasi Baru
- Selasa, 04 November 2025
 













