
JAKARTA - Di tengah perbincangan global mengenai transisi energi bersih, batubara masih mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu sumber energi utama dunia.
Meski banyak dikritik karena dampak lingkungannya, batubara tetap menjadi pilar penting dalam pemenuhan kebutuhan energi, terutama di negara-negara berkembang.
Tidak hanya sebagai bahan bakar pembangkit listrik, batubara juga berperan vital dalam menopang industri berat dan menciptakan lapangan kerja.
Baca JugaHarga BBM Pertamina Stabil Oktober 2025, Subsidi Tetap Aman di Seluruh Indonesia
Berdasarkan data dari Society for Mining, Metallurgy & Exploration (SME), sekitar 36% dari total listrik dunia masih berasal dari pembangkit berbahan bakar batubara.
Angka ini menunjukkan bahwa meskipun banyak negara telah mulai mengadopsi energi terbarukan, batubara masih menjadi tumpuan utama bagi banyak negara, terutama yang sedang berkembang.
Batubara Sebagai Solusi Energi Terjangkau
Keunggulan utama batubara terletak pada ketersediaannya yang melimpah dan biaya produksinya yang relatif rendah.
Inilah yang membuatnya tetap menjadi pilihan utama untuk menyediakan energi murah dan dapat diandalkan.
Di Amerika Serikat, hampir seperempat kebutuhan listrik nasional masih dipenuhi oleh pembangkit batubara domestik.
Tidak hanya itu, di negara-negara berkembang seperti India dan Indonesia, batubara berperan besar dalam memberantas kemiskinan energi.
Lebih dari 860 juta orang di dunia belum memiliki akses terhadap listrik yang memadai, dan batubara dianggap sebagai solusi cepat dan murah untuk menjangkau wilayah-wilayah terpencil.
Menyelami Fungsi Batubara di Berbagai Sektor
Batubara tidak hanya digunakan untuk pembangkit listrik. Berikut adalah lima manfaat utama batubara yang masih relevan hingga saat ini:
Sumber Energi Terbesar dan Terjangkau
Batubara menjadi sumber listrik global terbesar karena biayanya yang efisien. Di negara berkembang, penggunaan batubara membantu menjaga kestabilan harga energi.
Penopang Industri Baja dan Semen
Jenis batubara seperti coking coal digunakan untuk produksi baja, sementara industri semen dunia masih mengandalkan batubara untuk memenuhi 90% kebutuhan energinya. Sekitar 200–450 kg batubara dibutuhkan untuk menghasilkan satu ton semen.
Bahan Baku Produk Modern
Menurut World Coal Association (WCA), batubara digunakan untuk membuat karbon aktif (filter air dan udara), serat karbon (mobil dan pesawat), dan silikon metal (kosmetik dan pelumas).
Selain itu, zat seperti amonia, fenol, dan benzena yang berasal dari batubara juga digunakan dalam industri pupuk, sabun, hingga obat-obatan.
Pemberantas Kemiskinan Energi
Data SME mencatat, antara 1990 hingga 2010, sekitar 1,7 miliar orang memperoleh akses listrik berkat pemanfaatan batubara. Ini menunjukkan dampak sosial batubara yang tidak bisa diabaikan.
Kontribusi Ekonomi dan Lapangan Kerja
Industri batubara mendukung ekonomi lokal, terutama di daerah tambang. Di AS, sektor ini mempekerjakan sekitar 150.000 pekerja langsung dan menciptakan 500.000 pekerjaan tambahan secara tidak langsung, dengan nilai ekonomi mencapai 26 miliar dolar AS per tahun (National Mining Association).
Hadapi Risiko dengan Teknologi Bersih
Penggunaan batubara memang membawa tantangan, terutama dalam aspek lingkungan dan kesehatan. Menurut Energy4me, pembakaran batubara menjadi sumber utama emisi karbon dioksida (CO?), gas rumah kaca yang memicu perubahan iklim.
Tambang batubara juga berisiko menyebabkan erosi, pencemaran air (acid mine drainage), dan kerusakan habitat.
Dari sisi kesehatan, paparan debu batubara dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan gangguan pernapasan, baik bagi pekerja tambang maupun masyarakat sekitar.
Namun, alih-alih meninggalkan batubara sepenuhnya, solusi yang lebih realistis adalah mengurangi dampaknya melalui penerapan teknologi bersih.
World Coal Association menyebutkan bahwa teknologi seperti High Efficiency, Low Emissions (HELE) dan Carbon Capture and Storage (CCS) mampu mengurangi emisi CO? hingga 2 gigaton per tahun secara global.
Peneliti Galina Williams dalam jurnalnya Social and Economic Costs and Benefits of Coal (2021) menyatakan bahwa meskipun batubara memiliki dampak negatif, ia tetap menjadi pilihan ekonomis dan efisien, khususnya di negara-negara dengan keterbatasan akses energi.
Tantangannya adalah bagaimana mengadopsi teknologi yang mampu menekan dampak ekologis, bukan sekadar menggantinya secara drastis.
Dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, batubara memiliki keunggulan dalam kestabilan harga, efisiensi penyimpanan, dan fleksibilitas pemanfaatan. Ini menjadikannya energi fosil paling adaptif dalam berbagai sektor, dari kelistrikan hingga industri kimia.
Dengan pendekatan bijak dan penggunaan teknologi bersih, batubara masih bisa berperan dalam masa depan energi dunia.
Keuntungan ekonominya tetap besar, dan jika ditangani dengan benar, risiko lingkungannya dapat dikendalikan.
Selain itu, batubara membuka akses pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan di wilayah terpencil yang belum tersentuh energi modern.
Batubara menawarkan keunggulan kestabilan pasokan yang tidak bergantung pada cuaca seperti energi terbarukan.
Selain itu, dengan cadangan dunia yang mencukupi untuk produksi lebih dari 130 tahun ke depan, batubara memberi waktu bagi negara-negara untuk mempersiapkan transisi energi tanpa mengorbankan pembangunan.
Menghadapi realitas perubahan iklim tidak berarti menghapus batubara dari peta energi. Yang dibutuhkan adalah strategi transisi bertahap, teknologi yang mendukung efisiensi dan pengurangan emisi, serta komitmen semua pihak dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Sindi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
PT Vale Indonesia Dorong Perekonomian Morowali Lewat Kontribusi Nyata dan PPM
- Sabtu, 18 Oktober 2025
Berita Lainnya
PT Vale Indonesia Dorong Perekonomian Morowali Lewat Kontribusi Nyata dan PPM
- Sabtu, 18 Oktober 2025
Harga Batu Bara Melemah, Permintaan Lesu dan Stok India Meningkat Signifikan
- Sabtu, 18 Oktober 2025