Kamis, 18 September 2025

Reli Harga Batu Bara Naik Tiga Hari Beruntun

Reli Harga Batu Bara Naik Tiga Hari Beruntun
Reli Harga Batu Bara Naik Tiga Hari Beruntun

JAKARTA - Harga batu bara global kembali menunjukkan tren penguatan pada Rabu (17 September 2025). Untuk ketiga kalinya secara beruntun, harga batu bara Newcastle mencatat kenaikan yang sebagian besar dipicu oleh kebijakan pemerintah China yang menghentikan aktivitas sejumlah tambang di wilayah penghasil utama.

Kebijakan penghentian produksi ini menimbulkan sinyal ketatnya pasokan, sehingga mendorong harga terus merangkak naik di pasar internasional. Kondisi tersebut sekaligus menunjukkan betapa kuatnya pengaruh langkah-langkah China terhadap dinamika komoditas energi dunia.

Kenaikan Harga di Bursa Newcastle

Baca Juga

Pilihan Perumahan Subsidi Murah di Depok Harga Mulai 140 Jutaan

Berdasarkan data perdagangan terbaru, harga batu bara Newcastle untuk kontrak September 2025 naik US$ 1,15 menjadi US$ 102,9 per ton. Sementara itu, kontrak Oktober 2025 turut menguat US$ 1,05 menjadi US$ 106,55 per ton. Bahkan, kontrak November 2025 juga mencatat kenaikan serupa sebesar US$ 1,05 hingga mencapai US$ 108 per ton.

Kenaikan beruntun ini menandai reli tiga hari, sekaligus memperlihatkan sentimen positif dari pasar yang menilai gangguan pasokan akan terus menopang harga dalam jangka pendek.

Pergerakan di Bursa Rotterdam

Tak hanya di Newcastle, harga batu bara di Rotterdam juga mengalami fluktuasi. Untuk kontrak September 2025, harga tercatat naik US$ 0,2 menjadi US$ 93,55 per ton. Namun, tren berbeda terjadi pada kontrak bulan berikutnya. Oktober 2025 melemah US$ 0,3 ke posisi US$ 95,25, sedangkan November 2025 turun tipis US$ 0,1 menjadi US$ 96,45 per ton.

Kondisi ini memperlihatkan perbedaan sentimen antara pasar Eropa dengan pasar Asia-Pasifik. Jika di Newcastle harga menguat signifikan akibat kabar dari China, di Rotterdam pergerakan lebih dipengaruhi faktor permintaan domestik dan ketidakpastian arah kebijakan energi di kawasan tersebut.

Faktor Utama: Kebijakan Pemerintah China

Sumber utama kenaikan harga batu bara berasal dari kebijakan Pemerintah Daerah Otonomi Pedalaman Mongolia, wilayah penghasil batu bara terbesar di China. Berdasarkan dokumen resmi yang dilaporkan Biro Energi Pedalaman Mongolia pada Selasa (16 September 2025), sebanyak 15 tambang batu bara diperintahkan untuk menghentikan operasi setelah terbukti memproduksi lebih dari kuota yang diizinkan.

Langkah penghentian ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga merupakan bagian dari upaya Beijing untuk mengendalikan kapasitas berlebih dalam industri batu bara.

Sejak Juli 2025, pemerintah pusat China memang telah melakukan inspeksi besar-besaran terhadap berbagai sentra produksi batu bara. Otoritas daerah diminta melaporkan apakah produksi pada tahun 2024 hingga paruh pertama 2025 telah melampaui target. Hasil investigasi memperlihatkan bahwa 15 tambang di Ordos menghasilkan produksi lebih dari 10% di atas kapasitas yang seharusnya.

Tambang-tambang tersebut baru bisa beroperasi kembali setelah melalui pemeriksaan ketat dari regulator keselamatan daerah. Namun, hingga kini belum ada kepastian jadwal kapan inspeksi lanjutan akan dilakukan.

Pernyataan Presiden Xi Jinping

Selain faktor penghentian tambang, harga batu bara juga terdorong oleh pernyataan Presiden Xi Jinping pada Senin (15 September 2025). Xi menyerukan agar kapasitas produksi lama yang sudah tidak efisien dihentikan secara bertahap. Ia juga menegaskan perlunya pembatasan terhadap persaingan harga yang dianggap tidak sehat di industri batu bara.

Pernyataan ini menambah keyakinan pasar bahwa pemerintah China serius dalam melakukan restrukturisasi industri batu bara. Dengan demikian, pasokan ke depan berpotensi semakin terbatas, yang berarti harga berpeluang tetap tinggi.

Implikasi bagi Pasar Global

China adalah konsumen sekaligus produsen batu bara terbesar di dunia. Setiap kebijakan dari Beijing, khususnya yang terkait produksi, hampir selalu memberi dampak langsung pada harga global. Penghentian 15 tambang di Mongolia Dalam bisa membuat pasokan internasional lebih ketat, terlebih jika berlangsung dalam periode yang cukup panjang.

Pasar Asia, termasuk Indonesia, sangat berkepentingan dengan arah kebijakan energi China. Reli harga yang terjadi dalam tiga hari terakhir menunjukkan betapa sensitifnya harga batu bara terhadap perkembangan di negeri tersebut.

Proyeksi Jangka Pendek

Jika penghentian tambang masih berlangsung dalam beberapa pekan ke depan, reli harga batu bara kemungkinan berlanjut, khususnya di pasar Newcastle. Namun, tren di Rotterdam memperlihatkan adanya ketidakpastian permintaan yang bisa menjadi faktor penahan kenaikan lebih lanjut.

Bagi negara produsen seperti Indonesia, tren kenaikan harga tentu memberikan dorongan positif bagi ekspor. Akan tetapi, ketergantungan pasar global pada kebijakan domestik China juga menimbulkan risiko volatilitas yang harus diantisipasi.

Aldi

Aldi

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

City Gas Tour 2025 PGN Perluas Akses Energi Bersih

City Gas Tour 2025 PGN Perluas Akses Energi Bersih

Keunggulan Kelapa Sawit Unggul Dibanding Minyak Nabati Lain

Keunggulan Kelapa Sawit Unggul Dibanding Minyak Nabati Lain

Harga Minyak Turun, Batu Bara dan CPO Menguat

Harga Minyak Turun, Batu Bara dan CPO Menguat

Jadwal Pemadaman Listrik Jogja 18 Sampai 20 September 2025

Jadwal Pemadaman Listrik Jogja 18 Sampai 20 September 2025

Jadwal Pemadaman Listrik Pekalongan Batang 18 September 2025

Jadwal Pemadaman Listrik Pekalongan Batang 18 September 2025