Kamis, 18 September 2025

Kelangkaan BBM Muara Enim Picu Antrean Panjang dan Gejolak

Kelangkaan BBM Muara Enim Picu Antrean Panjang dan Gejolak
Kelangkaan BBM Muara Enim Picu Antrean Panjang dan Gejolak

JAKARTA - Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di Muara Enim, Sumatera Selatan, kembali menjadi isu utama yang menyita perhatian publik. Meski dikenal sebagai daerah penghasil energi, ironisnya masyarakat justru kesulitan mendapatkan BBM untuk kebutuhan sehari-hari. 

Kondisi ini membuat warga terpaksa mengantre sejak subuh demi memperoleh beberapa liter bahan bakar, bahkan sebagian terpaksa membeli dengan harga tinggi di pengecer.

Warga Rela Antre Sejak Pagi Buta

Baca Juga

Pilihan Perumahan Subsidi Murah di Depok Harga Mulai 140 Jutaan

Kelangkaan BBM sudah dirasakan masyarakat Muara Enim selama beberapa hari terakhir. Leman (40), seorang tukang ojek, mengaku harus mengantre sejak dini hari di SPBU Talang Jawa Muara Enim hanya untuk memastikan motornya bisa terisi.

“Saya hari ini (Rabu, red), dari subuh tadi antre hanya mau isi motor untuk ngojek. Kalau tidak dapat minyak saya tidak dapat pemasukan,” ujar Leman, Rabu 17 September 2025.

Menurutnya, antrean panjang sudah terjadi tiga hari terakhir. Bahkan, sehari sebelumnya ia terpaksa membeli Pertalite eceran Rp30 ribu per liter di Pertamini karena stok di SPBU maupun Pertashop kosong.

“Kalau tidak narik kami tidak makan, Pak. Tolonglah Pertamina, Pak Bupati, kami ini bukan minta duit, cuma minta BBM jangan langka. Kenapa di Lahat dan Prabumulih tidak susah, tapi di Muara Enim susah, padahal Muara Enim lumbung energi. Apa nunggu masyarakat harus demo,” tambah ayah tiga anak itu dengan nada kesal.

Aktivitas Warga Terganggu

Bukan hanya pengemudi ojek, kelangkaan BBM juga dirasakan oleh masyarakat lain, termasuk aparatur sipil negara (ASN). Fredy (45), seorang ASN yang berdomisili di Muara Enim, mengaku aktivitasnya terganggu karena sulit memperoleh BBM.

“Hari ini saya sudah cari minyak ke mana-mana tapi semua habis. Bahkan motor saya tinggal di pasar karena kehabisan minyak sehingga sangat menganggu kerja,” ungkap Fredy sambil membawa botol mineral untuk membeli BBM eceran.

Ia berharap pemerintah dan Pertamina segera bertindak cepat. Menurutnya, keberadaan Pertashop harus dioptimalkan untuk mengurai antrean di SPBU dan mengurangi kemacetan akibat masyarakat menumpuk di satu titik.

“Berapapun harga BBM jika ada tentu masih dibeli masyarakat, namun jika memang tidak ada tentu tidak ada solusi lagi,” ujarnya.

Pengecer Ambil Peran, Harga Melambung

Di tengah kelangkaan, pengecer BBM ikut mengambil peran meski dengan harga yang jauh lebih tinggi. Seorang pengecer yang enggan disebutkan namanya mengatakan, permintaan meningkat tajam sehingga stok sulit dipertahankan.

“Beberapa hari terakhir permintaan Pertalite maupun Pertamax sangat tinggi. Kami kewalahan mencari stok. Bahkan Pertamax Turbo yang kami beli di SPBU Lahat pun habis diserbu,” jelasnya.

Ia mengaku menjual Pertamax Turbo Rp20 ribu per liter, lebih mahal dibanding harga resmi. Alasannya, biaya perjalanan untuk mendapatkan BBM dari luar daerah juga cukup besar.

“Kami beli di SPBU Lahat, karena jauh makanya kami jual segitu, hitung-hitung ongkos dan jasa kami,” tambahnya.

Ironi di Lumbung Energi

Kondisi ini menimbulkan ironi tersendiri bagi masyarakat Muara Enim. Bagaimana tidak, daerah yang dikenal sebagai pusat energi justru menghadapi kelangkaan BBM. Pantauan di lapangan menunjukkan, sebagian besar Pertashop dalam kota Muara Enim kosong, sehingga masyarakat terpaksa memusatkan antrean di dua SPBU utama.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan di kalangan warga, mengapa distribusi BBM di daerah mereka begitu sulit sementara di wilayah sekitar seperti Lahat dan Prabumulih relatif lebih lancar.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Kelangkaan BBM bukan sekadar isu teknis distribusi. Dampaknya meluas hingga ke sektor sosial dan ekonomi masyarakat. Pengemudi ojek kehilangan penghasilan harian, ASN dan pekerja swasta terganggu mobilitasnya, sementara pedagang harus menanggung biaya operasional lebih tinggi.

Jika kondisi ini berlangsung lama, bukan tidak mungkin aktivitas ekonomi lokal ikut terhambat. Warga juga mulai melayangkan kritik terhadap pemerintah daerah dan Pertamina karena dinilai lamban dalam merespons krisis pasokan BBM.

Harapan Masyarakat

Masyarakat Muara Enim berharap ada langkah cepat dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Pertamina untuk mengatasi krisis ini. Penambahan pasokan, pengawasan distribusi, hingga pengoptimalan Pertashop menjadi beberapa solusi yang ditunggu.

Mereka menilai, ketersediaan BBM dengan harga wajar lebih penting daripada sekadar perbedaan harga antarwilayah. Seperti disampaikan Leman dan Fredy, masyarakat siap membayar sesuai harga resmi asalkan BBM tersedia dan mudah diakses.

Aldi

Aldi

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

City Gas Tour 2025 PGN Perluas Akses Energi Bersih

City Gas Tour 2025 PGN Perluas Akses Energi Bersih

Keunggulan Kelapa Sawit Unggul Dibanding Minyak Nabati Lain

Keunggulan Kelapa Sawit Unggul Dibanding Minyak Nabati Lain

Harga Minyak Turun, Batu Bara dan CPO Menguat

Harga Minyak Turun, Batu Bara dan CPO Menguat

Jadwal Pemadaman Listrik Jogja 18 Sampai 20 September 2025

Jadwal Pemadaman Listrik Jogja 18 Sampai 20 September 2025

Jadwal Pemadaman Listrik Pekalongan Batang 18 September 2025

Jadwal Pemadaman Listrik Pekalongan Batang 18 September 2025