JAKARTA - Gelombang kritik dari penggemar sepak bola dunia akhirnya memaksa FIFA melunak. Setelah menuai protes luas terkait mahalnya harga tiket Piala Dunia, otoritas sepak bola internasional itu memutuskan memangkas harga sejumlah kategori tiket agar lebih terjangkau bagi suporter setia. Kebijakan ini menjadi sinyal bahwa tekanan publik masih memiliki daya tawar, bahkan terhadap organisasi sebesar FIFA.
Keputusan tersebut muncul di tengah sorotan tajam atas rencana penjualan tiket Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Banyak penggemar menilai harga awal terlalu tinggi dan tidak mencerminkan janji FIFA untuk menghadirkan turnamen yang inklusif. Penurunan harga tiket ini pun langsung menarik perhatian publik global.
Tekanan Suporter dan Reaksi FIFA
FIFA akhirnya memangkas harga sejumlah tiket Piala Dunia hingga menjadi US$60 atau sekitar Rp960 ribu. Langkah ini diambil setelah gelombang protes datang dari penggemar sepak bola di berbagai negara. Banyak suporter menilai harga tiket sebelumnya tidak ramah bagi pendukung setia yang rela bepergian lintas negara demi menyaksikan tim nasional mereka berlaga.
Melansir CNN, FIFA menyebut tiket seharga US$60 akan tersedia untuk setiap pertandingan Piala Dunia 2026. Tiket tersebut dialokasikan melalui federasi sepak bola nasional dari negara-negara peserta. Selanjutnya, federasi masing-masing negara memiliki kewenangan untuk menentukan distribusi tiket kepada suporter loyal, termasuk mereka yang selama ini rutin mendukung tim nasional di laga kandang maupun tandang.
Namun demikian, FIFA juga mengisyaratkan bahwa jumlah tiket murah ini tidak akan melimpah. Tiket dengan harga terjangkau tersebut diperkirakan hanya tersedia ratusan lembar per pertandingan, bukan ribuan. Meski terbatas, kebijakan ini tetap dipandang sebagai langkah mundur FIFA dari sikap keras sebelumnya.
Skema Tiket Baru dan Batasan Kuota
Dalam kebijakan terbarunya, FIFA menyebut kategori harga ini sebagai “Supporter Entry Tier.” Skema ini dirancang khusus untuk memberikan akses kepada pendukung fanatik yang selama ini kerap terpinggirkan oleh harga tiket tinggi. Menariknya, bahkan untuk pertandingan final, sebagian suporter berpeluang mendapatkan tiket US$60.
Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan harga tiket final sebelumnya yang bisa mencapai US$4.185. Perbedaan signifikan ini menegaskan adanya ketimpangan harga yang selama ini menjadi sumber kekecewaan penggemar. Meski demikian, FIFA tidak menjelaskan secara rinci mekanisme pemilihan suporter yang berhak mendapatkan tiket murah tersebut.
Otoritas sepak bola dunia itu hanya menyatakan bahwa kebijakan ini ditujukan untuk mendukung suporter yang melakukan perjalanan lintas negara demi mengikuti tim nasional mereka sepanjang turnamen. Pernyataan ini sekaligus menjadi upaya FIFA meredam anggapan bahwa Piala Dunia semakin eksklusif dan hanya ramah bagi kalangan tertentu.
Latar Belakang Polemik Harga Tiket
Piala Dunia 2026 akan menjadi edisi pertama dengan jumlah peserta meningkat menjadi 48 tim, naik dari sebelumnya 32 tim. Turnamen ini juga diproyeksikan menghasilkan pendapatan sedikitnya US$10 miliar bagi FIFA. Namun, rencana penjualan tiket yang diumumkan pekan lalu justru memicu kemarahan global.
Salah satu pemicunya adalah absennya tiket kategori termurah bagi suporter tim peserta. Saat itu, harga tiket paling murah untuk laga fase grup, di luar pertandingan tuan rumah Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, berada di kisaran US$120 hingga US$265. Harga tersebut dinilai terlalu tinggi, terutama bagi suporter dari negara berkembang.
Kekecewaan semakin besar karena saat mengajukan diri sebagai tuan rumah delapan tahun lalu, ketiga negara tersebut sempat berjanji akan menyediakan ratusan ribu tiket dengan harga US$21. Janji tersebut kini dipertanyakan, seiring realita harga tiket yang jauh melampaui ekspektasi awal.
Kritik Global dan Upaya Pelonggaran
Kritik juga menguat dari penggemar Eropa terkait rencana penerapan dynamic pricing serta biaya tambahan di platform penjualan ulang resmi FIFA. Praktik dynamic pricing yang umum di industri hiburan Amerika Serikat dianggap asing dan memberatkan bagi penggemar sepak bola global, yang terbiasa dengan sistem harga tetap.
Kemarahan suporter mencapai puncaknya ketika terungkap bahwa pendukung setia tidak mendapatkan akses ke tiket termurah. Selain itu, penggemar yang memesan tiket untuk seluruh potensi pertandingan timnya hingga final juga baru bisa menerima pengembalian dana setelah turnamen berakhir. Kebijakan ini dinilai tidak adil dan merugikan secara finansial.
Sebagai bagian dari pelonggaran kebijakan, FIFA juga menyatakan akan menghapus biaya administrasi untuk pengembalian dana yang dilakukan setelah laga final pada 19 Juli mendatang. Langkah ini dipandang sebagai bentuk kompromi, meski masih menyisakan kritik terkait transparansi dan keadilan distribusi tiket.
Penurunan harga tiket ini menjadi bukti bahwa tekanan publik mampu memengaruhi kebijakan FIFA. Meski belum sepenuhnya menjawab tuntutan suporter, kebijakan baru tersebut setidaknya membuka peluang lebih besar bagi penggemar setia untuk merasakan langsung atmosfer Piala Dunia. Kini, perhatian publik tertuju pada implementasi di lapangan dan apakah FIFA benar-benar menepati semangat inklusivitas yang mereka gaungkan.