Pertamina: Katalisator Pengembangan Sustainable Aviation Fuel di Indonesia

Minggu, 29 September 2024 | 18:33:09 WIB

Bali – PT Pertamina (Persero) mengungkapkan keyakinan yang kuat dalam mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Optimisme ini disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra, dalam sesi panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” pada acara Bali International Air Show 2024 yang diselenggarakan pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan rencana pengembangan SAF di seluruh Pertamina Grup, mencakup aspek teknologi, finansial, dan dukungan kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pemanfaatan SAF dapat berkembang dalam industri aviasi Indonesia.

“Pertamina sudah siap untuk SAF. Dari sisi Pertamina Patra Niaga, kami telah memiliki lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-EU (RED-EU) untuk menjadi pemasok SAF. Selain itu, kami terus melakukan upgrading kilang agar dapat bertransformasi menjadi green refinery untuk memproduksi SAF secara optimal. Diharapkan semua ini mendapat dukungan dari masyarakat, baik di dalam negeri maupun internasional. Kesadaran bersama dapat menjadikan ini sebagai kepentingan masa depan sehingga semua berjalan saling menguntungkan,” ungkap Salyadi.

Lebih lanjut, Salyadi menekankan peran ganda Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara. Pertama, Pertamina memiliki tanggung jawab untuk mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional. Kedua, sebagai entitas bisnis, Pertamina harus memiliki kinerja finansial yang sehat dan berkelanjutan, dengan terus mengembangkan bisnis bahan bakar ramah lingkungan. Salyadi menilai SAF sebagai peluang besar dalam industri aviasi dan Pertamina berkomitmen untuk serius mengembangkannya.

“Pertamina telah memiliki bahan biofuel seperti B35 yang sukses diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. SAF menawarkan keunggulan karena pasar Pertamina tidak hanya terbatas pada dalam negeri, tetapi juga berpotensi memasuki pasar global. Kami yakin memiliki keunggulan kompetitif karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan,” tutup Salyadi.

Dalam sesi panel yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyampaikan optimisme bahwa Pertamina memiliki potensi besar dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan untuk industri aviasi melalui SAF.

Luhut percaya bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam bisnis SAF, namun kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat diperlukan. Ia merasa gembira melihat kolaborasi industri di Indonesia hingga melibatkan negara lain, seperti Pertamina yang telah menjalin kerja sama dengan Airbus untuk mengeksplorasi pengembangan ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya yakin satu negara tidak dapat melakukannya sendiri. Oleh karena itu, Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Pertamina adalah perusahaan milik negara yang cukup baik. Kami ingin melihat keterlibatan Pertamina, tetapi itu saja tidak cukup. Kami juga mengundang beberapa negara lain, termasuk organisasi transportasi udara dan perusahaan global seperti Airbus,” ujarnya.

Menurutnya, forum dan diskusi semacam ini sangat penting dilakukan. Selain berbagi pengalaman dan pengetahuan, juga dapat melihat roadmap efisien bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat penting karena kami dapat saling berbagi pengalaman. Saya yakin Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi kita bisa bersama-sama mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” jelas Luhut.

Sebagai perusahaan pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen untuk mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua upaya ini sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Terkini