JAKARTA - Selama tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, kebijakan ekonomi nasional menunjukkan tren yang positif.
Hal ini tercermin dari peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja secara signifikan.
Salah satu indikator penting yang menjadi sorotan adalah peningkatan serapan tenaga kerja hingga tiga kali lipat, yang diyakini sebagai dampak dari pertumbuhan investasi yang semakin merata dan inklusif.
Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian mencatat, dalam kuartal kedua pemerintahan saat ini, telah tercipta sebanyak 665 ribu lapangan kerja.
Angka ini mencerminkan kenaikan tajam jika dibandingkan dengan periode awal pemerintahan sebelumnya, yang hanya menciptakan kurang dari 200 ribu lapangan kerja per kuartal.
“Dari sisi capaian kualitatifnya, berbagai ukuran mengenai masalah penciptaan lapangan kerja, kuartal 2 kemarin mampu menciptakan 665 ribu. Dan saya kira ini kalau dibandingkan 5 tahun lalu yang di angka sekitar 220.000 ini juga 3 kali lipat,” ujar Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Kemenko Perekonomian.
Menurutnya, keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan peningkatan dalam jumlah, tetapi juga dari sisi kualitas penciptaan lapangan kerja yang semakin membaik.
Hal ini menjadi sinyal bahwa kebijakan ekonomi pemerintah mulai menunjukkan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam sektor ketenagakerjaan.
Investasi Jadi Motor Penggerak Ekonomi
Penciptaan lapangan kerja yang besar ini tak terlepas dari peningkatan investasi yang juga menunjukkan tren yang sangat menjanjikan. Menurut Susiwijono, investasi telah menjadi motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, terutama dalam satu tahun terakhir.
“Artinya kalau disimpulkan di masa 1 pemerintahan ini capaian realisasi investasi baik dari sisi kuantitatif maupun kualitatif, luar biasa bahkan double digit. Namun yang paling penting adalah bagaimana untuk terus mendorong peran investasi ini menjadi motor utama untuk pertumbuhan ekonomi nasional,” tegasnya.
Data menunjukkan bahwa kuantitas investasi meningkat hingga 2,5 kali lipat dibandingkan dengan kondisi lima tahun lalu. Pada awal 2021, nilai investasi masih berada di angka sekitar Rp200 triliun, namun kini sudah melonjak secara signifikan.
“Kalau kita lihat tadi dari sisi capaian investasi selama 1 tahun pemerintahan ini, dari sisi capaian kuantitatif tadi sudah kami sampaikan terjadi peningkatan yang sangat signifikan dan luar biasa. Baru terjadi sekarang, kalau kita bandingkan dengan 5 tahun yang lalu di awal-awal 2021 itu masih di angka 200 triliun, sehingga ini dari sisi kuantitatif kenaikannya cukup luar biasa, (sekitar) 2,5 kali sejak 5 tahun yang lalu,” jelas Susiwijono.
Peningkatan ini bukan hanya terjadi di kawasan ekonomi utama, tapi juga menunjukkan arah pemerataan investasi ke wilayah-wilayah potensial di luar pusat pertumbuhan tradisional, sehingga berkontribusi terhadap pengurangan kesenjangan ekonomi regional.
Dorong Pertumbuhan PDB dan Pemerataan Manfaat
Seiring dengan peningkatan investasi, pemerintah juga menargetkan agar pertumbuhan ekonomi dapat mencapai angka ideal, sekaligus memastikan manfaatnya dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Susiwijono menekankan bahwa fokus utama pemerintah adalah menjadikan investasi sebagai penggerak utama dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB).
“Namun yang paling penting adalah bagaimana kita terus mendorong peran investasi ini menjadi motor utama untuk pertumbuhan ekonomi kita. PDB kita, Pembentukan Modal Tetap Bruto atau PMTB-nya sekitar 28 persen memang masih paling tinggi adalah konsumsi rumah tangga. Namun ke depan saya kira investasi ini akan selain berkontribusi positif untuk PDB, dampak beruntun atau multipplier effect-nya akan ke berbagai sektor,” katanya.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa pertumbuhan PDB yang kuat dan berkualitas sangat bergantung pada kemampuan sektor investasi dalam menggerakkan sektor-sektor lain secara simultan, mulai dari industri manufaktur, jasa, hingga ekonomi digital.
Target Pertumbuhan Ekonomi Delapan Persen
Dalam penutup keterangannya, Susiwijono mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 8 persen dalam beberapa tahun ke depan. Untuk mencapai angka tersebut, dibutuhkan strategi ekonomi yang lebih agresif, namun tetap inklusif dan berorientasi pada penciptaan manfaat nyata bagi rakyat.
“Karena itu, saya-saya kira sangat tepat ke depan untuk mencapai 8 persen kita perlu terus menjadikan investasi sebagai motor utama penggerak perekonomian nasional kita,” ujarnya.
Pemerintah optimis bahwa dengan strategi ekonomi berbasis investasi yang konsisten, Indonesia akan mampu meningkatkan daya saing nasional, memperluas lapangan kerja berkualitas, dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.
Investasi dan Lapangan Kerja Berjalan Seiring
Satu tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto menandai fase penting dalam dinamika ekonomi nasional. Investasi yang tumbuh signifikan terbukti menjadi pengungkit utama penciptaan lapangan kerja, sekaligus memperkuat struktur ekonomi nasional yang tengah menghadapi tantangan global.
Kebijakan yang menempatkan investasi sebagai mesin pertumbuhan dinilai sebagai langkah strategis, apalagi ketika hasil nyatanya sudah mulai dirasakan masyarakat dalam bentuk kesempatan kerja yang lebih luas dan inklusif.
Dengan terus menjaga momentum dan memastikan distribusi manfaat yang merata, arah ekonomi Indonesia berpotensi mengarah ke masa depan yang lebih stabil, adil, dan berdaya saing tinggi di tingkat global.