Stok Pangan Jakarta Dipastikan Surplus Jelang Natal dan Tahun Baru

Senin, 06 Oktober 2025 | 15:24:38 WIB
Stok Pangan Jakarta Dipastikan Surplus Jelang Natal dan Tahun Baru

JAKARTA - Menjelang akhir tahun dan periode libur panjang Natal serta Tahun Baru (Nataru), Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menekankan bahwa kondisi ketersediaan pangan di ibu kota berada dalam situasi aman. 

Keyakinan ini bukan sekadar pernyataan, tetapi didasarkan pada perhitungan prognosis pangan strategis yang dilakukan secara rutin oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta.

Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Hasudungan Sidabalok, mengungkapkan bahwa pihaknya terus memantau dan menganalisis kebutuhan serta stok pangan utama yang beredar di pasaran. 

Melalui prognosis atau prediksi yang disusun secara berkala, Pemprov DKI bisa memastikan pasokan pangan mencukupi kebutuhan warga hingga akhir 2025.

“Prognosis pangan ini kami lakukan secara rutin. Untuk September dan Oktober sudah kami susun, sementara untuk November dan Desember sedang dipersiapkan,” kata Hasudungan di Jakarta.

Beras: Kebutuhan 156 Ribu Ton, Stok 303 Ribu Ton

Beras sebagai kebutuhan pokok utama masyarakat dipastikan tidak mengalami masalah pasokan. Berdasarkan prognosis, kebutuhan beras selama dua bulan ke depan mencapai 156.745 ton, sementara stok yang tersedia lebih dari dua kali lipat, yakni 303.297 ton.

Dengan ketersediaan tersebut, Jakarta tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek, tetapi juga memiliki cadangan hingga akhir tahun. “Jadi, cukup untuk dua bulan, bahkan sampai akhir tahun nanti,” tegas Hasudungan.

Daging Sapi dan Kerbau: Ketersediaan Empat Kali Lipat Kebutuhan

Selain beras, ketersediaan daging sapi dan kerbau juga dilaporkan sangat aman. Kebutuhan konsumsi daging merah ini untuk dua bulan diperkirakan mencapai 11.999 ton, sedangkan stok yang tersedia lebih dari tiga kali lipat, yakni 40.418 ton.

Ketersediaan yang melimpah ini diharapkan mampu menjaga stabilitas harga di pasaran, sekaligus mengantisipasi lonjakan permintaan yang biasa terjadi menjelang libur panjang Nataru.

Daging Ayam Lebih Melimpah Dibandingkan Daging Sapi

Jika stok daging sapi terbilang aman, kondisi daging ayam bahkan jauh lebih melimpah. Menurut perhitungan Dinas KPKP, kebutuhan dua bulan mendatang hanya sekitar 30.176 ton, sedangkan ketersediaannya mencapai 74.940 ton.

“Demikian juga daging ayam cukup untuk dua bulan ke depan, bahkan ketersediaannya lebih melimpah dibandingkan daging sapi,” jelas Hasudungan.

Kondisi ini penting mengingat daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke bawah.

Cabai dan Bawang, Komoditas Pemicu Inflasi

Selain beras dan daging, komoditas hortikultura seperti cabai dan bawang juga menjadi fokus utama. Dua bahan pangan ini kerap disebut sebagai “biang inflasi” karena sensitif terhadap fluktuasi harga.

Namun, prognosis menunjukkan situasi relatif aman. Kebutuhan cabai rawit merah dalam dua bulan ke depan diperkirakan 4.131 ton, dengan stok tersedia 9.272 ton. Untuk cabai merah keriting, kebutuhan sebesar 5.595 ton, sementara ketersediaannya mencapai 10.641 ton.

Sementara itu, bawang merah dan bawang putih yang juga sering menjadi pemicu inflasi daerah dipastikan cukup untuk memenuhi kebutuhan warga. “Produk-produk hortikultura lain yang berpengaruh terhadap inflasi daerah seperti bawang merah, bawang putih, itu juga cukup,” tambah Hasudungan.

Kesiapan Menghadapi Libur Akhir Tahun

Libur Natal dan Tahun Baru kerap menjadi periode rawan inflasi karena peningkatan konsumsi masyarakat. Lonjakan permintaan biasanya terjadi pada komoditas pokok seperti beras, daging, telur, cabai, hingga bawang.

Dengan hasil prognosis yang menunjukkan stok jauh di atas kebutuhan, Pemprov DKI menilai kondisi pangan akan tetap terkendali. Cadangan besar memungkinkan distribusi berjalan lebih fleksibel dan mencegah potensi gejolak harga di pasar.

“Tujuan utama prognosis ini adalah memastikan masyarakat tetap mendapatkan pangan yang cukup dan terjangkau, tanpa harus khawatir soal ketersediaan,” ujar Hasudungan.

Prognosis sebagai Instrumen Kendali

Prognosis pangan bukan sekadar angka, melainkan instrumen penting dalam pengambilan kebijakan. Data stok dan kebutuhan pangan yang diperoleh secara berkala memungkinkan Pemprov DKI menyiapkan langkah antisipatif jika ada tanda-tanda defisit.

Dengan pendekatan berbasis data ini, Pemprov dapat segera melakukan intervensi pasar, misalnya lewat operasi pasar murah atau kerja sama distribusi dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pangan seperti Food Station Tjipinang Jaya.

Penutup

Pemprov DKI Jakarta menegaskan bahwa persiapan menghadapi akhir tahun dan libur Nataru sudah dilakukan dengan matang. Mulai dari beras, daging, hingga cabai dan bawang, seluruh prognosis menunjukkan stok lebih dari cukup.

Kondisi surplus ini diharapkan tidak hanya menjamin ketersediaan pangan, tetapi juga menjaga kestabilan harga, sehingga masyarakat bisa melewati momentum libur panjang tanpa terbebani kenaikan harga bahan pokok.

Dengan strategi berbasis data melalui prognosis pangan, Jakarta berupaya menjaga kepercayaan publik bahwa kebutuhan pangan warganya tetap aman, sekaligus menjadi contoh bagaimana pemerintah daerah dapat mengantisipasi potensi gejolak pangan dengan perencanaan matang.

Terkini