JAKARTA - Harga minyak dunia kembali bergerak naik di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela.
Kabar mengenai potensi serangan udara AS terhadap Venezuela memicu kekhawatiran pasar akan terganggunya pasokan minyak global. Meski kemudian Presiden AS Donald Trump membantah laporan tersebut melalui media sosial, reaksi pasar energi tetap terasa signifikan.
Harga minyak mentah Brent tercatat naik 6 sen atau 0,09% menjadi USD 65,06 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 33 sen atau 0,54% menjadi USD 60,90 per barel.
Baca JugaEnergi Surya, Solusi Hemat dan Berkelanjutan bagi Industri Nasional
Lonjakan ini memperlihatkan betapa sensitifnya pasar terhadap dinamika politik dan keamanan global yang melibatkan negara produsen minyak.
Aksi Militer AS Picu Ketegangan Baru di Pasar Minyak
Analis dari Price Futures Group, Phil Flynn, menilai bahwa kabar tentang potensi serangan terhadap Venezuela sempat mengguncang pasar. Ia menyebut, reaksi harga minyak kali ini mengingatkan pada situasi serupa saat AS melakukan serangan terhadap Iran.
“Pasar jelas terdampak ketika laporan pertama tentang rencana serangan terhadap Venezuela keluar. Jika terjadi serangan di akhir pekan, harga akan melonjak pada hari Senin,” ujar Flynn.
Flynn menegaskan, faktor geopolitik menjadi pemicu utama fluktuasi harga minyak dalam jangka pendek. Pasalnya, ketegangan militer di kawasan kaya minyak dapat langsung memengaruhi rantai pasok global dan menimbulkan ketidakpastian di kalangan pelaku industri energi.
Sementara itu, laporan lain menyebutkan bahwa AS telah mengerahkan satuan tugas militer di sekitar kapal induk terbesar negara tersebut, USS Gerald Ford, di lepas pantai Venezuela. Pengamat menilai langkah ini jauh melampaui kebutuhan operasi kontra-narkotika yang selama beberapa minggu terakhir menjadi fokus angkatan laut AS di kawasan Karibia.
Faktor Dolar dan Kebijakan Arab Saudi Tekan Harga
Di sisi lain, penguatan nilai dolar AS turut memberikan tekanan pada harga minyak. Dolar yang mendekati posisi tertinggi dalam tiga bulan terakhir membuat komoditas berdenominasi dolar—termasuk minyak—menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Sementara itu, sumber Reuters melaporkan bahwa Arab Saudi, sebagai eksportir minyak terbesar dunia, kemungkinan akan menurunkan harga jual minyak mentah untuk pembeli Asia pada bulan Desember. Langkah ini akan membawa harga ke level terendah dalam beberapa bulan terakhir dan menjadi sinyal bahwa permintaan di kawasan tersebut tengah melemah.
Kondisi pasar semakin kompleks setelah survei resmi menunjukkan bahwa aktivitas pabrik di China menyusut selama tujuh bulan berturut-turut pada Oktober. China, sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia, mengalami penurunan permintaan yang berpotensi menekan harga dalam jangka menengah.
Produksi Global Meningkat, Tekanan Pasar Kian Berat
Meskipun harga sempat menguat, baik Brent maupun WTI diperkirakan mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,9% dan 2,3% sepanjang Oktober. Tekanan tersebut disebabkan oleh peningkatan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara non-OPEC.
Lonjakan pasokan global ini berpotensi mengimbangi dampak negatif dari sanksi Barat terhadap ekspor minyak Rusia ke negara pembeli utama seperti China dan India.
Hasil survei Reuters memperkirakan bahwa harga rata-rata minyak Brent pada tahun 2025 akan mencapai USD 67,99 per barel, naik tipis 38 sen dibandingkan perkiraan bulan sebelumnya. Sementara itu, WTI diperkirakan rata-rata berada di level USD 64,83 per barel, sedikit lebih tinggi dari estimasi bulan September sebesar USD 64,39.
Dalam konteks kebijakan produksi, OPEC+ dikabarkan tengah mempertimbangkan langkah peningkatan produksi secara moderat pada bulan Desember. Keputusan final akan dibahas dalam pertemuan kelompok tersebut pada hari Minggu.
Ekspor Arab Saudi Naik, Produksi AS Sentuh Rekor Baru
Data dari Joint Organizations Data Initiative (JODI) mencatat bahwa ekspor minyak mentah Arab Saudi mencapai titik tertinggi dalam enam bulan terakhir, yaitu 6,407 juta barel per hari pada Agustus. Angka ini menunjukkan bahwa pasokan dari Timur Tengah masih tetap kuat di tengah ketidakpastian geopolitik.
Sementara itu, laporan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) juga menunjukkan rekor produksi baru di Amerika Serikat, yakni 13,6 juta barel per hari pada pekan lalu. Peningkatan ini memperlihatkan bahwa AS terus memperluas kapasitas produksi domestiknya, sehingga mampu menekan ketergantungan terhadap impor energi.
Presiden Donald Trump dalam pernyataannya pada Kamis juga menyebut bahwa China telah sepakat untuk memulai pembelian energi dari AS, termasuk minyak dan gas dari Alaska. Ia bahkan menyebut bahwa transaksi berskala besar kemungkinan akan segera berlangsung.
Namun, sejumlah analis tetap skeptis terhadap dampak kesepakatan perdagangan tersebut. Mereka menilai bahwa belum ada kepastian apakah peningkatan pembelian energi oleh China akan cukup signifikan untuk mengimbangi pelemahan permintaan domestik negara itu.
Pasar Masih Rentan, Ketidakpastian Geopolitik Jadi Faktor Utama
Kenaikan harga minyak dunia kali ini memperlihatkan bagaimana sentimen geopolitik masih menjadi faktor dominan dalam menentukan arah pasar energi global. Walaupun kondisi pasokan relatif stabil, kabar mengenai potensi konflik militer dapat memicu fluktuasi tajam hanya dalam hitungan jam.
Selain itu, variabel ekonomi seperti kekuatan dolar, kebijakan ekspor Arab Saudi, dan tren permintaan dari China turut memperumit proyeksi harga minyak ke depan. Para analis memperkirakan bahwa volatilitas harga masih akan berlanjut hingga akhir tahun, terutama menjelang keputusan OPEC+ mengenai kebijakan produksi baru.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, pelaku pasar energi global akan terus mencermati setiap perkembangan politik dan ekonomi, khususnya langkah Amerika Serikat di kawasan Amerika Latin dan Timur Tengah yang selama ini menjadi pusat perhatian utama pasar minyak dunia.
Aldi
indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Jadwal Bus Sinar Jaya KSPN Malioboro–Parangtritis 2 November 2025
- Minggu, 02 November 2025
Rute dan Jadwal KA Prameks Kutoarjo–Jogja Terbaru 2 November 2025
- Minggu, 02 November 2025
Jadwal Kapal Pelni Biak–Sorong November 2025, Cek KM Sinabung Dobonsolo
- Minggu, 02 November 2025
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Ronaldo Gemilang, Al Nassr Tundukkan Al Feiha Lewat Drama
- 02 November 2025
2.
Arteta Akui Burnley Tangguh, Puji Ketangguhan Mental Arsenal
- 02 November 2025
3.
Hansi Flick Beberkan Kondisi Terkini Lamine Yamal di Barcelona
- 02 November 2025
4.
Kylian Mbappe Tegaskan Tekad Jadi Legenda Baru Real Madrid
- 02 November 2025
5.
Performa Naik Turun, Ini Rating Pemain MU Lawan Nottingham Forest
- 02 November 2025













