Rabu, 08 Oktober 2025

Lonjakan Harga TINS Dipicu Penyerahan Enam Smelter dan Produksi Meningkat

Lonjakan Harga TINS Dipicu Penyerahan Enam Smelter dan Produksi Meningkat
Lonjakan Harga TINS Dipicu Penyerahan Enam Smelter dan Produksi Meningkat

JAKARTA - Harga saham PT Timah Tbk (TINS) terus mencatat lonjakan signifikan sejak September hingga Oktober 2025. Dalam sebulan terakhir, saham BUMN pertambangan ini naik hingga 148 persen, mencuri perhatian investor pasar modal.

Pada perdagangan Selasa, 7 Oktober 2025, harga saham TINS ditutup di level Rp 2.710, naik 450 poin atau 19,91 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Kenaikan ini menambah akumulasi sebulan yang melonjak 1.620 poin atau 148,62 persen.

Fenomena kenaikan saham TINS menarik karena berlangsung di tengah koreksi saham BUMN lain. Misalnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 190 poin atau 4,87 persen selama sebulan terakhir ke level Rp 3.710.

Baca Juga

Harga Emas Naik, Antam, UBS, dan Galeri24 Catat Kenaikan Serentak

Lonjakan harga TINS dipicu sentimen positif terkait aset dan proyeksi kinerja perusahaan. Pemerintah menyerahkan enam smelter barang rampasan negara (BRN) kepada TINS, sebelumnya disita karena aktivitas tambang ilegal di Kepulauan Bangka Belitung.

Nilai enam smelter ini diperkirakan mencapai Rp 6–7 triliun. Belum termasuk kandungan tanah jarang (rare earth) atau monasit yang nilainya bisa jauh lebih besar, dengan harga sekitar US$ 200.000 per ton.

Fath Aliansyah Budiman, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, menyebut TINS berpotensi mengalami turnaround story pada semester II 2025. Hal ini terjadi setelah cuaca buruk di awal tahun sempat menekan output perusahaan.

“Jadi ekspektasinya sudah membaik,” kata Fath kepada Kontan, Selasa, 7 Oktober 2025. Lonjakan harga saham TINS sejalan dengan proyeksi kinerja yang positif.

Angga Septianus, Community and Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menilai tambahan enam smelter menjadi kabar baik bagi TINS. Produksi perusahaan pun diperkirakan akan meningkat, sekaligus memperkuat pangsa pasar timah yang kini bisa menguasai lebih dari 80 persen.

“Market share dari yang sebelumnya dipegang penambang ilegal akan bertambah ke TINS,” kata Angga. Hal ini sekaligus menekan aktivitas tambang ilegal yang selama ini menjadi isu struktural di industri timah Indonesia.

Riset Indo Premier Sekuritas mencatat produksi TINS meningkat menjadi sekitar 1.713 ton pada Juli 2025 dan 1.877 ton. Biaya tunai TINS diperkirakan tetap stabil sekitar US$ 20.000 per ton, di luar royalti, seiring berkurangnya aktivitas tambang ilegal.

Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan, analis Indo Premier, menambahkan posisi tawar kini bergeser ke TINS. Kondisi ini membuat perseroan lebih efisien dalam menghadapi fluktuasi pasar timah.

Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, menilai penyerahan enam smelter menjadi katalis strategis bagi TINS. Aset baru ini memperluas kapasitas pemurnian logam timah dan mengurangi ketergantungan pada mitra pengolahan eksternal.

“Jika mampu dioptimalkan, hal ini bisa menjadi sumber pertumbuhan pendapatan dan efisiensi margin dalam jangka menengah,” ujar Ekky. Investor pun memandang langkah ini sebagai peluang positif untuk mendukung kinerja saham TINS.

Prospek Produksi dan Laba TINS

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI pada 22 September 2025, TINS optimistis produksi bijih timah 2026 bakal lebih tinggi. Perseroan menargetkan produksi bijih timah mencapai 30.000 ton Sn, jauh di atas target RKAP 2025 sebesar 21.500 ton Sn.

Ryan dan Reggie memperkirakan laba bersih TINS semester II 2025 bisa meningkat. Laba bersih tercatat turun 30 persen year on year ke Rp 300 miliar per Juni 2025, tetapi diperkirakan bisa mencapai Rp 908 miliar di akhir tahun.

Fath menambahkan, prospek kinerja TINS ke depan juga didukung stabilitas harga timah internasional. Peningkatan produksi disertai harga yang baik di pasar global bisa mendorong pendapatan perusahaan meningkat.

Pembenahan dari sisi penambangan liar diharapkan menjadi katalis positif. Selain itu, pendapatan tambahan dari logam tanah jarang bisa menjadi sumber pertumbuhan baru jika dikelola optimal.

Ekky menilai, dari sisi valuasi, saham TINS kini berada di atas rata-rata historis. Price to Book Value (PBV) tercatat 2,77x dan Price to Earning Ratio (PER) sebesar 33,63x, menandakan sebagian besar sentimen positif sudah tercermin dalam harga.

Namun, jika manajemen memberikan panduan produksi dan proyeksi pendapatan baru pasca limpahan aset smelter, valuasi bisa dikompensasi dengan ekspektasi pertumbuhan. Pasar saat ini membayar ekspektasi atas potensi ke depan, bukan kinerja historis TINS yang sempat menurun.

Secara jangka pendek, kenaikan harga TINS yang cepat membuat saham rawan aksi ambil untung. Untuk jangka menengah, jika penguatan dikonfirmasi kabar terbaru operasional smelter dan outlook produksi 2025, saham TINS masih memiliki ruang naik moderat.

Level support kuat berada di area Rp 2.000 per saham. Apabila harga mampu bertahan di level tersebut dan pasar tetap positif, target jangka menengah diperkirakan berada di kisaran Rp 3.000–3.200 per saham.

Investor tetap perlu disiplin dengan manajemen risiko. Volatilitas harga logam dan ekspektasi pasar yang cepat berubah membuat kehati-hatian menjadi kunci.

Sementara itu, Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, merekomendasikan strategi buy on weakness. Target harga yang disarankan untuk TINS adalah Rp 2.800 per saham.

Dengan sentimen positif dari tambahan smelter dan prospek produksi, saham TINS tetap menjadi pilihan menarik. Lonjakan harga dan potensi pertumbuhan jangka menengah membuat investor tetap antusias memantau pergerakan saham perusahaan.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

indikatorbisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Goldman Sachs Prediksi Harga Emas Global Capai USD 4.900 Tahun Depan

Goldman Sachs Prediksi Harga Emas Global Capai USD 4.900 Tahun Depan

Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi China 2025 Tumbuh

Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi China 2025 Tumbuh

Saham Bank Swasta Tembus Pertumbuhan Signifikan, Menarik Perhatian Investor

Saham Bank Swasta Tembus Pertumbuhan Signifikan, Menarik Perhatian Investor

Update Harga Emas di Pegadaian pada Rabu, 8 Oktober 2025: Antam, UBS, dan Galeri24

Update Harga Emas di Pegadaian pada Rabu, 8 Oktober 2025: Antam, UBS, dan Galeri24

Harga Emas Pegadaian Menguat, Investor Manfaatkan Momentum Bullish

Harga Emas Pegadaian Menguat, Investor Manfaatkan Momentum Bullish